Perspektif

Syarah: Produktivitas Ilmiah dari Ilmu Keislaman

3 Mins read

Penjelasan akan maksud sebuah teks menjadi tuntutan tertentu untuk memberikan pemahaman dan perluasan makna. Sajian teks pada matan tidak semuanya dapat dipahami langsung, terkadang ia perlu penjelasan sehingga dapat menyempurnakan pemahaman.

Teks yang terkadang sinonim yang digunakan pada beberapa disiplin ilmu menjadi penting untuk dijelaskan. Sejarah penulisan literatur keislaman menampilkan fakta bahwa syarah telah menjadi bukti produktivitas ulama yang gemilang dari masa ke masa. Tumpukan kertas dan jilidnya pun lebih banyak dari kumpulan matan.

Mengapa syarah muncul? Syarah muncul dilandasi oleh dorongan ilmiah. Kalau dilihat dari beberapa naskah syarah, kita bisa mendeteksi beberapa dorongan ulama untuk menyusunnya. Pertama, teks matan menjadi rujukan pokok dalam disiplin ilmu. Biasanya, rujukan ini menjadi buku teks utama yang digunakan oleh guru dan murid. Agar penjelasan menjadi terang sesuai dengan substansi dan teks matan, seorang ilmuan menuliskannya dalam bentuk syarah.

Kedua, permintaan dari murid atau kolega. Permintaan ini memperhatikan pentingnya kitab yang dikaji. Pemahaman yang mendalam dipandang penting dibantu dengan penjelasan. Tradisi yang muncul biasanya berawal dari beberapa murid atau kolega yang menganggap penting teks yang ada pada matan. Untuk kajian yang lebih mendalam, mereka meminta kepada gurunya untuk menuliskan syarah.

Ketiga, seorang ulama memandang beberapa teks dan murad al-kalimah (maksud kata/kalimat) penting untuk dijelaskan agar tidak menimbulkan pemahaman yang keliru. Penulisan syarah seperti ini biasanya lahir dari hasil penelaahan mendalam setiap teks, pencatatan beberapa teks penting, kalimat, serta kaitan teks dengan maksud atau substandi hubungan ilmu lain

Corak Syarah dalam Ilmu Keislaman

Syarah menunjukkan bukti produktifitas ilmiah dalam jaringan keilmuan ulama. Kitab syarah yang ditulis dalam beberapa disiplin ilmu keislaman mendorong pengetahuan baru dalam konteks ilmu yang dikaji. Bahkan, satu matan dapat memunculkan beberapa syarah. Sebut saja misalnya pada Alfiyah Ibn Malik, dikenal Syarah Ibn ‘Aqil, Syarah al-Khudhari, juga Syarah al-Makudi. Shahih al-Bukhari diberi syarah yang terkenal dengan ‘Umdah al-Qari’ karya al-‘Aini, juga Fath al-Bari’ karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani.

Baca Juga  Faqihuddin Abdul Kodir Sampaikan Sembilan Poin Tentang KUPI

Apa saja bentuk syarah yang pernah dikenal? Abdul ‘Aziz al-Dakhil, Pembimbing Utama Ma’had Afaq al-Taysir menjelaskan beberapa metode tersebut. Pertama, al-syarh al-ijmali (penjelasan ringkas). Corak ini dikehendaki untuk menerangkan ‘ibarah pada matan dengan penjelasan sangat singkat dan ringkas. Corak ini mempermudah pembaca dalam menangkap konsep awal, hubungan antar teks, namun tidak mencukupi untuk menghasilkan simpulan ilmiah.

Kedua, penjelasan analisis yang rinci (al-syarh al-tahlili). Syarah ini merinci redaksi matan, menganalis musykilat, dan merinci setiap permasalahan yang ditutur pada matan. Membaca corak ini perlu ketelitian karena terkadang fokus pada satu teks, lupa pada teks yang lain, dalam satu paparan tema. Atau terkadang fokus pada beberapa masalah yang muncul namun tidak berhubungan langsung dengan tema kajian. Ketelitian ini mencegah agar pembaca tetap fokus pada objek kajian.

Ketiga, al-Syarh al-Ta’shili. Corak ini fokus pada pemusatan kaidah pada bab pembahasan dan macam permasalahan berikut dalilnya. Pensyarah dengan corak ini menjelaskan maksud kajian lebih dari sekedar penjelasan teks matan. Bahkan, sering kali tidak menampilkan penjelasan teks matan aslinya. Syarah ini dimulai dengan penjelasan umum tema kajian, lalu menerangkan pokok masalah. Ketika terdapat kesempatan untuk menjelaskan sebagian redaksi matan, hal ini dilakukan hanya untuk membantu fokus pokok masalah.

Keempat, al-syarh al-jam’ al-talkhisi. Syarah ini berpegang pada pendapat ulama sebelumnya, dikumpulkan, disempurnakan, dan dijadikan abstraksi untuk murid. Gaya syarah ditampilkan dengan mudah dan sistematis. Corak ini akan lebih kuat penjelasannya bila dihubungkan dengan pendapat kuat yang dikumpulkan, diringkas, dan ditampilkan dengan gaya bahasa yang bagus.

Kelima, al-syarh al-taqriri. Corak ini dimaksudkan untuk murid agar dapat menangkap makna yang dijelaskan dan mengutip serta membuat catatan penting. Umumnya corak ini dipilih oleh ulama untuk memberikan komentar pada matan. Syarah ini sangat bermanfaat bagi murid, namun tidak merasa cukup pada syarah seperti ini. Kajian terhadap syarah lain perlu ditingkatkan. Biasanya, dalam konteks pembelajaran, syarah seperti ini digunakan sebagai titik tolak kajian pada matan.

Baca Juga  KH. Badri Mashduqi: Menelisik Hubungan Ulama dan Umara’

Corak syarah yang beragam ini menjadi khazanah penting bagi pencari ilmu dalam mendalam kajiannya. Kajian terhadap syarah dapat meningkatkan pemahaman dan simpulan untuk mengkaji ulang beberapa penjelasan lain. Pemahaman terhadap corak syarah sangat urgens untuk persiapan dalam penelitian terhadap naskah matan. Pada awalnya, kajian terhadap syarah ini dipandang sulit. Namun, apabila ditelaah dan digeluti dengan teliti bahkan menjadi kebiasaan, akan mempermudah menangkap makna (idrak al-ma’na) sekaligus menjadi kompetensi. Wallahu A’lam.

Baca artikel sebelumnya tentang matan di sini.

Editor: Yusuf

Avatar
38 posts

About author
Pembelajar Keislaman, Penulis Beberapa buku, Tim Pengembang Kurikulum PAI dan Diktis
Articles
Related posts
Perspektif

Benarkah Islam di Asia Tenggara Bukan Bagian dari Dunia Islam?

3 Mins read
Islam di wilayah Asia Tenggara memiliki karakteristik atau watak yang berbeda dengan wilayah lain, khususnya di Timur Tengah. Karakteristik Islam di wilayah…
Perspektif

Bayang-Bayang Seni Kiai Dahlan di Muhammadiyah

3 Mins read
Belum lama ini kita dihebohkan dengan perdebatan seputar hukum musik dalam Islam. Sebenarnya persoalan ini adalah khilafiyah. Karenanya tulisan sederhana ini tidak…
Perspektif

Kurikulum Merdeka adalah Kunci Kemajuan Pendidikan Masa Kini

4 Mins read
Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 Mei (HARDIKNAS) merupakan momentum bagi setiap insan pendidikan untuk memperingati kelahiran pelopor Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *