Akhlak

Berhati-hatilah dalam Memberi Persepsi

3 Mins read

Manusia: Makhluk yang Suka Memberi Persepsi

Saat manusia berinteraksi dengan manusia yang lainnya, persepsinya akan ikut menyertai dalam interaksinya. Tentu ada banyak defenisi tentang persepsi. Salah satunya kita bisa merujuk pada apa yang dikatakan oleh Dr. Jalaluddin Rakhmat, salah seorang penulis asal Bandung, dalam bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, “Persepsi adalah memberi makna pada stimulus inderawi.”

Misalnya ketika anda berinteraksi dengan seseorang yang baru anda kenal, kemudian anda menilainya dengan predikat-predikat yang positif, lantaran dia sudah berbuat baik kepada anda. Bahkan, membantu anda dalam masalah yang anda hadapi. Lalu, anda menilainya sebagai orang yang baik. Maka, anda sudah memberikan sebuah persepsi terhadapnya.

Namun tidak jarang di antara sebagian manusia ada juga yang begitu semena-mena memberi sebuah persepsi terhadap manusia yang lainnya. Mereka dengan seenaknya menilai orang lain dengan tanpa mengenalinya terlebih dahulu.

Contoh Dampak Persepsi dalam Kehidupan

Pada 13 Juni 1984, Tempo mengabarkan tentang seorang perempuan yang juga sebagai bintang TV, meninggal dunia setelah dia menggantungkan dirinya di bagian kusen pintu rumahnya.

Jutaan penonton televisi seakan tak percaya dengan hal tersebut. Seorang ibu yang telaten memberikan nasihat dan penyabar dengan tanpa terduga tiba-tiba mengakhiri hidupnya dengan sangat tragis.

Berkaca pada apa yang dialami oleh perempuan tersebut, yang di depan umum dikenal sebagai seorang perempuan yang baik dan memiliki sikap optimisme yang tinggi, tetapi tiba-tiba mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat menyedihkan, adalah penanda bahwa mempersepsi manusia memang tidak semudah dengan mempersepsi objek-objek tak bernyawa.

Jika anda adalah seorang guru, kemudian anda memerintahkan beberapa murid anda untuk mengamati sebuah papan tulis, maka kemungkinan besar semua murid anda yang mengamati papan tulis tersebut akan memiliki persepsi yang sama terhadap papan tulis itu.

Baca Juga  Khalifah Ali (9): Menata Ulang Pemerintahan

Namun lain halnya bila anda memerintahkan kepada beberapa murid anda untuk memberikan penilaian terhadap salah seorang dari murid anda.

Sebut saja Anita. Besar kemungkinan bahwa hasil dari persepsi yang dilakukan oleh beberapa murid anda terhadap Anita itu semuanya akan berbeda-beda. Kenapa? Karena mempersepsikan objek benda mati berbeda dengan mempersepsikan manusia.

Ketika semua murid-murid anda memiliki persepsi yang sama terhadap papan tulis tersebut dan semuanya benar, maka persepsi yang demikian tidak akan anda jumpai lagi pada saat mereka melemparkan sebuah persepsi terhadap Anita. Persepsi mereka akan berbeda-beda dan mustahil semuanya akan benar.

Memberi Persepsi kepada Manusia Berbeda dengan Persepsi terhadap Benda Mati

Manusia sebagai makhluk yang berperasaan tentunya berbeda dengan objek-objek yang tidak bernyawa. Manusia dari waktu ke waktu, kapanpun dan di manapun bisa berubah-ubah.

Mungkin hari ini anda menjelma sebagai malaikat. Tapi siapa yang tahu bahwa pada hari selanjutnya, anda justru malah berwujud sebagai makhluk yang sangat menakutkan, bahkan ular berkepala dua.

Sehingga, hal itulah yang menyebabkan Anita memiliki ragam warna karakter pada saat ia menjadi objek persepsi dari teman-temannya. Jadi, mempersepsi manusia tidak semestinya disamakan dengan mempersepsi benda-benda seperti papan tulis.

Karena, manusia adalah makhluk yang bernyawa, tidak seperti dengan papan tulis yang hanya sekedar benda yang tidak bernyawa.

Breakdown Communications

Corak persepsi manusia terhadap manusia yang lainnya juga sangat berperan penting dalam menjaga keutuhan sebuah hubungan di antara mereka. Baik bagi mereka yang sedang menjalin hubungan asmara, mereka yang memiliki ikatan persahabatan, ataupun ikatan persaudaraan. Kekokohan pondasi hubungan yang mereka bangun sangat erat kaitannya dengan corak persepsi yang mereka miliki.

Baca Juga  Ali bin Abi Thalib (3): Istri dan Keturunannya

Misalnya, lagu. Jika anda menilai pasangan anda sudah tidak setia lagi kepada anda, dan pada saat yang sama pasangan anda menilai anda sudah bosan terhadapnya, maka seiring berjalannya waktu, anda tidak akan memiliki hubungan apa-apa lagi dengan pasangan anda.

Itu disebabkan persepsi anda dan pasangan anda sudah tidak sehat lagi. Inilah yang disebut dalam psikologi sebagai breakdowns communication atau kegagalan komunikasi.

Sudah semestinya bahwa tidak akan ada yang memungkiri semua manusia menginginkan komunikasi yang sehat dalam hubungan interpersonalnya. Selain untuk menjaga kelanggengan hubungan yang ia bangun, menampilkan pribadi yang baik dan bisa diterima oleh orang banyak adalah perkara yang lain yang harus ia tunaikan.

Maka jelas, breakdowns communication adalah penyakit mematikan yang harus dijauhi oleh semua manusia dalam setiap interaksi yang dilakukannya.

***

Tatkala penyakit tersebut mulai tumbuh dan mengakar dalam pondasi bangunan hubungan yang anda jalin dengan pasangan, sahabat, dan saudara anda, maka anda harus siap untuk menyaksikan mereka akan menjauhi anda perlahan-perlahan. Hingga mereka pun akan mulai melupakan anda dan menghapus nama anda di dalam memori mereka.

Terlebih lagi, manusia sebagai makhluk yang tidak terlepas dari bayang-bayang sikap egoismenya, menjadikannya sering lalai dan keliru dalam melemparkan sebuah persepsi terhadap manusia yang lainnya.

Akibatnya, persepsi mereka lebih banyak yang bersifat subjektif dari pada objektif.  Tidak adanya keinginan untuk mengintrospeksi diri sendiri dan hanya bisa menilai orang lain dengan persepsi subjektif. Demikianlah sebab-sebab yang mengundang munculnya penyakit breakdowns communication dalam sebuah hubungan interpersonal.

Meresolusi dan memperbarui kembali corak persepsi adalah jalan keluar yang harus ditempuh oleh mereka yang sedang ditumbuhi oleh penyakit ini dalam hubungan interpersonal kita.

Baca Juga  Etika Pertemuan Virtual ala Rasulullah Saw

Obat Breakdowns Communication

Jika breakdowns communication adalah penyakit, lalu apa obatnya? Adalah dengan mengganti persepsi subjektif dengan persepsi objektif. Apa itu persepsi objektif? Adalah menilai orang lain yang sesuai dengan latar belakangnya. Sesuai dengan dirinya yang sebenarnya, dan tidak menilainya dengan yang sesuai keinginan sendiri.

Selain dengan menilai orang lain dengan persepsi objektif, manusia juga harus belajar pada sejak dini untuk mendengarkan orang lain.

Seperti yang pernah diungkapkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib, “Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang mengatakan.”

Yang terpenting bagi manusia sebenarnya adalah apa yang dikatakan oleh orang lain, bukan siapa yang mengatakannya.

Editor: Yahya FR

Avatar
12 posts

About author
Pelajar
Articles
Related posts
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…
Akhlak

Hidup Sehat ala Rasulullah dengan Mengatur Pola Tidur

4 Mins read
Mengatur pola tidur adalah salah satu rahasia sehat Nabi Muhammad Saw. Sebab hidup yang berkualitas itu bukan hanya asupannya saja yang harus…
Akhlak

Jangan Biarkan Iri Hati Membelenggu Kebahagiaanmu

3 Mins read
Kebahagiaan merupakan hal penting yang menjadi tujuan semua manusia di muka bumi ini. Semua orang rela bekerja keras dan berusaha untuk mencapai…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *