Tafsir

Tafsir Kebangsaan: Nilai-Nilai Persatuan dan Keberagaman

2 Mins read

Diskusi yang dilakukan dalam dunia tafsir tidak akan pernah berhenti, karena pemahaman terhadap al-Qur’an haruslah dinamis. Tujuannya agar setiap problematika yang dihadapakan oleh masyarakat selalu terjawab. Meminjam istilah yang digunakan oleh Muhammad Syahrur yang merupakan salah satu sarjana Muslim yang berasal dari Mesir. Ia  mengatakan bahwasanya al-Qur’an itu bersifat likulli zaman wal makan yang artinya Al-Qur’an sesuai dengan waktu dan juga masa.

Al-Qur’an tidak hanya diperkenakan pada masa saat turunnya saja melainkan menjadi pedoman ataupun petunjuk manusia dari saat awal diturunkan hingga hari kiamat. Namun, yang harus diperhatikan di sini ialah seperti yang dikatakan oleh Quraish Shihab bahwasanya penafsiran yang dilakukan terhadap Al-Qur’an haruslah sesuai kemampuan dari setiap mufassirnya.

Makna Tafsir Kebangsaan

Tafsir kebangsaan jika diklasifikasikan dalam pembagian metode tafsir di antara tahlili (menjelaskan kandungan Al-Qur’an dari seluruh aspek), ijmali (mengemukakan makna Al-Qur’an secara global), muqoron (penekanan terhadap aspek perbandingan tafsir Al-Qur’an) dan mawdhu’i (berdasarkan tema-tema tertentu) dapat digolongkan kepada tafsir mawdhu’i karena dalam penafisrannya akan mengarah kepada nilai-nilai keberagaman persatuan yang ada dalam bangsa ini yang pelan-pelan akan menghilang jika tidak dijaga dan pertahankan

Di Indonesia sendiri kajian terhadap tafsir ini mawdhu’I sudah dimulai sejak tahun 1990-an sebagaimana yang telah dicatat oleh Islah Gusmian dalam penelitiannya. Hal ini dibuktikan dalam karya tafsir yang tidak diketahui pengarangnya seperti: fara’id al-Qur’an, jam’ al-jawami’ al-mushannafat, dan lain sebagainya. Pada awal kemunculan tafsir tematik ini masih belum menemukan metodologi yang memadai.

Berbeda dengan kajian tafsir tematik pada saat ini, karena kajian tematik terdahulu lebih terfokus dalam menafsirkan surat-surat tertentu dan juz-juz tertentu saja. Perubahan terus terjadi dalam dinamika penafsiran tematik di Indonesia karena pada tahun 1990-an kajian tematik di Indonesia telah menemukan kerangka dan metodologinya.

Baca Juga  Ragam Tafsir Ayat Musibah dalam Al-Qur’an

Pentingnya tafsir kebangsaan sendiri karena jika dilihat dari sejarah dinamika tafsir di Indonesia banyak tafsiran-tafsiran yang pelan-pelan menggerogoti ideologi bangsa. Seperti penafsiran yang dilakukan oleh Muhammad Thalib dalam tafsirnya yang berjudul “Al-Qur’anul Karim Tarjamah Tafsiriyyah”. Di mana menurut hemat penulis sendiri ada dalam tafsirnnya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan di Indonesia.

Tafsir Perlawanan karena Ketidakpuasan

Hal yang bisa kita ambil dari sini ialah semangat untuk menafsirkan Al-Qur’an dan juga sebagai bentuk ketidakpuasannya dengan terjemahan yang dilakukan oleh kementrian agama Indonesia.

Selain banyaknya hal-hal yang telah menghilangkan nilai-nilai idelogi bangasa. Adapula yang ingin merusak nilai-nilai pluralitas keberagamaan dalam negara ini. Seperti ingin menegakkan khilafah di negara ataupun menegakkan negara Islam di Indonesia. jika dilihat kasus-kasus yang sudah ada seperti bom Bali, bom bunuh diri di gereja pada malam natal, ataupun masalah penutupan warung ketika bulan puasa dengan dalih menghormati orang yang berpuasa.

Situasi-situasi seperti ini yang pelan-pelan kedepannya akan memecah belah bangsa. Belum lagi peristiwa yang terjadi setelah pemilihan presiden, munculah kubu kampret dan cebong yang mana saling fitnah, bahkan menghina salah satu calon. Hal yang menjadi pertanyaan besar sekarang ialah di mana letak moral bangsa ini? Apakah bangsa ini sudah berubah menjadi bangsa yang amoral?

Para penerus-penerus bangsa ini hanyalah mereka-mereka yang memiki kepentingan sendiri, kepentingan-kepentingan yang bertujuan untuk mengenyangkan perut masing-masing individu.

Tafsir kebangsaan bertujuan untuk mengembalikan kembali nilai-nilai persatuan dan juga keberagamaan yang sudah dulu sudah ada dalam bangsa ini. Jika nilai-nilai kebangsaan pelan-pelan digrogoti oleh orang-orang yang memang memiliki kepentingan terselubung sehingga bisa saja terjadi hilangnya nilai-nilai normatik yang sudah ditanamkan oleh para ulama dan pejuang ketika memulai untuk mempersatukan negara Indonesia. Sehingga dengan adanya tafsir kebangsaan ini wajah baru Indonesia dapat muncul kembali.

Baca Juga  Riset: Pesantren, Politik Dinasti, dan Oligarki Kekuasaan

Kembalinya nilai-nilai luhur yang sudah ada sejak dahulu kala, menjauhkan bangsa ini dari kehancuran dari mereka-mereka yang memiliki niat terselubung. Di saat wabah seperti ini perlunya persatuan, karena wabah ini tidak mengenal golongan ataupun kasta semua disamaratakan. Maka tidak salah jika dikatakan tidak hanya setiap individu yang terkena wabah ini yang membutuhkan vaksin.

Bangsa perlu vaksin untuk memulihkan kembali jati diri bangsa ini agar bisa menjadi bangsa yang menjadi contoh untuk negara-negara lain.

Editor: RF Wuland

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga berminat Tafsir dan Hermeneutika
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *