Perspektif

Tak Usah Susah, Sedekah Cukup dengan Senyum!

3 Mins read

Agama Islam muncul dan berkembang sebagai agama yang salah satu cara menyiarkan ajarannya melalui metode dakwah. Oleh karena itu, kegiatan dakwah ini dapat dilakukan dengan memberikan pengajaran melalui lisan, tulisan atau dalam bentuk tingkah laku serta kebiasaan. Adapun perwujudannya dapat diimplementasikan salah satunya melalui sedekah senyum.

Makna Sedekah

Sedekah merupakan ajaran dalam konteks ibadah yang memuat hubungan baik dengan Allah Swt (habluminallah) dan juga memuat hubungan baik antarmanusia (habluminannas). Sedekah dapat diartikan sebagai pemberian sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain dan tidak mengharapkan imbalan apapun kepada yang diberi dengan tujuan hanya untuk taqarrub /mendekatkan diri kepada Allah Swt. Sehingga dapat membersihkan jiwa pemberi sedekah tersebut.

Adapun sedekah jika ditelaah lebih jauh, maknanya tidak selalu berhubungan dengan harta dan kekayaan. Akan tetapi bisa juga hanya melalui sikap dan tingkah laku kita, selagi memberi manfaat untuk orang lain dan disukai oleh Allah Swt maka hal tersebut termasuk sedekah dalam bentuk kontektual.

Jika dilihat dari sisi spiritual, sedekah dapat menjadi indikasi atau manifestasi terhadap kadar keimanan manusia, karena mampu mengukur kepekaan seorang hamba terhadap realitas sosial yang ada disekitarnya.

Apakah Senyum Bagian dari Sedekah?

Terdapat di berbagai macam hadits yang menerangkan bagaimana senyum menjadi bentuk kebaikan paling sederhana yang dapat dilakukan oleh manusia. Penerapannya dapat dibilang cukup mudah dan memiliki dampak yang sangat luar biasa. Namun jika tidak terbiasa, maka hal ini sulit untuk diimplementasikan.

Senyum akan memberikan interpretasi seseorang yang sedang dalam keadaan bahagia dan mampu memberikan implikasi terhadap lingkungan sekitarnya. Sebab manusia umumnya memiliki sifat yang mudah tersugesti dengan kondisi lingkungannya. Sehingga ketika melihat orang lain tersenyum, tentu saja itu akan membuat sugesti kebahagiaan juga mengalir untuk orang lain.

Baca Juga  Sejarah Haji Indonesia (1): Muhammadiyah Pelopor Perbaikan Haji

Dampak Mengimplementasikan Senyum

Seseorang akan tersenyum ketika mendapatkan kebahagiaan dan itu tentunya akan bersifat normal saja. Namun hal itu penulis mencoba untuk melakukannya ketika dalam keadaan sulit sekalipun. Inspirasi ini penulis dapatkan dari seorang ulama yang saat itu tengah mengisi kajian keagamaan rutin, yaitu. K.H. Rosyidi Malawi Sya’roni.

Beliau memberikan tantangan tersenyum dan bahagia bukan hanya ketika dalam keadaan senang dan bahagia saja. Akan tetapi dalam keadaan bersusah payah sekalipun. Hal tersebut dilakukan guna menunjukkan bagaimana rasa syukur kita terhadap nikmat Allah S.W.T. Bukan hanya nikmat kebaikan, tetapi juga nikmat dalam kesulitan yang mungkin dalam hal tersebut Allah S.W.T tengah menguji keimanan seseorang.

Rasulullah saw. bersabda:

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

Artinya: “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun. Hanya dengan bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri.” (H.R. Muslim)

تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

Artinya: “Tersenyum dihadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi)

***

K.H. Rosyidi Malawi Sya’roni memberikan contoh penerapannya ketika seseorang dalam keadaan sakit dengan mengubah kalimat mengeluh dan mengaduh menjadi kalimat bersyukur seperti hamdalah dan memuji nama-nama Allah Swt. Ketika diterapkan, kita akan merasakan bagaimana kesulitan dalam sakit akan berkurang karena rasa syukur tersebut, serta hati yang bahagia akan lebih cepat membentuk jiwa dan raga yang sehat.

Selain itu, pengalaman lain yang juga penulis dapatkan dari eksistensi senyum, yaitu terjadi pada seorang pedagang pasar yang saat itu kebetulan penulis temui. Dengan barang dan harga yang sepadan namun dengan tingkat kelarisan yang cukup berbeda.

Ternyata jawabannya adalah karena pedagang yang laris tersebut selalu tersenyum dan ramah dalam berjualan. Sehingga aura positif pun terasa mentransfer  kepada pembeli. Ketertarikan pembeli pun akan datang dengan sendirinya. Kemudian dari hal tersebut penulis menyimpulkan bahwasannya memang benar senyum merupakan sedekah, karena dengan kita tersenyum orang lain pun akan ikut merasakan kebahagiaan yang kita miliki seolah-olah mentransfer kebahagiaan yang tidak tampak.

Baca Juga  Thrill Friends And Family With A Make It Yourself Pizza Party

Rasulullah saw. juga bersabda: “Kamu tidak akan mampu berbuat baik kepada semua manusia dengan hartamu, maka hendaknya kebaikanmu sampai kepada mereka dengan keceriaan (pada) wajahmu.” (H.R. al-Hakim)

Eksistensi Senyum sebagai Perwujudan Sedekah Kontekstual

Dr. H. Hamim Ilyas, M. Ag. (Wakil Ketua Majelis Tajrih dan Tajdid PP. Muhammadiyah) pernah menyampaikan bagaimana senyum bisa menjadi bagian dari sedekah. Kullu ma’rufin shadaqatun (semua kebaikan kontekstual adalah sedekah).  Senyum juga merupakan bagian daripada kebaikan kontekstual itu sendiri.

Dengan tersenyum yang merupakan bagian dari sedekah maka akan menimbulkan ajaran hidup untuk mencapai kehidupan yang kompatibel sebagai seorang manusia dan hamba. Antara lain:

1. Hidup adalah ujian untuk melakukan yang terbaik. Sebagaimana dalam QS. al-Mulk ayat 2:

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Dari penerapan tersenyum kita akan mengimplementasikan hakikat hidup, yaitu untuk selalu berpandangan baik terhadap apapun yang diberikan oleh Allah Swt.

2. Tujuan hidup: memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat (tujuan etis), mendapat ridha-Nya (tujuan spiritual) dan diterima-Nya ketika  kembali kepada-Nya di akhirat (tujuan eskatologis). Ketiga tujuan ini dapat dicapai dengan menjadi orang yang mudah tersenyum, karena akan membentuk jiwa yang bahagia serta memberikan dampak baik pula bagi orang disekitar dan pastinya Allah Swt. pun menyukainya.

3. Orientasi hidup: orientasi hidup di dunia dan diakhirat akan dengan menjadi pribadi yang sukses dan kaya untuk menjadi orang yang mulia. Hati yang kaya dan selalu merasa cukup akan tentram dan membentuk jiwa yang selalu bahagia dan mudah tersenyum sehingga hatinya akan tampak selalu bersih dan bersinar.

Baca Juga  Haji Tamattu', Qiron, dan Ifrad: Apa Bedanya?

Kesimpulan

Kesimpulannya, senyum menjadi sadaqah karena senyum itu dapat menjadi tanda keimanan seseorang. Senyum menjadi tanda keimanan karena kita beriman kepada Allah dan Allah itu Maha Rahman Rahim, dan al-Qur’an itu busyro (kabar gembira). Sehingga, kalau kita menerima rahmah/kabar gembira maka kita akan merasa senang.

Editor: Faiq El Meida

Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *