Khutbah

Teks Khutbah Jumat: Luasnya Pintu Ampunan Allah dan Sempitnya Hati Manusia

3 Mins read

Di bawah ini adalah teks khutbah Jumat tentang luasnya pintu ampunan Allah dan sangat cocok untuk dipakai memberikan khutbah Jumat di masjid-masjid seluruh Indonesia. Tema yang dimuat dalam teks khutbah Jumat kali ini mengupas tentang luasnya pintu ampunan Allah. Ternyata, pintu ampunan Allah untuk hamba-hambanya begitu luas dalam Islam. Teks khutbah Jumat ini lengkap karena memuat khutbah pertama dan kedua.

Khutbah Pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Allah SWT berfirman:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Dan (ingatlah) ketika tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim : 7)

Bersyukur adalah kunci kehidupan. Syukur merupakan rumus ketenangan jiwa. Syukur adalah nikmat yang paling berharga bagi umat Muslim di seluruh dunia. Dengan bersyukur kita menjadi takwa dan insyaallah mendapatkan ridha-Nya. Semoga kita termasuk dalam golongan orang orang yang mampu mensyukuri segala nikmat yang Allah berikan dan terhindar dari azab-Nya tersebab dari perbuatan tangan kita sendiri.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Agung, Muhammad Saw. Semoga kita dapat berjumpa, berada di sisinya dan mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir nanti. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin. Sebagaimana sabda Rasul yang berbunyi:

وعن ابن مسْعُودٍ أنَّ رسُول اللَّهِ ﷺ قَالَ: أَوْلى النَّاسِ بِي يوْمَ الْقِيامةِ أَكْثَرُهُم عَليَّ صَلاَةً

“Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi)

Baca Juga  Shalat itu Tiang Agama, Hukuman Berat Bagi yang Meninggalkannya

Hakikat Manusia (Sumber salah, khilaf dan kurang)

Jama’ah jum’at rahimakumullah.

Pada hakikatnya manusia adalah sumber khilaf, ladang kekurangan dan terbiasa berbuat salah, baik yang kita sadari ataupun tidak. Tidak hanya manusia biasa, sekelas Nabi saja juga pernah melakukan kesalahan. Sebagaimana Nabi Adam yang memakan buah khuldi, padahal buah tersebut dilarang oleh Allah. Begitu pula Nabi Muhammad yang pernah ditegur oleh Allah akibat memalingkan wajah atau bermuka masam ketika dipanggil oleh salah satu sahabatnya, Abdullah Bin Ummi.

Oleh karena itu juga, Allah menghadirkan salah satu sifatnya yakni Maha Pemaaf sekaligus Maha Pengampun. Allah mengetahui betul manusia akan melakukan kesalahan dan akan terus melakukannya. Termasuk pula perbuatan dosa akibat menunaikan hal-hal yang dilarang oleh-Nya. Sehingga pintu maaf dan ampun itu sengaja disiapkan untuk hambanya. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Asy-Syūrā ayat 25 yang berbunyi:

وَهُوَ الَّذِيْ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهٖ وَيَعْفُوْا عَنِ السَّيِّاٰتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُوْنَۙ 

“Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya, memaafkan kesalahan-kesalahan, mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Asy-Syūrā [42] : 25)

Namun, Allah tidak semata-mata langsung menerima taubat manusia. Melainkan ada prasyarat yang harus dipenuhi, salah satunya adalah taubat dengan sungguh-sungguh. Sebagaimana firman Allah dalam surah At-Tahrim ayat 8 yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanannya. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (At-Tahrim [66] : 8)

Para ulama merumuskan, setidaknya ada tiga hal yang harus dipenuhi agar seseorang dapat dikatakan bertaubat dengan sungguh-sungguh, yakni menyesali perbuatannya, memohon ampunan kepada Allah dan berjanji tidak akan mengulanginya. Tanpa tiga hal ini maka tidak dapat seseorang dikatakan benar-benar bertaubat. Dan dapat dipastikan taubatnya tidak dapat diterima oleh Allah Swt.

Baca Juga  Teks Khutbah Iduladha 1444H: 3 Nilai Idul Kurban untuk Keluarga Sakinah

Jamaah Jumat Rahimakumullah.

Sejatinya apapun bentuk perbuatan dosa yang telah manusia lakukan, Allah senantiasa membuka lebar-lebar pintu maafnya. Ia siapkan ladang pintu ampunan bagi siapa saja yang telah menjauhi dan mengingkari nikmat yang telah ia berikan. Namun, ada satu perbuatan yang membuat Allah tidak dapat menerima ampunan dan maaf dari seseorang. Perbuatan tersebut adalah perbuatan syirik, yakni menduakan, menyekutukan, mengingkari ke “esa”an Allah Swt. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah An-Nisa ayat 116 yang berbunyi:

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah tersesat jauh.” (An-Nisā’ [4] : 166)

Kisah Pelacur yang Diampuni Allah

Perkara dosa dan pahala sejatinya adalah kuasa penilaian dari Allah, Sang Pencipta. Tidaklah berhak manusia menilai pahala dan dosa seseorang, apalagi mengkafiri atau bahkan menilai seseorang akan masuk neraka jahannam. Ada satu cerita yang cukup masyhur tentang seorang pendosa, pemabuk sekaligus pezina. Dalam kitab Al-Anbiya yang diterjemahkan Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin 1 dan 1 diceritakan bahwa ia berprofesi sebagai pelacur. Setiap hari menjajaki tubuhnya untuk dinikmati siapapun yang mampu membayarnya dengan uang dan harta.

Singkat cerita, ia melihat seekor anjing yang sedang kehausan di bawah terik matahari. Seketika hatinya iba dan berempati kepada anjing tersebut. Ia jadikan sepatunya sebagai tempat menaruh air dan memberikannya kepada anjing yang sedang kehausan tersebut. Setelah itu Allah jamin di masuk surga sebagaimana hadis riwayat Bukhari yang berbunyi:


أَنَّ امْرَأَةً بَغِيًّا رَأَتْ كَلْبًا فِى يَوْمٍ حَارٍّ يُطِيفُ بِبِئْرٍ قَدْ أَدْلَعَ لِسَانَهُ مِنَ الْعَطَشِ فَنَزَعَتْ لَهُ بِمُوقِهَا فَغُفِرَ لَهَا

Ketika seekor anjing berputar atau mengitari sumur, dimana dia hampir mati oleh kehausan, tiba-tiba salah seorang pelacur Bani Israil melihatnya. Pelacur itu melepas sepatu kulitnya dan memberi minum (dengan wadah sepatu) kepadanya. Maka perempuan itu diampuni sebab perbuatannya.” (HR. Bukhari)

Baca Juga  Contoh Teks Khutbah Jumat Tauhid: Agama Hanifiyyah Samhah

بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:

فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allaahumma Shalli’Alaa Muhammad, Wa’alaa Aali Muhammad. Kamaa Shallaita ‘Alaa Ibraahiim Wa ‘Alaa Aali Ibraahiim. Wabaarik’Alaa Muhammad, Wa’Alaa Aali Muhammad. Kamaa Baarakta’Alaa Ibraahiim, Wa’Alaa Aali Ibraahiim, Fil’Alamiina Innaka Hamiidum Majiid.”

Sebelum khutbah singkat ini Khotib akhiri, marilah kita sama-sama memanjatkan doa kepada Allah Swt. sebagai bentuk ketaatan dan kerendahan hati kita sebagai seorang hamba serta rasas syukur atas luasnya pintu ampunan Allah yang diberikan kepada kita semua.

اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِميْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ والْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتِ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ عِلْمًا نَفِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Dengan berakhirnya doa yang barusan kita panjatkan bersama. Maka berakhir pulalah khutbah singkat pada kesempatan kali ini. Semoga apa yang kita harapkan dapat diijabah. Apa yang kita inginkan dapat diwujudkan. Dan apa yang kita butuhkan dapat dikabulkan oleh Allah Swt.

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ الْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Demikian teks khutbah Jumat luasnya pintu ampunan Allah dari IBTimes.ID. Semoga bermanfaat. Khutbah Jumat dengan tema lain dapat diakses dalam rubrik khutbah Jumat.

Editor: Soleh

Avatar
2 posts

About author
Sekretaris 1 PW PII Yogyakarta Besar | Mahasiswa Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Khutbah

Khutbah Idul Fitri: Makna Idul Fitri dan Kemenangan Sejati

5 Mins read
Berikut ini adalah contoh khutbah Idul Fitri yang dapat dipakai untuk memberikan khutbah Idul Fitri di masjid- masjid dan di lapangan. Tema…
Khutbah

Teks Khutbah Idul Fitri: Menggapai Derajat Takwa 

3 Mins read
Berikut ini adalah contoh teks khutbah Idul Fitri yang dapat dipakai untuk memberikan khutbah Idul Fitri di masjid- masjid dan di lapangan….
Khutbah

Khutbah Idul Fitri: Terlahir Kembali Menjadi Manusia Baru

4 Mins read
Berikut ini adalah contoh khutbah Idul Fitri yang dapat dipakai untuk memberikan khutbah Idul Fitri di masjid- masjid dan di lapangan. Tema…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *