Tasawuf

Tasawuf Bukanlah Hal Baru dalam Dunia Islam

2 Mins read

Istilah tasawuf merupakan hal yang tidak asing lagi didengar oleh masyarakat secara umum, apalagi dalam dunia Islam. Tetapi di zaman sekarang, sering kali seseorang beranggapan bahwa tasawuf merupakan ajaran yang sesat lagi bidah karena tidak ada pada zaman Nabi dan tidak disebutkan secara eksplisit dalam teks-teks rujukan agama Islam. Namun, ketika diteliti lebih, akan didapati bahwa ajaran tasawuf ini sudah ada sejak awal abad ke 1 H. Setidaknya, ada empat periode perkembangan tasawuf ini (Asmaran As, 1994: 249) yaitu:

Periode Pertama : Abad ke-1 dan ke-2 Hijriah

Gerakan tasawuf pada masa ini muncul sebagai bentuk kekhawatiran terhadap perubahan mental masyarakat. Kondisi masyarakat pada abad pertama Hijriah pasca Nabi Muhammad Saw dan para sahabat, mengalami perubahan besar, baik dari aspek sosial maupun ekonomi.

Dalam hal spiritual, masyarakat lebih banyak berbicara tentang teologi dan syariat, sehingga mulai melupakan persoalan-persoalan kerohanian. Kondisi ini ditandai dengan berkembangnya budaya hedonisme (penganut kenikmatan duniawi) di tengah masyarakat. Para tokoh sufi melihat kehidupan masyarakat saat itu mulai cenderung hidup bermewah-mewahan.

Gerakan tasawuf yang dikendalikan oleh para sahabat, tabiin, dan seterusnya senantiasa mengingatkan kita tentang hakikat hidup ini, dan berupaya menanamkan semangat beribadah, serta melakukan zuhud, contohnya dalam hal berpakaian. Termasuk dalam periode ini adalah Hasan Al-Basri (110 H) dengan konsep khauf-nya, dan Rabi’ah al-‘Adawiyah (185 H) dengan konsep cintanya.

Berdasarkan keterangan di atas, tampak bahwa ajaran tasawuf pada periode pertama ini bercorak akhlaki, yakni pendidikan moral dan mental dalam rangka pembersihan jiwa dan raga dari berbagai pengaruh duniawi.

Periode Kedua: Abad ke-3 dan ke-4 Hijriah

Ajaran tasawuf pada periode ini tidak hanya sebatas pembinaan moral (akhlak) saja, sebagaimana yang diajarkan para Zahid (ahli zuhud) pada periode pertama. Menurut Hamka, pada periode ini, ilmu tasawuf sudah berkembang dan memperlihatkan isinya, yaitu: ilmu jiwa, ilmu akhlak, dan ilmu gaib (metafisika). Artinya, pada periode ini ajaran tasawuf memasuki babak baru.

Baca Juga  Tarekat Qadiriyah: Tarekat Terbesar & Tertua di Dunia

Menurut Abu Bakar Aceh dalam bukunya, jika pada abad ke 2 H ajaran tasawuf menekankan pada kezuhudan, maka pada abad ke 3 H sudah mulai masuk pada pembahasan tentang wushul dan ittihad dengan Tuhan.

Periode Ketiga: Abad ke-5 Hijriah

Menginjak periode ketiga ini, terjadi pembaharuan ajaran tentang tasawuf suni dan tasawuf falsafi. Karena di era ini, tasawuf suni semakin berkembang, sedangkan tasawuf falsafi mulai tenggelam dan baru muncul kembali di saat lahirnya para sufi yang sekaligus seorang filsuf.

Kemudian pada abad ini pula, istilah kelompok zikir baru bermunculan. Hal ini ditandai oleh silsilah tarekat yang selalu dihubungkan dengan nama pendiri yang lahir di masa itu. Dan juga, hal tersebut disebabkan karena terjadinya kekosongan spiritual sehingga untuk mengembalikannya harus dilakukan upaya pendekatan diri kepada Allah Swt dalam bentuk tarekat.

Periode Keempat: Abad ke-6 dan Seterusnya

Ajaran tasawuf falsafi kembali muncul pada periode ini secara komprehensif, yang mana pada periode sebelumnya (abad ke 5 H), ajaran tasawuf falsafi ini sempat hilang atau tenggelam. Dan ajaran ini berkembang dengan sempurna di periode ini, baik dari segi praktik, pengajaran, maupun ide. Hal ini dapat dilihat dari tulisan Ibnu ‘Arabi dalam kitabnya yang berjudul al-Futuhat al-Makkiyah dan Fusus alHikam.

Dari hasil kajian oleh sebagian penulis, dijelaskan bahwasannya lahirnya gerakan tarekat sebenarnya diawali pada abad ke 6 H. Berdasarkan kajian historis perkembangan tasawuf di atas, maka dapat disimpulkan bahwa awal perkembangan tarekat pada abad ke 1 dan ke 2 H masih bermakna jalan spiritual yang dilalui oleh seorang sufi menuju hakikat. Kemudian pada abad selanjutnya (abad ke 3 dan ke 4 H) merupakan cikal bakal munculnya berbagai tarekat.

Baca Juga  Mujahadah dan Riyadhah, Metode Tarekat Menuju Ma'rifat

Dan pada abad ke 6 H (periode ke 4 ini), terjadi perubahan arah dalam perkembangan tarekat tersebut, yang ditandai dengan munculnya beberapa kelompok atau institusi tarekat yang diawali dan dipelopori oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang bernama tarekat Qadiriyah (tarekat pertama). Sejak saat itu pula, berbagai macam tarekat mulai muncul, baik cabang dari tarekat Qadiriyah maupun tarekat yang berdiri sendiri.

Dari semua hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tasawuf itu bukanlah hal yang baru dalam agama Islam. Tasawuf sudah hadir sejak awal abad hijriah walaupun dengan istilah yang berbeda, tetapi inti dari ajarannya sama.

Muhammad Rinal Saputra
1 posts

About author
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Adab dan Humaniora prodi Tarjamah
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds