Khutbah

Teks Khutbah Idulfitri: Hakikat Idulfitri di Tengah Keberagaman

4 Mins read

Teks Khutbah Idulfitri: Hakikat Idulfitri di Tengah Keberagaman

Berikut ini adalah contoh teks khutbah Idulfitri dapat dipakai untuk memberikan khutbah Idulfitri di masjid-masjid maupun di lapangan. Tema yang dimuat dalam teks khutbah Idulfitri ini adalah tentang Hakikat Idulfitri di tengah keberagaman.

Teks Khutbah Idulfitri

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ  يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ اِلآّ اَللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُهَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. اَمَا بَعْدُ.

قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah [2]:195).

Jamaah Shalat Idulfitri Rahimakumullah…

Hari Raya IdulFitri tahun ini merupakan hari raya kedua dimana umat Islam diseluruh penjuru dunia masih harus merayakannya di tengah gempuran wabah. Sehingga shalat ‘Id harus dilakukan dengan menerapkan protokal kesehatan yang sangat ketat. Bahkan, sebagian masyarakat harus rela melaksanakan shalat Id di rumah masing-masing bersama anggota keluarga untuk mencegah penyebaran wabah. Dalam rangaka mencegah meluasnya wabah pemerintah juga telah menerapkan larangan mudik.

Namun demikian, adanya “larangan mudik” sama sekali tidak mengurangi dari esensi atau nilai-nilai dari perayaan hari raya. Bagi perantauan, silaturahim masih tetap bisa dilakukan dengan cara yang berbeda, yaitu saling bertegur sapa dan berkirim kabar melalui media virtual atau lewat dunia maya. Mudik juga bisa kita lakukan dengan cara saling mengirimkan hadiah dan saling mendoakan dari kejauahan. Saat ini jarak fisik masih harus tetap terus direnggangkan, namun bukan berarti jarak sosial juga ikut renggang.

Baca Juga  Khutbah Jumat Ringkas: Harmonisasi Umat Beragama

Larangan mudik merupakan salah satu bentuk ikhtiar dalam menjaga nyawa diri, keluarga dan orang lain. Secara tidak langsung menerapkan larangan mudik merupakan bentuk pengamalan dari perintah Allah yang tertuang di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah [5] 32. Dalam surat tersebut Allah menegaskan bahwa “…barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan seluruh umat manusia”.

Dengan tidak mudik bukan berarti kita menjadi sendiri dan merasa kesepian. Diperantauan kita masih bisa merayakan hari raya bersama “keluarga” yang lain sesama perantauan. Inilah kesempatan kita menjalin ukhuwah dalam bingkai Idul Fitri di tengah keberagaman. Keberagaman adalah menerima perbedaan. Berbeda karena kita merayakan hari raya ditengah gempuran wabah, berbeda karena hari raya tahun ini harus kita rayakan jarak jauh dengan keluarga, dan berbeda karena kita merayakan hari raya bersama “keluarga baru” diperantauan. Perbedaan ini harus dibingkai dalam wadah bernama “persatuan”. Energi persatuan ini hendaknya bisa digunakan dalam berjuang bersama dalam melawan wabah.

Teks Khutbah Idulfitri: Konsep Keberagaman

Jamaah Shalat Idul Fitri yang Berbahagia…

Keberagaman ini harus kita terima dan kita rayakan. Karena hakikat manusia dilahirkan penuh dengan keragaman; ragam agama, suku, bahasa, budaya, makanan dan lain-lainya. Binatang dan tumbuh-tumbuhanpun diciptakan dalam bentuk yang juga beragam. Di bumi pertiwi Indonesia, keberagaman adalah bagian dari indentias bangsa. Keberagaman adalah bukan hanya tentang perbedaan. Namun konsep keberagaman adalah mencakup penerimaan dan penghormatan. Menerima bahwa umat manusia dilahirkan dalam bentuk yang berbeda-beda. Penghormatan dalam arti bahwa manusia harus saling menghargai satu sama lain.

Keragaman adalah mutlak rahmat dari Allah. Memaksa yang berbeda harus sama dengan diri kita dalam semua hal berarti melawan sunnatullah. Bukankah Al-Qur’an telah menegaskan bahwa “…jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semua?”  (QS. Yunus [10]: 99).

Benar bahwa semua agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan, namun memaksa orang untuk memeluk agama adalah hal yang tidak baik. Dalam Islampun tidak ada paksaan dalam memeluk agama (QS. Al-Baqarah [2]: 256). Inilah etika dalam menerima keberagaman. Tidak memaksakan kendak orang lain. Namun, menerima dan menghormati pilihan orang lain yang berbeda dengan diri kita. Dengan sikap menerima dan saling menghormati ini, maka akan terwujud kebersamaan, persatuan, kerukunan dan kedamaian antar umat beragama di Indonesia. Sikap inilah yang saat ini benar-benar kita perlukan. 

Baca Juga  Khutbah Jumat: Taat Kepada Pemerintah, Tidak Menuntut Kesempurnaan

Teks Khutbah Idulfitri: Keshalihan Sosial sebagai Etika Publik

Jamaah Shalat Idulfitri yang Berbahagia…

Penerimaan dan penghormatan terhadap keberagaman merupkan nilai-nilai keshalihan sosial yang diajarkan dalam Islam. Nilai-nilai keshalihan sosial inilah yang diajarkan melalui puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Karena hakikat puasa Ramadhan bukan hanya mengajarkan keshalihan individual semata, numun hakikat Ramadhan juga mengajarkan keshalihan sosial. Keshalihan sosial merupakan etika di ruang publik yang harus menjelma dalam kehidupan sehari-hari (practical etics). Etika bukan hanya sekedar teori yang biasa didiskusikan dalam ruang-raung akademik (theoretical ethics), etika publik harus menjelma dalam kehidupan nyata.

Setidaknya ada tiga tanda dalam keshalihan sosial, yaitu: Pertama, menjaga ketertiban umum (public order). Menjaga ketertiban umum merupakan etika yang harus dijunjung tinggi sebagai seorang muslim yang baik. Orang yang shalih secara sosial harus menjaga ketertiban umum, yaitu patuh terhadap peraturan dan norma-norma yang berlaku. Tidak melanggar ketentuan dan tidak membuat gaduh ditengah-tengah masyarakat, namun sebaliknya berkontribusi dan memberikan solusi. Menjaga dari perbuatan yang dapat menimbulkan kerusakan, baik kerusakan moral, sosial dan lingkungan. “Dan berbuat baiklah, karena sesunggunya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik (QS. Al-Baqarah [2]:195).

Kedua, menjaga keselamatan publik (public safety). Dengan kita mematuhi larangan mudik ditengah wabah yang semakin merajalela itu artinya kita telah menjaga keselamatan publik. Dengan menerapkan protokol kesehatan berarti kita telah ikut andil dalam menjaga keselamatan orang lain dari penularan Covid-19. Jangan sampai sikap dan berpuatan kita di ruang publik justru dapat mengancam dan membahayakan keselamatan orang lain. Nabi saw. juga telah menegaskan bahwa seorang muslim yang baik yaitu orang yang manusia lainnya merasa aman dari gangguannya (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i).

Baca Juga  Teks Khutbah Jumat Singkat: Hati Keras dan Membatu

Ketiga, menjaga kesehatan publik (public health). Kesehatan publik di tengah wabah yang belum menunjukkan tanda-tanda melandai merupakan prioritas utama. Menjaga Kesehatan publik dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan sikap solidaritas dan empati. Solidaritas merupakan sikap kebersamaan dan persatuan dalam berbedaan. Bersama dan bersatu dalam melawan wabah. Empati adalah kemapuan untuk merasakan keadaan orang lain yang kemudian menggerakkan diri kita untuk melalukan sesuatu. Saling membantu dan mengulurkan tangan di tengah pandemi adalah salah satu sikap dalam menjaga kesehatan publik. Karena orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lainnya (HR. Muslim).

Keshalihan sosial inilah yang harus kita bawa dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Dengan keshalihan sosial kita akan saling menjaga dan saling tolong menolong satu sama lain (ta’awun). Dengan keshalihan sosial kita akan saling menghargai, menghormati dan saling menguatkan satu sama lain, tidak peduli apapun agama, suku, bahasa dan budayanya. Keshalihan sosial harus menjelma dan menjalar sebagai etika di ruang publik. Etika publik inilah yang saat ini benar-benar kita butuhkan dalam merayakan hari kemenangan di tengah gempuran wabah. Menjunjung tinggi etika diruang publik adalah langkah penting dan strategis dalam mewujudkan persatuan dan perbadamaian. Itulah hakikat memaknai Idul Fitri di tengah keberagaman.

Jamaah Shalat Idulfitri Rakhimakumullah…

Demikianlah khutbah yang kami sampaikan, semoga ada manfaatnya, kurang dan lebihnya mohon maaf. Marilah kita tutub khutbah ini dengan berdoa:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَلّلَهُمَّ اغْفِرْلِلْمُسِلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

 رَبَّنَآ أَتِنَآ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَآ عَذَابَ النَّار

 سُبْحَانَ رَبكَ رَبّ الْعِزَةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمُ عَلىَ الْمُرْسَلِيْن وَالحَمْدُ ِللهِ رَبّ ِاْلعآلَمِيْن

***

Demikian teks khutbah Idulfitri tentang hari raya di tengah keberagaman. Semoga bermanfaat dan meningkatkan kualitas Idulfitri kita tahun ini.

Editor: Nabhan

Avatar
22 posts

About author
Dosen Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Articles
Related posts
Khutbah

Kultum Ramadan: Ancaman dan Hikmah Puasa Ramadhan

2 Mins read
Bulan Ramadhan bulan yang mulia lagi suci, setiap perbuatan kebaikan anak adam mengandung berlipat-lipat pahala. Sepatunya kita seorang hamba memanfaatkan semaksimal mungkin…
Khutbah

Khutbah Jumat: Tiga Nama Lain Bulan Ramadhan

4 Mins read
Khutbah Pertama اَلْحَمْدُ ِللهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوٰى. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ…
Khutbah

Khutbah Jumat: Larangan Merusak Lingkungan dalam Islam

2 Mins read
Khutbah Pertama إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *