News

Tingkatkan Literasi Media, Ditjen Dikti Jalin Kerjasama dengan Maarif Institute

2 Mins read

IBTimes.ID – Dalam upaya meningkatkan literasi media untuk mahasiswa dan dosen, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) bekerja sama dengan Maarif Institute for Culture and Humanity. Literasi media merupakan kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media. Maka, mahasiswa dan dosen dianggap menjadi kelompok yang dapat meningkatkan literasi media.

Berdasarkan hal tersebut, Ditjen Dikti bersama Maarif Institute menandatangani nota kesepahaman yang memiliki ruang lingkup sebagai berikut, yaitu pelatihan literasi media bagi mahasiswa dan dosen, sosialisasi pelatihan literasi media, serta monitoring dan evaluasi pelatihan literasi media. Sebelumnya, kegiatan komunikasi dan kolaborasi sudah kurang lebih 3 bulan dijalankan dan sampailah pada penandatanganan nota kesepahaman ini. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Paristiyanti, pada acara Penandatanganan MoU Ditjen Dikti dengan Maarif Institute, pada Jumat (23/10).

Nantinya, kata Paristiyanti, diharapkan kerja sama ini dapat betul-betul dilaksanakan dengan perencanaan yang baik, menerapkan win win solution antara Ditjen Dikti dengan Maarif Institute, melakukan implementasi, monitoring, dan evaluasi untuk keberlanjutan serta perbaikan yang terstruktur agar kegiatan kerjasama di masa yang akan datang jauh lebih baik.

“Kami titipkan kepada Maarif Institute sebanyak 287 ribu dosen dan 8 juta mahasiswa untuk diberikan literasi tentang media dan agar dapat mempercepat transformasi pendidikan tinggi untuk meningkatkan transformasit ekonomi. Sesuai dengan tagline dari Ditjen Dikti yaitu Kampus Merdeka Indonesia Jaya, dimana diharapkan hal tersebut dapat dilakukan bersama-sama,” pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Dei Sudarmo selaku Staff Khusus Bidang Kompetensi dan Manajemen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyampaikan apresiasi dan rasa bangga yang luar biasa karena terciptanya kerja sama antara Ditjen Dikti dengan Maarif Institute.

Baca Juga  Kepala Sekolah Harus Tegas Sekaligus Kolaboratif

“Hal ini merupakan milestone kerjasama dan sinergi antara Kemdikbud, Ditjen Dikti, dengan Maarif Institute. Atas pencapaian ini, diharapkan kita dapat bekerja lebih erat lagi,” ungkapnya.

Direktur Program Maarif Institute, Khelmy menyampaikan permasalahan literasi media yang terjadi saat ini diakibatkan oleh kurangnya informasi dan solusi yang tersedia, sehingga tantangan hoaks semakin komplek sementara belum ada panduan kurikulum dan materi yang tersedia pun belum memadai. Selain itu, sebagian besar literasi media disajikan dalam bentuk kelas yang berdampak pada keterbatasan masyarakat untuk mengakses materi-materi tersebut. Hal ini juga diperburuk dengan peningkatan konsumsi internet, khususnya pada masa pandemi namun tidak diiringi dengan literasi digital atau literasi informasi.

Khelmy menyampaikan melalui kerjasama Program Tular Nalar, Maarif Institute berharap dapat menularkan nalar yang baik dan meningkatkan literasi digital di masyarakat. Program ini ditujukan kepada 26.700 guru, dosen, dan mahasiswa calon guru dalam bentuk daring dan luring selama 1,5 tahun dimana para peserta program diberikan materi pelajaran terkait pemikiran kritis dan literasi media berupa seminar, pelatihan, talkshow radio, video, modul, assessment, serta platform pembelajaran yang dapat diakses secara gratis.

“Program ini yang nantinya akan Maarif Institute kombinasikan dengan Sistem Pembelajaran Daring (SPADA) yang sudah dimiliki oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan akan berjalan di 23 kota. Harapannya, peserta program ini memiliki kompetensi pribadi mengenai literasi digital, bisa merespon situasi dan hoaks, dan terakhir memiliki suatu ketahanan yang luar biasa terhadap dirinya atau bahkan bisa berdampak pada lingkungan sekitarnya atau menjadi agent of change,” tuturnya.

Suyoto Selaku Bendahara Yayasan Ahmad Syafi’i Maarif dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa terdapat 4 modal yang harus dimiliki dalam berbangsa dan bernegara yaitu fiskal, natural, human capital, dan social capital. Saat ini, dunia digital berhubungan langsung dengan 2 modal yang besar yaitu human capital serta manusia sekaligus. Selain itu, perlu adanya moralitas dalam penggunaan dunia digital di masa sekarang ini. Tanpa adanya dua modal yang kuat yaitu human capital dan manusia, sebuah bangsa tidak akan produktif dalam membangun bangsa dan negara serta melakukan pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga  Peluncuran Jurnal, Maarif Institute Bahas Pendidikan di Masa Pandemi

“Dunia digital jika dimasukan nilai-nilai keagamaan yang positif dan juga melakukan kolaborasi, kerjasama, dan gotong royong saya yakin kecepatan berita buruk itu akan bisa ditandingi minimal dikurangi, oleh karenanya saya berterima kasih kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sekretaris Jenderal Pendidikan Tinggi, Maarif Institute, dan Google atas kerjasama ini, “ pungkasnya.

Avatar
1420 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
News

Isu Kepemimpinan Perempuan dalam Politik Kini Menurun

2 Mins read
IBTimes.ID – Direktur Amnesty International dan aktivis Usman Hamid menilai, isu kepemimpinan perempuan dalam politik Islam belakangan menurun. Bahkan, kata dia, jika…
News

Teladan Sumpah Pemuda Masih Relevan Hingga Kini

2 Mins read
IBTimes.ID, Jakarta (26/10/24) – Tantangan di era digital semakin besar karena informasi sangat mudah disebarluaskan dan diterima sebagai sebuah kebenaran. Itulah sebabnya,…
News

Hari Santri Nasional 2024, Santri Pondok Pesantren Afkaaruna Yogyakarta Diharapkan Jadi Ahlul Ilmi dan Ahlul Khidmah

1 Mins read
IBTimes.ID – Pondok Pesantren Afkaaruna Yogyakarta gelar Upacara Peringatan Hari Santri Nasional 2024 pada Selasa, 22 Oktober di lapangan Afkaaruna Secondary, Harjobinangun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds