Inspiring

Tips Anti Tersinggung ala Gus Dur

3 Mins read

Yang paling penting dari politik adalah kemanusiaan”. Salah satu kalimat fenomenal dari Gus Dur yang cukup telak menembus dinding-dinding kepentingan serta keegoisan umat manusia.

Saya kira semua orang yang tinggal di Indonesia akan familiar dengan nama Gus Dur. Meski tentu saja tidak semuanya paham mengenai pemikiran Gus Dur. Saya sendiri juga baru meneladani pemikiran beliau akhir-akhir ini, khususnya setelah mengikuti Kelas Pemikiran Gus Dur yang diadakan oleh Jaringan Gusdurian secara online.

Dulu, saya menyukai Gus Dur karena bapak saya adalah penggemar beratnya.

Bapak selalu menjejali saya dengan sikap-sikap Gus Dur ketika menanggapi sesuatu. Puncaknya ketika Gus Dur akhirnya bisa datang di desa kami untuk mengisi pengajian. Bapak sebagai ketua Banser saat itu berkesempatan menggandeng Gus Dur dalam perjalanannya. Foto tersebut pun dipajang di ruang tamu rumah kami dengan penuh kebanggaan.

Kagum Dengan Pemikiran Gus Dur

Setelah menginjak usia dua puluhan, meski hanya sedikit, saya mulai membaca pemikiran Gus Dur tentang kesetaraan, keadilan, dan keislaman. Bagi saya, pemikiran Gus Dur bukan sekadar teori, melainkan apa-apa yang memang telah dilakukan oleh beliau.

Sikap-sikap Gus Dur yang tenang sangat bisa ditiru dan diteladani di era yang serba cepat ini, di mana orang lebih sering tersinggung dengan hal-hal yang berbeda dari dirinya, bahkan hal-hal yang sederhana dan kesannya remeh, misalnya cara makan bubur yang berbeda.

Masyarakat sekarang memang mudah marah, mudah menuduh, dan mudah menyakiti atas dasar kebenarannya sendiri. Sikap tidak gampang gumunan, atau tidak mudah kagetan versi Gus Dur sangat diperlukan oleh bangsa ini. Beberapa hal menarik dari pemikiran Gus Dur antara lain:

Baca Juga  Mengenal Lebih Dekat Sosok Imam al-Bukhari

Demokrasi Tidak Bisa Lepas Dari Humor

Gus Dur adalah tokoh yang unik. Ada saja hal-hal yang membuat kita mbatin “oh iya, benar juga”.  Dalam kaitannya dengan demokrasi, Gus Dur mengatakan bahwa demokrasi tidak bisa lepas dengan humor. Ini menarik, karena dua bidang tersebut seakan sangat berjauhan. Tapi bagi Gus Dur, demokrasi dan humor adalah sesuatu yang bersebelahan, bukan bertolak belakang.

Humor Gus Dur dapat dijumpai di mana saja, bahkan saat beliau diminta mundur oleh demonstran, Gus Dur hanya mengatakan, ”Sampeyan ini bagaimana, wong saya ini maju aja susah, harus dituntun, kok disuruh mundur.” Begitulah cara Gus Dur mencairkan ketegangan.

Sebagaimana yang diketahui, dalam demokrasi pasti banyak sekali ketegangan yang ndilalah ada tanpa fafifu, atau sekadar amet sewu terlebih dahulu. Karena itu, humor adalah obat bagi tiap-tiap keruwetan tersebut. Tapi tentu saja, tanpa mengabaikan poin yang akan disampaikan.

Jika boleh menelaah lebih jauh, bagi Gus Dur demokrasi bukan sekadar permainan yang harus secepatnya diselesaikan, melainkan juga harus dinikmati dengan tempo dan irama yang menyenangkan. Sehingga dapat memunculkan perasaan kasih sayang, welas asih, dan mau merawat dengan penuh kerelaan.

Perbedaan Jangan Jadi Masalah

 “Agama Islam itu memiliki prinsip-prinsip untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia.”

Begitulah yang dikutip oleh Pradjarto Dirdjosanjoto, Nick T Wiratmoko, dan Widya P Sedyanto, dalam “90 Menit bersama Gus Dur”. Kutipan tersebut akhirnya saya kutip lagi dalam artikel ini.

Dari kutipan tersebut dapat pula dimaknai bahwa dalam menghadapi masalah, Islam memberi rekomendasi prinsip-prinsip untuk menyelesaikannya. Benar, hanya prinsip, bukan tutorial detail ala-ala konten YouTube. Mengapa demikian? Mungkin saja agar akal kita dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Baca Juga  Siti Hayinah: Literasi untuk Kemajuan Perempuan

Selain itu, perbedaan merupakan sebuah hal yang diakui Islam. Kata Gus Dur, yang dilarang adalah perpecahan dan keterpisahan.

***

Gus Dur juga mengatakan bahwa kerjasama antar segala macam agama dan keyakinan itu sangat krusial dan dibutuhkan dalam berbangsa dan bernegara. Tiap-tiap umat manusia seyogyanya tidak perlu meributkan keyakinan manusia lainnya. Ya, diterima saja sebagai wujud dari keberagaman.

Oleh sebab itu, misalnya suatu ketika Anda melihat ada orang yang menyembah ubur-ubur, air galon isi ulang, atau bahkan menyembah egonya sendiri, jangan langsung marah, biasa saja, perbedaan memang demikian adanya.

Jika ini diterapkan, sepertinya perdebatan tentang hukum ucapan Natal yang terjadi setiap tahun sangat bisa dihindari. Lagi pula lucu juga, di Eropa sudah melakukan penelitian tentang Omicron, lah negara kita bisa-bisanya masih sibuk dengan debat ucapan Natal. Mbok ya dilereni, mesakke atimuuu!

Kebudayaan Seharusnya Terus Berkembang

Gus Dur yakin bahwa Negara tidak boleh mengatur kebudayaan, bahkan merasa bisa mengatur saja tidak dibenarkan. Artinya Gus Dur memberikan ruang sebebas-bebasnya untuk kesuburan dan perkembangan suatu budaya dan kebudayaan.

Gus Dur juga mengatakan kalau kebudayaan adalah sesuatu yang dibangun, diciptakan, dan dikonstruksi, bukan ditemukan. Atau bisa dikatakan jika kebudayaan bukan sekadar heritage yang diwariskan. Melainkan sesuatu yang belum selesai, selalu berkembang, dan menyesuaikan dengan zaman.

Secara sederhana dapat dimaknai bahwa hanya karena sesuatu itu sudah lama dilakukan, belum tentu juga itu selalu benar. Semua akan benar sesuai dengan zamannya. Still relevan, brother! Saya membayangkan jika kita menerapkan pemikiran-pemikiran Gus Dur, rasanya Indonesia akan menjadi tempat yang riang gembira untuk ditinggali. Tapi apakah kita akan benar-benar bisa menerapkannya? Ya ndak tahu, kok tanya saya, eh salah jargon, xixixi

Editor: Yeni Ika S

Avatar
3 posts

About author
Mahasiswa UIN yang suka makan, apalagi sama kamu
Articles
Related posts
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…
Inspiring

Beda Karakter Empat Sahabat Nabi: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali

4 Mins read
Ketika berbicara tentang sosok-sosok terdekat Nabi Muhammad SAW, empat sahabat yang paling sering disebut adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman…
Inspiring

Spiritualitas Kemanusiaan Seyyed Hossein Nasr

3 Mins read
Islam memiliki keterikatan tali yang erat dengan intelektual dan spiritual. Keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat dan merupakan dua bagian realitas yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds