Fikih

Tidurnya Orang Berpuasa: Ibadah atau Dosa?

3 Mins read

Kita mungkin sering mendengar dari guru, ustadz, ataupun da’i yang menyebutkan bahwa, tidurnya orang yang menjalankan puasa (termasuk puasa Ramadan) bernilai ibadah, artinya mendapatkan pahala.

Bahkan dikatakan ini merupakan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga orang pun akhirnya ada yang bermalas-malasan di bulan Ramadan, mereka lebih senang tidur daripada melakukan amalan ataupun aktivitasnya karena termotivasi dengan hadits yang berbunyi;

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ

Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Do’anya adalah do’a yang mustajab. Pahala amalannya pun akan dilipatgandakan.

Namun hadits diatas merupakan hadits dho’if (lemah) ketika dilihat dari perawinya, yang sudah banyak dijelaskan diberbagai media salah satunya pwmu.co yang berjudul Polemik tentang Hadits Tidurnya Orang Berpuasa sebagai Ibadah. Tetapi hadits tersebut sudah berkembang di masyarakat, bahkan terkadang dijadikan pegangan. Lalu, bisakah tidurnya orang yang sedang berpuasa itu bernilai ibadah?

Tidur yang Bernilai Ibadah

Jika dilihat sekilas, maka kalimat “tidur bisa mendapatkan pahala” memperlihatkan mudah sekali ketika kita mengharapkan ganjaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini pun biasa dijelaskan oleh para ulama ketika mereka menjelaskan bahwa amalan yang hukumnya mubah, seperti makan, tidur, berhubungan suami istri, dan lainnya bisa menjadi suatu ibadah dan berpahala. An-Nawawi dalam Syarh Muslim (6/16) mengatakan,

أَنَّ الْمُبَاح إِذَا قَصَدَ بِهِ وَجْه اللَّه تَعَالَى صَارَ طَاعَة ، وَيُثَاب عَلَيْهِ

“Sesungguhnya perbuatan mubah, jika dimaksudkan dengannya untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala, maka dia akan berubah menjadi suatu ketaatan dan akan mendapatkan balasan (ganjaran).”

Lalu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala;

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (Q.S al-An’ām : 162)

Baca Juga  Penggunaan Tamkin dalam Jadwal Waktu Shalat

Dan di dalam hidup, ada berbagai macam aktivitas kita yang tentunya beragam, salah satunya tidur. Namun pada dasarnya, semua yang kita lakukan itu bergantung pada niat kita;

ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits).

Maka, meski kita tidur seperti saat kita menjalankan puasa (Ramadan), tidur kita bisa bernilai ibadah dengan patokan niatnya kita. Misalkan, tidur untuk menghindari melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat, seperti ghibahin tetangga, nyinyir di medsos, melihat konten-konten negatif, berkata yang tidak baik dan lain sebagainya. Maka tidur kita insya Allah akan bernilai ibadah dan mendatangkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena untuk menghindari suatu kemaksiatan. Tidak hanya soal tidur, makan pun bisa bernilai ibadah, Ibnu Rajab pernah menerangkan,

Jika makan dan minum diniatkan untuk menguatkan badan agar kuat ketika melaksanakan shalat dan berpuasa, maka seperti inilah yang akan bernilai pahala. Sebagaimana pula apabila seseorang berniat dengan tidurnya di malam dan siang harinya agar kuat dalam beramal, maka tidur seperti ini bernilai ibadah.” (Latho-if Al Ma’arif, 279-280).

Baca Juga  Definisi Musik dan Hukum Mendengarkannya

Tidurnya Orang Puasa itu Bermanfaat

Selain mendatangkan pahala ketika kita tidur karena demi menghindari hal-hal yang kurang bermanfaat tadi, tidur saat puasa juga menyehatkan badan dan psikologis kita. Pastinya ketika kita tidur siang (saat puasa), apalagi saat jam siang biasanya perut kita sudah mencapai puncak lapar serta haus, maka dengan dengan tidur, bisa mengurangi rasa lapar dan dahaga kita. Meski terkadang kita susah tidur ketika perut sedang keroncongan. Selain itu, tidur siang juga bisa memperbaiki mood, dimana ketika kita kurang tidur selama puasa, membuat hormon neuroendokrin didalam tubuh menjadi tidak seimbang, sehingga kita mudah lelah dan marah.

Menurut penelitian dari Allegheny College, Amerika Serikat, tidur siang sebentar ketika sedang berpuasa dapat membantu tubuh mengatasi kondisi kecemasan dan stres. Juga dengan tidur, kesehatan organ tubuh kita seperti jantung akan lebih sehat, karena jantung bisa beistirahat sejenak dari aktifitas padatnya. Tidur siang juga bisa meningkatkan kosentrasi, daya ingat, menambah tenaga, bahkan meningkatkan kesehatan kulit. Makanya tidak heran ketika orang berpuasa, bukan malah sakit, tapi malah tambah sehat.

Tidurnya Orang Puasa itu Dosa

Selain dapat mendatangkan pahala, serta menambah kesehatan tubuh. Tidur saat menjalankan puasa juga bisa mendapatkan dosa, dimana ketika kita tidur dan mengabaikan kewajiban seperti shalat. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

{فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا (59) إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ شَيْئًا (60) }

Lalu datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak akan dirugikan sedikitpun.” [Maryam/19:59-60]

Baca Juga  Maraknya Pinjol dan Otokritik Berderma Muslim

Maka jelaslah, tidur kita ketika berpuasa dengan berlebihan hingga meninggalkan kewajiban seperti shalat akan mendapatkan dosa, ataupun dengan hanya mager sehingga lebih suka rebahan dengan alasan lapar akibat mungkin salah satunya karena mendengar hadits (dha’if) diatas, sehingga kegiatan lainnya yang harusnya dilakukan terabaikan.

Oleh karena itu, kita diperbolehkan tidur saat sedang berpuasa, tapi tidak secara berlebihan. Misalnya tidur atau tidur-tiduran dari habis sahur, bangun-bangun sudah menjelang berbuka puasa, apalagi sedang #dirumahaja seperti sekarang.

Setiap yang kita lakukan akan bernilai kebaikan (pahala) jika kita niatkan untuk beribadah dengan mengharap ridho dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kunci dalam melakukan apapun adalah niat. Tidur dan bangun ketika kewajiban (shalat) datang, merupakan hal yang diperbolehkan.

Namun sejatinya, meski kita sedang berpuasa baiknya tetap menjalankan aktifitas sebagaimana biasanya, hanya saja dengan mungkin mengurangi intensitasnya. Di saat pandemi yang mengharuskan kita di rumah saja, masih banyak amalan ataupun aktivitas yang bisa kita kerjakan. Maka, jangan jadikan puasa sebagai alasan, dengan berpedoman pada hadits (yang statusnya dha’if) di atas. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan dan menjadikan aktifitas kita bernilai ibadah. Aamiin.

Editor: Yahya FR
Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informasi dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Fikih

Hukum Jual Beli Sepatu dari Kulit Babi

2 Mins read
Hukum jual beli sepatu dari kulit babi menjadi perhatian penting di kalangan masyarakat, terutama umat Islam. Menurut mayoritas ulama, termasuk dalam madzhab…
Fikih

Hukum Memakai Kawat Gigi dalam Islam

3 Mins read
Memakai kawat gigi atau behel adalah proses merapikan gigi dengan bantuan kawat yang dilakukan oleh dokter gigi di klinik. Biasanya, behel digunakan…
Fikih

Hukum Musik Menurut Yusuf al-Qaradawi

4 Mins read
Beberapa bulan lalu, kita dihebohkan oleh polemik besar mengenai hukum musik dalam Islam. Berawal yang perbedaan pendapat antara dua ustadz ternama tanah…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds