Titik Balik Kehidupan – Kebutuhan fundamental kita sebagai manusia adalah kebutuhan biologis, seperti makan, minum, tidur dan kebutuhan sosial: aktualisasi diri, status sosial dan peranan sosial.
Abraham Maslow di dalam bukunya A Theory Of Human Motivation mengatakan, “susunan kebutuhan manusia yang pertama sandang pangan dan tingkatan kedua ialah rasa aman”. Namun pada sisi lain, kita menemukan beberapa kejangkalan ketika manusia hanya memikirkan kebutuhan biologis semata.
Dalam bahasa pemikir Ali Syariati, manusia yang hanya memikirkan kebutuhan biologis disebut Basyar. Menurutnya Basyar dianggap rendah dan tidak mencapai tingkat kemanusiaan. Fuad Abdul Baqi menyebutkan di dalam Alquran Basyar disebut sebanyak 37 kali, merujuk kepada kebutuhan biologis.
Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.’’ ( Al Imran: 14)
Salat sebagai Titik Balik Kehidupan
Dewasa ini manusia demikian sudah lumrah, semangat hidupnya hanya sebatas isi perut. Dalam kondisi tertentu, bahkan berani meninggalkan sisi kemanusiaan karena kecintaannya kepada dunia. Jika kita bekerja, tak segan-segan untuk menipu, memperdayakan dan menjatuhkan orang lain.
Seperti potongan firman Allah, ‘’Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri.’’ (Al Hasyr : 19 ), karena kita melupakan Allah, kita juga melupakan kemanusiaan kita. Pada situasi tertentu kita seperti hewan buas. Menerkam, memakan siapa pun, tak punya rasa kasihan, iba dan peduli.
Untuk menjawab persoalan ini, saya menilai salat sebagai sarana mendekatkan kita kepada keyakinan bahwa kelak ada hari pembalasan, perhitungan dan segala urusan di dunia akan dipertanggungjawabkan.
Lebih dari itu, salat juga berguna untuk menghadapi permasalahan hidup yang multidimensional dan persaingan yang semakin kompleks. Sudah banyak studi yang berusaha menyelami apa manfaat salat. Bahkan pada level psikologis, salat membantu membangkitkan pikiran positif, mengembangkan kesadaran dan pemahaman.
Allah sering menyebut di dalam Alquran bahwa orang-orang yang bahagia, tentram dan beruntung ialah orang yang melaksanakan salat. ‘’Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia shalat.’’ (Al Alaq : 14-15) , ‘’dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.’’ (Ar Rad : 28), “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.’’ (Asy Syams : 9-10).
Mengapa Allah menjanjikan bahwa salat akan memberikan keberuntungan, ketentraman dan kebahagiaan seperti diatas? bahkan di dalam Alquran ada 234 ayat mengenai salat, artinya salat sangat ditekankan untuk kebaikan umat Islam sendiri.
Tazkiyatun Nafs dalam Islam
Islam mengajarkan tazkiyatun nafs (pembersihkan diri) atau process of becoming menurut istilah Erich Fromm. Tahapan-tahapan pembersihkan diri itu, bila dilalui secara benar akan melahirkan manusia yang tidak saja cerdas secara intektual, tetapi juga memiliki ketenangan jiwa dan kebersihan hati.
Dimensi rukun Islam pun semuanya merupakan proses tazkiyatun nafs (pembersihan diri), syahadat yang kita ucap dalam rangka memurnikan tauhid, artinya membersihkan dari noda-noda syirik, bid’ah, maksiat dan segala macam bentuknya. Baik yang besar maupun yang kecil, yang banyak maupun yang sedikit.
Salat yang kita laksanakan adalah amalan yang dapat menghapus dosa, bahkan dosa zina sekalipun. Zakat yang kita pahami memberikan sebagian harta kepada fakir miskin atau golongan yang berhak menerimanya guna untuk membersihkan harta yang kita punya. Puasa yang kita lakukan dapat membersihkan ruhani di dalam jiwa dan berfungsi sebagai pengendalian hawa nafsu.
Terakhir, ibadah haji memiliki fungsi sebagai penghapus dosa. Seorang yang berhaji ibarat orang yang sudah siap meninggalkan dunia. Badannya dibalut dua helai kain putih yang bersih, seperti halnya kain kafan yang membalut tubuh jenazah yang akan dikuburkan. Ucapan talbiyah yang dikumandangkan bernada penyerahan diri total kepada Allah.
Ketenangan jiwa (al-nafs al muthmainah) hanya akan lahir bila ada transformasi kesadaran. Ruang spritual demikian harus ada dalam kehidupan sosial. Dalam arti ‘’kesadaran spiritual’’ harus menjadi kesadaran moral. Manusia tidak cukup hanya melakukan gerakan salat, karena salat itu menjadi naif jika manusia tidak semakin baik. Pendek kata, salat harus membawa manusia pada perubahan diri (Transformasi diri).
Semoga dengan memenuhi kadar ruhani melalui ritual salat, kita menjadi pribadi yang baik. Kemudian dijauhkan dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kepada nistaan dan saling menjaga solidaritas sosial.
Wallahu a’lam bishawab
Editor: Saleh