Ta’lim Muta’allim dan Akhlak Kuliah Online
Setahun lebih lamanya kita hidup berdampingan dengan pandemi, sehingga dampak yang sifatnya langsung atau tidak langsung pun dapat dirasakan oleh masyarakat. Hal ini dirasakan semua kalangan, khususnya kalangan pelajar. Di mana mereka dituntut agar tetap bisa merealisasikan nilai-nilai luhur dalam kegiatan mengajar luring (Offline) maupun daring (Online), ditambah sistem pendidikan sekarang yang memiliki aturan tertentu dan konsep pembelajaran yang terkesan berbeda. Meskipun pembelajaran online/daring adalah fenomena masa kini, namun penerapannya tetap bisa disesuaikan dengan konsep ta’lim-muta’allim.
Ta’lim-muta’allim dan Kuliah Online
Seperti yang telah dilansir oleh Kompasiana.com, dimana penggunaaan media menjadi salah satu metode baik perkuliahan maupun sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi. Semacam penggunaan media Zoom, Google Meet, dan lain-lain. Di sinilah letak tantangan bagi calon para akademisi muda sebagai agen perubahan yang seharusnya mengerti betul terkait akhlak kepada guru (dosen), cara mengimplementasikannya pun tidak begitu kontras ketimbang saat masih offline.
Akhlak Kuliah Online
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran daring dalam rangka menjaga akhlak kuliah online, terutama terhadap dosen/guru:
1. Menghidupkan Kamera Saat Pembelajaran Berlangsung
Hal ini dalam rangka untuk menjaga perasaan guru agar tidak terlihat berbicara sendiri dihadapan layar handphone, atau laptop. Disamping itu hal ini juga untuk mencegah sikap acuh seperti berbicara sendiri dan tertidur saat kelas sedang berlangsung. Dalam syarah Ta’lim Muta’allim dijelaskan bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan, karena seorang murid seharusnya mendengarkan apa yang sedang diterangkan oleh gurunya (Permulaan belajar, Ukuran belajr, dan tata tertibnya, 35-34).
2. Berpakaian Rapi
Hal yang demikian sebenarnya jauh sebelum adanya proses pembelajaran Daring pun telah ditetapkan di beberapa Universitas-universitas Negeri, khususnya Universitas Islam agar menggunakan pakaian yang sopan serta menghindari pakaian ketat, membuka aurat, dan tidak memiliki kerah (kaos oblong). Hal ini bertujuan untuk menamkan nilai-nilai Islam baik dari budi pekerti maupun dalam segi penampilan.
3. Mematikan Mikrofon saat Tidak Digunakan
Saat perkuliahan sedang berlangsung pastikan matikan mikrofon dalam keadaan tidak menyala, agar tetap menjaga suasana yang kondusif saat guru sedang menyampaikan materi. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu konsentrasi guru dan juga fokus mahasiswa-mahasiswi lainnya yang sedang mendengarkan. Hal ini juga sebagian bentuk Ta’dhim murid kepada ilmu, dimana tidak akan mendapat kemanfaatan tanpa dibarengi dengan rasa hormat terhadap ilmu yang sedang dikaji (Mengangungkan Ilmu dan Ahli Ilmu, 36).
4. Memberikan Respons dengan Baik dan Sopan
Memberikan respon dalam artian menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru maupun dosen dengan baik dan sopan. Dalam hal ini sebenarnya guru bertujuan untuk memancing murid-muridnya agar ada pembahasan-pembahasan yang lebih mendalam lagi, selain itu juga dalam syarah Ta’lim Muta’allim hal tersebut dibenarkan. Dimana aktivitas diskusi ini sangat berpengaruh dalam memajukan dunia pendidikan Islam, dengan tujuan untuk mengulang-ulang pelajaran yang telah dikaji (Faidah Diskusi, 80).
5. Menghadiri Perkuliahan Tepat Waktu
Di sini, hadir dengan tepat waktu selain mencerminkan kuatnya niat kita dalam menuntut ilmu, juga merupakan sebuah bentuk hormat kita kepada guru. Karena berlangsungnya pembelajaran daring akhir-akhir ini merubah beberapa hal, salah satunya adalah yang pada awalnya murid menunggu kedatangan guru dikelas saat masih luring menjadi sang guru sekarang yang menunggu murid saat daring.
Hal ini sangat disayangkan, dikarenakan dalam Ta’lim Muta’allim hal ini sangat tidak terpuji. Dalam sayarahnya pada bab mengangungkan ahli ilmu, tidak diperkenankan membuat si Ahli Ilmu (guru) merasa bosan. Sebab hal ini sangat mempengaruhi barokah, barokah di sini berarti artian kebaikan yang terus bertambah dan berkembang yang didapat dari guru kelak di masa depan (438/1). Selain itu, ilmu bisa didapatkan hanya dengan menghafal dan banyak belajar, tapi dalam kitab Ta’lim ilmu tersebut bukanlah bagian dari ilmu yang haqiqi (bermanfaat dunia akhirat).
***
Dari beberapa uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa kitab Ta’lim Muta’allim yang ditulis oleh Syaikh Az-Zarnuji dalam sejarah Islam tersebut, kontribusinya sangat bisa dirasakan dalam dunia pendidikan Islam. Yang perlu digarisbawahi di sini ialah akhlak haruslah tetap eksis disetiap problematika peradaban yang muncul dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah akhlak kuliah online yang merupakan masalah kekinian. Sebab, akhlak disini selain mempengaruhi keberkahan ilmu yang akan didapatkan oleh si murid juga sebagai identitas agama Islam sebagai agama penyebar perdamaian.
Editor: Nabhan