Kalimat Persaksian
Syahadat merupakan satu di antara lima rukun Islam. Dengan kata lain, syahadat merupakan salah satu pondasi berdirinya syariat Islam. Selain itu, syahadat menjadi kalimat pertama yang menjadi pertanda bahwa seseorang layak disebut seorang muslim sehingga layak pula untuk diberikan rasa aman pada dirinya dan diakui sebagai saudara se-akidah.
Syahadat ini berbunyi dua kalimat persaksian. Pertama, bahwa Allah SWT sebagai Tuhan yang Maha Esa; dan kedua, Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya, yang dalam hadis disebutkan bahwa orang yang mengucapkan kalimat tersebut berada dalam lindungan dan jaminan Allah SWT baik di dunia dan di akhirat.
Bahkan disebutkan dalam hadis yang lain, bahwa orang tersebut wajib masuk surga dan aman dari siksa api neraka karena Allah haramkan jasadnya dilahap api neraka.
Kalimat Syahadat: Kunci Keamanan Hari Kiamat
Terdapat satu kisah dalam kitab Durratun Nashihin yang berkaitan dengan amannya seseorang yang mengucapkan kalimah syahadat di hari kiamat.
Diceritakan bahwa suatu ketika Ibrahim al-Wasiti pergi menunaikan ibadah haji. Ketika dia akan melempar tujuh batu jumrah, dia berkata pada tujuh batu yang akan digunakannya itu, “Saksikanlah wahai tujuh batu bahwa Aku bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya.”
Ketika malam tiba, dia bermimpi seakan-akan kiamat telah terjadi. Lalu dirinya digiring oleh para malaikat menuju pintu neraka.
Sesampainya di pintu neraka, ternyata salah satu dari tujuh batu itu menghalangi jalan menuju pintu neraka tadi, lantas para malaikat mencoba untuk memindahkannya tetapi mereka tidak diberi kemampuan untuk memindahkannya.
Lalu para malaikat bertanya kepada batu tersebut mengapa mereka menghalangi dan menutup jalan pintu ke neraka? Batu itu menjawab, saya bersaksi bahwa dia (Ibrahim al-Wasiti) telah berikrar syahadat ketika di dunia.
Kemudian para malaikat mengabaikannya dan pergi menuju pintu neraka yang lain. Ternyata pada tujuh pintu neraka itu, terdapat satu batu dari masing-masing tujuh batu tersebut yang menghalangi dan memberi persaksian layaknya batu pertama.
Lantas para malaikat menghadap Allah SWT untuk mengadukan hal itu, lalu Allah SWT menjawab bahwa, “Sebagaimana batu-batu tersebut bersaksi terkait ikrar syahadat hamba-Ku ini, maka Aku pun bersaksi bahwa dirinya benar-benar telah mengikrarkan kalimah syahadat ketika di dunia.” Kemudian Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk membawanya ke surga.
***
Namun, ketika sudah sampai di depan pintu surga, setiap pintunya tertutup dan terkunci. Tiba-tiba ada suara yang memberitahu bahwa kuncinya itu adalah kalimah Tayyibah, yakni kalimat syahadat (Tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad SAW adalah Utusan-Nya).
Setelah Ibrahim al-Wasiti membaca kalimat syahadat ini, lantas pintu surga pun terbuka untuk dirinya. Dengan demikian, akhirnya dirinya masuk surga dan tidak jadi dimasukkan ke dalam neraka. Tiada lain dan tiada bukan adalah berkat kalimah syahadat ini.
Berdasarkan hal itu, maka sudah seharusnya sebagai seorang muslim untuk selalu mengucapkan kalimat syahadat dengan mantap yang disertai dengan ikrar (pengakuan) dalam hati bahwa tiada Tuhan yang benar-benar patut disembah kecuali Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya.
Untuk memperkuat pernyataan, ikrar, dan pengakuan terkait syahadat ini; dengan kata lain ‘untuk memperbaharuinya’, alangkah baiknya diperkuat dengan selalu mencari ilmu, membaca Al-Qur’an, memperbanyak dzikir kepada Allah SWT, dan melawan hawa nafsu serta melawan ajakan rayuan setan.
Hal ini seperti yang dijelaskan oleh almarhum K.H. Zezen Zaenal Abidin B.A (mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah Sukabumi) dalam sebuah syair berbahasa Sunda gubahan dirinya sendiri sebagai berikut.
Syahadat teh dikuatan thalab elmu maca quran.
Loba dzikir ka pangeran ngalawan nafsu jeng setan.
(Syahadat itu diperkuat dengan mencari ilmu, membaca Al-Qur’an, banyak berdzikir, melawan hawa nafsu, dan melawan godaan setan).
Waalahu A’lam.
Editor: Yahya FR