Tafsir

Tafsir Biji-bijian dalam QS An-Naba’ Ayat 15

4 Mins read

Pembaca IBTimes.ID rahimakumullah, tulisan ini merupakan bentuk berbagi pemahaman tentang term habban (حبا) dalam al-Qur’an surah an-Naba’ ayat ke-15. Penulis mencoba menggali makna tekstual term حبا sekaligus makna kontekstualnya. Selain itu, penulis juga mencoba memaparkan pesan deskriptif dan preskriptifnya. Sebelum membahas tentang tafsir biji-bijian, bunyi QS An-Naba Ayat 15 adalah sebagai berikut:

لِّـنُخۡرِجَ بِهٖ حَبًّا وَّنَبَاتًا

Artinya: “untuk Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanam-tanaman,”

Uraian selengkapnya sebagai berikut:

Makna Tekstual Term حبا

Bentuk dasar dari term حبا adalah حب. Berdasarkan kamus Arab-Indonesia karya Mahmud Yunus (1972) dan kamus Arab-Indonesia al-Munawwir Terlengkap karya Ahmad Warson Munawwir (1997), kata  حب  mempunyai bentuk jama’ حبوب. Selain itu, kata  حب juga memiliki bentuk jama’ حبان.

Mahmud Yunus (1972) dalam karyanya Kamus Arab-Indonesia mengartikan kata حب sebagai biji tampang. Jika kita membuka kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap karya Ahmad Warson Munawwir (1997), maka kita peroleh arti dari kata حب adalah biji. Dari kedua sumber kamus tersebut, penulis menyimpulkan bahwa makna tekstual term حبا ialah biji.

Tafsir Biji-bijian dalam An-Naba’ Ayat 15

Dalam menyingkap makna kontekstual term حبا dalam al-Qur’an surah an-Naba’ ayat ke-15, penulis memperhatikan keseluruhan kalimat ayat ke-15 surah an-Naba’. Selain itu, penulis juga melihat keterkaitannya dengan ayat-ayat lain dalam surah yang sama.

Keseluruhan kalimat ayat ke-15 surah an-Naba’ berbunyi لنخرج به حبا و نباتا. Zaini Dahlan (2010) dalam bukunya yang berjudul Tafsir al-Fatihah & Juz 30 mengartikan kalimat tersebut dengan “untuk Kami tumbuhkan dengannya biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan”. Salman Harun (2018) dalam bukunya yang berjudul Secangkir Tafsir Juz Terakhir mengartikannya “untuk menumbuhkan biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan”. Sementara itu, YPM Salman ITB (2014) mengartikannya “supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan”.

Baca Juga  Mengenal Lebih Dekat Tafsir Hadaiq ar-Rauh war Raihan

Ayat ke-15 surah an-Naba’ terkait erat dengan ayat ke-14. Kata ganti “ه” pada frasa “لنخرج به” merujuk ke frasa “ماءا ثجاجا” dalam ayat ke-14. Pada tulisan sebelumnya, penulis telah mengungkapkan bahwa makna kontekstual frasa “ماءا ثجاجا” adalah hujan yang mencurah. Oleh karenanya, penulis mengartikan ayat ke-15 surah an-Naba’ “untuk Kami tumbuhkan dengan hujan yang mencurah itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan”.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa saat musim hujan tiba, biji yang tumbuh tidak hanya satu jenis, namun beragam. Keanekaragaman jenis biji tersebut disebut biji-bijian.

Berdasarkan arti keseluruhan kalimat ayat ke-15 surah an-Naba’ dan korelasinya dengan ayat ke-14, penulis menyimpulkan bahwa makna kontekstual term “حبا” dalam al-Qur’an surah an-Naba’ ayat ke-15 adalah biji-bijian.

Pesan Deskriptif: Ilmu Pengetahuan & Teknologi

Secara deskriptif, term حبا dalam surah an-Naba’ ayat ke-15 memuat pesan supaya kita bersyukur atas anugrah biji-bijian. Lantas, bagaimana cara mensyukuri anugerah biji-bijian?

Penulis berpendapat, bersyukur atas anugerah biji-bijian dapat dilakukan dengan cara mempelajari sains dan teknologi biji-bijian. Saat ini, belajar ilmu pengetahuan dan teknologi biji-bijian bukanlah hal yang sulit. Mengapa demikian? Karena sains dan teknologi tentang biji-bijian telah berkembang pesat, sehingga memudahkan kita untuk mempelajarinya.

Apa itu biji-bijian? Bila kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, maka kita memperoleh pengertian bahwa biji-bijian merupakan kumpulan berbagai jenis biji. Lantas, apa itu biji? Masih menurut KBBI V, biji adalah isih buah. Biji berarti pula butir buah yang kecil-kecil.

Menurut Guru Biologi dalam ecosystem.co.id, biji dihasilkan dari proses pembuahan kepala putik oleh benang sari. Saat benang sari melepaskan pollen ke kepala putik, maka pollen akan pecah dan diserap oleh kepala putik. Pollen mengandung sperma yang nantinya akan disalurkan menuju ke ovarium melalui tabung pollen. Sperma akan membelah dan berkembang di dalam ovarium sampai dengan terbentuk biji.

Baca Juga  Keunikan Bahasa Al-Qur’an

***

Masih menurut Guru Biologi bahwa ciri pertama dari biji berkualitas adalah bebas dari jamur dan bakteri. Ciri keduanya adalah kandungan air pada biji kurang dari 25%. Ciri ketiga adalah mulus, tidak cacat, dan bentuknya bulat sempurna atau lonjong.

Dalam mempelajari sains-teknologi biji-bijian hendaknya tidak hanya pada tataran teori, namun seyogyanya disertai dengan praktek. Mengapa demikian? Karena Islam adalah agama pengamalan (دين عملي ) yang menganjurkan penerapan pemahaman. Teori-teori yang telah diperoleh dari belajar sains-teknologi biji-bijian, hendaknya dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Dengan praktek, maka belajar kita akan ilmu pengetahuan dan teknologi biji-bijian akan lebih bermakna.

Lebih lanjut tentang sains dan teknologi biji-bijian dapat kita pelajari dalam ilmu benih. Berdasarkan informasi dari website Depatemen Argonomi dan Hortikultura Fakulatas Pertanian IPB (Institut Pertanian Bogor), bahwa ilmu dan teknologi benih mencakup bidang kajian: pengembangan ilmu benih melalui kajian anatomi, biologi reproduksi, fisiologi, biokimia, kesehatan dan permodelan benih, pengembangan teknologi produksi, pengolahan, penyimpanan, pengujian dan pengendalian mutu benih, pengembangan teknologi produksi dan pengendalian mutu bibit bersertifikat, serta pengkajian peraturan, kebijakan, dan kelembagaan perbenihan.

Pembaca rahimakumullah, ayat ke-15 surah an-Naba’ memberikan pesan kepada kita agar menjadikan keimanan/tauhid sebagai landasan dalam menumbuh-kembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi biji-bijian. Pesan tersebut dapat kita peroleh dalam frasa لنخرج به. Dengan berlandaskan keimanan/tauhid, in syaa Allah, kemajuan sains dan teknologi biji-bijian akan membawa kepada kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

Pesan Preskriptif: Inovasi dan Kreasi

Term حبا dalam surah an-Naba’ ayat ke-15, selain mengandung pesan deskriptif, juga memuat pesan preskriptif. Penulis menemukan dua pesan preskriptif dalam frasa لنخرج به. Kedua pesan preskriptif itu adalah tauhid dan inovasi-kreasi.

Baca Juga  Hermeneutik dalam Menafsirkan Al-Qur'an

Pesan preskriptif tauhid dapat kita temukan dalam frasa لنخرج به. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sebagian besar ulama ahli tauhid telah mengklasifikasi tauhid menjadi 3, yakni tauhid uluhiyah, rububiyah, serta asma’ dan sifat. Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka pesan tauhid dalam frase لنخرج به adalah tauhid rububiyah, yakni mengesakan Allah dalam hal penciptaan, kepemilikan, dan kepengurusan alam semesta.

Sebagaimana telah kita pahami bersama bahwa tauhid merupakan nilai dasar Islam, bahkan dikategorikan sebagai nilai dasar mendasar. Sebagai nilai dasar yang paling dasar, maka tauhid harus mensinari nilai-nilai dasar Islam lainnya. Bersama dengan nilai-nilai dasar Islam lainnya, tauhid harus menyinari seluruh relung kehidupan, kapanpun dan dimanapun kita berada.

Selain tauhid, pesan preskriptif selanjutnya adalah inovasi-kreasi. Pesan preskriptif tersebut tersirat dari frasa لنخرج به. Pesan preskiptif daya cipta merupakan salah satu nilai tengah Islam dalam bidang mu’amalah dunyawiyah.

Dengan menerapkan prinsip inovasi-kreasi dalam mu’amalah dunyawiyah, maka anugerah Allah SWT yang telah kita terima saat yang tak terhitung jumlahnya, dapat kita syukuri secara optimal. Sebagaimana diisyaratkan dalam surah Ibrahim ayat ke-7 bahwa manakala kita bersyukur secara benar dan baik, maka Allah SWT akan menambah anugerah-Nya kepada kita.

Wa Allahu a’lamu bi al-shawab
Semoga bermanfaat

Editor: Nabhan

Avatar
33 posts

About author
Staf Pengajar UIN Sunan Kalijaga, Fakultas Sains dan Teknologi. Santri Pondok Pesantren Islam al-Mukmin Ngruki Tahun 1991-1997.
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *