Tasawuf

Tarekat Muridiyah: Antara Ibadah dan Bisnis Kacang Tanah

4 Mins read

Sebuah tarekat Sufi didirikan di antara suku Wolof Senegal di Touba sekitar tahun 1886 oleh Syekh Ahmadu Bamba (1850-1927). Awalnya merupakan cabang dari tarekat Qadiriyah, tarekat tersebut menciptakan ritual dan dzikirnya sendiri dan mengembangkan penekanan pada nilai kerja keras, yang akan menjadi ciri khas dari Muridiyah.

Murid-muridnya diajarkan untuk mematuhi syekh mereka, meninggalkan kesenangan duniawi, dan mengabdikan diri mereka untuk pekerjaan yang produktif. Seiring waktu, Muridiyah menjadi kekuatan ekonomi di wilayah tersebut karena hasil panen dan penjualan kacang tanah (Campo, 2009:502).

Perlawanan Muridiyah Terhadap Kolonisasi

Ahmadu Bamba merupakan pewaris tradisi panjang politik sufi di Senegambia dan Afrika Barat pada umumnya. Penjajah Prancis menganggap jaringan sufi dengan beberapa keraguan, karena syekh sufi telah memimpin perlawanan terhadap kolonisasi Prancis di banyak bagian Afrika Utara dan Barat (Sabra, 2021:51).

Kemandirian Muridiyah dilihat oleh rezim Prancis sebagai bentuk perlawanan. Fakta yang meningkatkan daya tarik mereka terhadap suku Wolof dan menyebabkan administrator Prancis memandang mereka dengan kecurigaan. Untuk alasan ini, otoritas kolonial dua kali mengasingkan Bamba dari Senegal, berharap popularitasnya berkurang.

Ketika hal ini gagal, Prancis berusaha untuk mengkooptasi Muridiyah, akhirnya membentuk modus vivendi dengan kelompok tersebut sebagai pengakuan atas pengaruh stabilitasi mereka.

Muridiyah menarik suku Wolof dari strata sosial yang berbeda, menekankan perkembangan komunitas yang melampaui berbagai bagian masyarakat. Pengetahuan agama Bamba, integritas, dan kesalehan yang rendah hati, bila dikombinasikan dengan kemampuan organisasinya, membantunya menciptakan tatanan yang menyediakan struktur yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat Senegal yang terganggu oleh dominasi kolonial.

Bamba akhirnya mendapatkan kepercayaan dari otoritas Prancis dengan menunjukkan kurangnya minat pada otoritas temporal dan dengan bekerja sama dengan mereka dalam cara yang nyata. Awalnya tarekat itu merupakan tarekat pedesaan. Pembangunan rel kereta api menghubungkan daerah pedesaan ini ke kota-kota dan pasar luar negeri, hal ini dimanfaatkan dengan pembukaan lahan bagi penanaman kacang tanah. 

Baca Juga  Imam Junaid Al-Baghdadi, Tokoh Penting di Dunia Tarekat

Ciri Khas Tarekat Muridiyah

Pemerintah Prancis memberikan syekh sebidang tanah yang luas tempat dimana para murid-muridnya (talibes) untuk bermigrasi dan mengolah perkebunan mereka. Kebun itu diberi nama daras, dari bahasa Arab untuk rumah (dar). Setiap keluarga mengirimkan anak laki-laki mereka untuk bekerja di daras, di mana mereka melakukan pekerjaan berat.

Tidak seperti jaringan sufi lainnya di wilayah tersebut, Muridiyah mendirikan beberapa daras yang mana tidak ada akses pendidikan sama sekali. Hal ini mungkin didasarkan pada tradisi suku Wolof yang suka bekerja secara kolektif. Para talibes atau murid secara sukarela tunduk pada syekh dan mengerjakan darasnya, ataupun mereka di bawa langsung oleh orang tuanya dan ditinggalkan dalam perawatan syekh.

Dalam berbagai kasus, biasanya mereka dari keluarga miskin. Daras memberikan tingkat keamanan ekonomi yang cukup, keanggotaaan dalam sebuah komunitas, dan bagi mereka yang mengabdi selama beberapa tahun, kemungkinan akan memfasilitasi pernikahan mereka.

Ketika seorang murid meninggalkan daras, dia termasuk sosok yang di hormati ketika kembali ke desa asalnya dan bahkan mungkin menerima sebidang tanah dari syekhnya. Singkatnya, pelayanan di daras, meskipun berat, menyediakan sarana yang cukup bagi mobilitas sosial bagi anak lak-laki miskin, yang tidak punya tanah, dan yatim piatu. Selain tenaga kerja yang diterima para syekh dari murid-muridnya, mereka juga membangun jaringan patronase.

Setelah kemerdekaan, jaringan patronase ini membuat syekh yang kaya menjadi broker politik yang kuat yang bisa merekrut murid-murid mereka untuk memilihnya dalam pemilihan.

Muridiyah: Dari Gerakan Keagamaan Hingga Pionir Pertanian

Kacang tanah tetap menjadi pusat ekonomi di Senegal, tetapi seiring berkembangnya ekonomi dan semakin banyak orang bermigrasi dari daerah pedesaan ke kota; Muridiyah berkembang menjadi masyarakat religius perkotaan, yang dikenal sebagai dahiras, dari bahasa Arab daira yang berarti lingkaran studi. 

Baca Juga  Mujahadah dan Riyadhah, Metode Tarekat Menuju Ma'rifat

Masyarakat ini mengatur ritual keagamaan dan mengumpulkan sumbangan untuk dikirim ke syekh. Mereka juga memberikan bantuan timbal balik bagi anggotanya, seperti membantu perawatan medis, pernikahan, atau pemakaman (Sabra, 2021:52).

Pertumbuhan juga berkontribusi terhadap urbanisasi di Senegal. Kota Touba, tempat sang pendiri dimakamkan, sekarang menjadi kota terbesar kedua di negara itu, setelah Dakar. Setiap tahun, jutaan murid berpartisipasi dalam Grand Magal, atau ziarah, ke Masjid Agung Touba. Acara ini didukung oleh donasi dari para Muridiyah, termasuk dari komunitas di luar negeri.

Para Imigran Senegal telah menetap di sejumlah kota di luar negeri, tetapi mungkin komunitas Muridiyah yang paling giat berada di New York. Ketika mereka tiba di Amerika Serikat, sebagian besar imigran ini tidak terampil, tidak memiliki dokumen, dan hanya sedikit yang bisa berbahasa Inggris, sehingga mereka bekerja sebagai pedagang kaki lima.

Koneksi ke Muridiyah telah membantu mereka untuk membangun citra diri mereka sendiri dan mendapatkan lisensi sebagai penjual. Anggota Muridiyah mendirikan masjid mereka sendiri, Masjid Touba. Pada 1980-an, orang Senegal di New York dapat memperoleh kewarganegaraan dan dapat membuka cabang ke berbagai sektor binis, termasuk melakukan transfer uang.

Lambat Laun, orang Senegal tumbuh menjadi sebuah komunitas etnis di kota. Lebih dari 75 persen imigran Senegal adalah laki-laki. Selain pedagang kaki lima, banyak dari pria ini menjadi sopir taksi. Sedangkan para perempuan bekerja sebagai kepang rambut, yang bisa menjadi profesi yang menguntungkan.

***

Muridiyah mulai mengorgansir daras di New York pada 1980-an. Setiap tiga bulan, sumbangan yang terkumpul dikirim ke Touba. Pada 1990-an, Komunitas Islam Muridiyah Amerika didirikan, menyediakan payung organisasi bagi asosiasi yang lebih kecil di seluruh Amerika Serikat. Selain itu, sekarang ada dairas dan LSM perempuan. Salah satu LSM tersebut mendanai sejumlah kegiatan amal di Touba, termasuk pembangunan rumah sakit senilai 8 juta dolar.

Baca Juga  Tarekat Qadiriyah: Tarekat Terbesar & Tertua di Dunia

Dengan reputasi sebagai pekerja keras dan warga negara yang taat hukum, komunitas Muridiyah telah mengembangkan hubungan baik dengan para pemimpin kota di New York dan Atlanta. Setiap musim panas, komunitas Muridiyah di New York merayakan bulan Muridiyah, dananya berasal dari para sumbangan anggota. Dalam bulan ini ditandai dengan pawai tahunan, doa umum, dan ceramah agama.

Acara ini berfungsi untuk memperkuat ikatan komunitas dan menunjukkan hubungan Muridiyah dalam masyarakat New York. Syekh yang berkunjung dari Senegal memainkan peran penting dengan memperkuat ikatan transnasional yang mengikat semua anggota Muridiyah menjadi satu komunitas.

Muridiyah adalah contoh luar biasa dari kemampuan adaptasi tasawuf terhadap perubahan kondisi ekonomi dan sosial modern. Dari asal-usul mereka sebagai pionir pertanian di industri kacang tanah, hingga penciptaan komunitas spiritual baru bagi para migran di daerah perkotaan, hingga transformasi mereka menjadi gerakan keagamaan transnasional (Sabra, 2021:53).

Editor: Muhammad Awaluddin Al Kirom

Fahmi Rizal Mahendra
17 posts

About author
Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya. Membaca dan Menulis tentang sejarah Ottoman, Turki & Tasawuf/Sufisme.
Articles
Related posts
Tasawuf

Membaca Sejarah Munculnya Tasawuf dalam Islam

4 Mins read
Membaca sejarah tasawuf awal akan membawa kita pada beberapa pertanyaan. Misalnya, bagaimana sejarah tasawuf pada periode awal itu muncul, bagaimana corak dari…
Tasawuf

Rahasia Hidup Zuhud Imam Hasan Al-Bashri

2 Mins read
Salah satu kajian yang menarik dari sosok Hasan Al-Bashri adalah tentang “Zuhud”. Membahas zuhud adalah tentang bagaimana cara beberapa sufi hidup sederhana…
Tasawuf

Konsep Syukur Menurut Abu Hasan Asy-Syadzili

5 Mins read
Abu al-Hasan Asy-Syadzili Ali ibn Abdillah ibn Abd al-Jabbar lahir di Ghumarah di daerah Maghribi atau Maroko pada tahun 593 H atau…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *