Tasawuf

Tiang Gantungan: Akhir Tragis Kehidupan Al-Hallaj

2 Mins read

Biografi Singkat Abu Mansyur Al-Hallaj

Abu al-Mugit Husein bin Mansur al-Hallaj, atau yang sering disebut dengan Al-Hallaj, lahir pada tahun 858 M/244 H di desa Thour, Persia dan wafat pada tahun 922 M.  Beliau merupakan putra dari seorang penyortir wol yang sering bermigrasi ke daerah-daerah lain.

Ia merupakan seorang mistikus Persia, penulis revolusioner dan guru sufi. Beliau merupakan seorang sufi terkenal yang muncul pada abad ke-9 dan ke-10.

Kemampuannya tidak diragukan lagi. Terbukti, pada masa mudanya, beliau telah dibekali dengan ilmu pengetahuan yang luas seperti; tata bahasa Arab, Al-Qur’an, tafsir, hingga teologi. Pada umurnya yang ke-16 tahun, beliau telah menyelesaikan masa studinya, namun beliau memiliki rasa penasaran yang tinggi terkait apa yang dipelajarinya selama ini.

Akhirnya, karena pamanya, Al-Hallaj mendatangi Sahl At-Tustari untuk menjawab rasa penasarannya. Sahl merupakan seorang sufi yang mempunyai kedudukan spiritual tinggi dan terkenal karena tafsir Al-Qur’an.

Ia mengamalkan secara ketat tradisi Nabi dan praktik-praktik kezuhudan keras seperti puasa dan salat sunah sekitar empat ratus rakaat sehari. Oleh karena itu, Al-Hallaj datang ke Tustar untuk berkhidmat dan mengabdi pada Sahl.

Pemikiran Ekstrem Al-Hallaj

Ia merupakan seorang tokoh sufi yang mengembangkan paham tentang al-hulul. Paham ini menjadi sangat kontroversial dan dianggap sebagai pemikiran yang ekstriem sepanjang sejarah tasawuf dalam Islam.

Dalam istilah tasawuf, al-hulul merupakan sebuah paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu, untuk mengambil tempat di dalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaan pada diri manusia lenyap. Oleh karena itu, menurutnya, Tuhan yang mengambil tempat pada diri manusia dianggap memiliki sifat kemanusian di samping sifat ketuhanan-Nya.

Pandangannya tentang al-hulul ini didasarkan pada konsep penciptaan Nabi Adam. Dikarenakan, Tuhan pernah memberikan perintah pada malaikat-Nya untuk sujud pada Nabi Adam.

Baca Juga  Gagasan Modernisasi dan Salah Kaprah Sekulerisasi

Ia berpendapat bahwa awal Tuhan menciptakan Nabi Adam sebab Tuhan melihat dalam diri manusia terdapat unsur Ketuhanan. Yang mana, sebelum Nabi Adam dijadikan makhluk, Tuhan melihat Dzat-Nya sendiri dan Tuhan-pun jatuh cinta pada Dzat-Nya sendiri. Dari dasar kecintaannya itu, Tuhan menciptakan wujud Nabi Adam. Tuhan menciptakan Nabi Adam sebagai bentuk penampakan diri-Nya.

Kehidupan Terakhir Al-Halalj sebagai Sufi

Kematian, Al-Hallaj masih menjadi tanda tanya dalam masyarakat. Banyak versi yang menceritakan kejadian kematiannya. Namun, yang paling sering masyarakat degar dan ceritakan adalah terkait perkataan Al-Hallaj yang menjadi penyebab kematiannya tragis.

Ana Al-Haq (akulah kebenaran). Perkataannya tentang akulah kebenaran membuatnya dianggap murtad. Ulama fiqih menjadikan ini sebagai alasan oleh pemerintah untuk menangkap dan memenjarahkannya, sebab pemikirannya yang sesat. Akhirnya, ia mendapat hukuman 9 tahun penjara.

Namun, alasan sebenarnya Al-Hallaj diperlakukan demikian adalah alasan politik yang mendorong Al-Hallaj dihukum penjara hingga berakhir kematian tragisnya di tiang gantungan.

Di balik kematiannya adalah akibat politik pemerintahan yang terdesak karena pemikiran Al-Hallaj. Al-Hulul kala itu mengajarkan bagaimana masyarakat harus memiliki kesetaraan dalam hak.

Di masa Al-Hallaj, orang Persia dan Arab ada perbedaan dalam hukum. Hukum pemerintah meletakkan orang Persia atau Mawali di bawah kekuasaan Arab yang mengharuskan mereka melakukan segala hal sesuai dengan ketetapan pemerintahan Arab.

Ana-Al-Haq adalah alasan perintah Arab yang merasa pemikiran Al-Hallaj membahayakan penguasa Arab. Sebab, pemikiranya dianggap akan mempengaruhi masyarakat untuk menuntut keadilan dalam memeuhi hak-hak mereka.

Oleh karena itu, sebelum fokus masyarakat teralihkan dan terpengaruh, pemerintah menjadikan ucapan Al-Hallaj sebagai alibi untuk menutupi kebusukannya.

Pada tanggal 29 Dzulkaidah tahun 922 M, sufi Al-Hallaj berakhir di tangan para penguasa yang penuh kebusukan dalam pemerintahannya. Yang mana, kehidupan sebagai sufi harus berakhir tragis di tiang gantung.

Baca Juga  Tasawuf Modern Buya Hamka: Dunia Jangan Ditinggalkan!

Editor: Yahya FR

Vivin Sagitasari
2 posts

About author
Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds