Falsafah

Titik Temu Pemikiran Eksistensialisme Soren Kierkegaard dengan Muhammad Iqbal

3 Mins read

Eksistensialisme merupakan salah satu cabang keilmuan dalam filsafat yang membahas tentang eksistensi diri manusia. Filsafat eksistensialisme dapat diartikan sebagai aliran pemikiran yang menekankan pentingnya eksistensi individu, kebebasan, dan pencarian makna hidup. Eksistensialisme mengajukan pertanyaan mendasar tentang eksistensi manusia dan tantangan yang dihadapi dalam menemukan makna hidup.

Salah satu pemikir yang sering kali disebut sebagai tokoh utama dalam filsafat eksistensialisme adalah Soren Kierkegaard. Kierkegaard berpandangan mengenai pentingnya subjektivitas dan tanggung jawab individu dalam menghadapi kehidupan yang penuh ketidakpastian. Kierkegaard juga menekankan pentingnya mengambil keputusan eksistensial yang menggambarkan pilihan yang sadar dan bertanggung jawab.

Pemikiran eksistensialisme yang digagas oleh Kierkegaard mempengaruhi beberapa tokoh setelahnya, termasuk para pemikir dalam Islam. Adapun salah satu tokoh Islam yang terpengaruh oleh pemikiran Kierkegaard adalah Muhammad Iqbal. Dalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai perbandingan antara pemikiran eksistensialisme antara Soren Kierkegaard dengan Muhammad Iqbal dan adakah titik temu keduanya?

Pemikiran Eksistensialisme Soren Kierkegaard

Soren Kierkegaard (1813-1855) dalam beberapa karyanya membahas tentang eksistensi diri dari manusia. Dalam karyanya Fear and Trembling, Kierkegaard mengeksplorasi tema-tema eksistensial seperti kebebasan individu, keputusan eksistensial, dan tanggung jawab pribadi. Ia mengambil contoh kisah Abraham dalam Alkitab, di mana Abraham diperintahkan oleh Tuhan untuk mengorbankan putranya, yaitu Ishak.

Kierkegaard menggunakan kisah ini untuk menggambarkan konsep keputusan eksistensial yang sulit dan tanggung jawab individu dalam menghadapinya. Ia menggambarkan ketakutan dan kegemparan yang dirasakan oleh Abraham saat ia berada di keraguan antara tindakan yang benar menurut etika manusia dan perintah Tuhan. Melalui kisah tersebut, ia mengajukan pertanyaan tentang batas-batas kebebasan individu, tanggung jawab, dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Baca Juga  Makna Filsafat itu Tak Hanya "Cinta Kebijaksanaan"

Dalam karya lainnya, seperti pada The Sickness Unto Death, Kierkegaard membahas konsep keputusasaan dan kehidupan manusia yang terhimpit oleh kebebasan. Ia menggambarkan manusia sebagai makhluk yang bimbang antara keinginan untuk menjadi diri sendiri dan keinginan untuk menyelamatkan diri dari kebebasan yang mencekik.

Selain itu, karya-karya lain Kierkegaard yang relevan dengan eksistensialisme adalah Either/Or dan The Concept of Anxiety. Dalam Either/Or, Kierkegaard menggambarkan pilihan-pilihan hidup yang ada di hadapan individu dan implikasinya terhadap eksistensi dan pencarian makna hidup. Juga dalam The Concept of Anxiety yang membahas tentang peran kecemasan dan kegelisahan dalam kehidupan manusia, serta implikasinya terhadap pengembangan diri dan hubungan dengan yang Transenden.

Pemikiran eksistensialisme Soren Kierkegaard menekankan bahwa kebebasan manusia membawa konsekuensi moral dan etis. Ia memandang bahwa individu harus mengambil keputusan eksistensial yang menentukan arah hidup mereka. Pilihan-pilihan ini harus dilakukan dengan kesadaran penuh dan tanggung jawab, karena mereka mempengaruhi eksistensi dan makna hidup individu tersebut.

Dalam pandangan Kierkegaard, kebebasan absolut manusia memungkinkan mereka untuk menentukan makna hidup mereka sendiri. Kierkegaard juga mengembangkan pemikiran eksistensialisnya dalam konteks agama Kristen. Ia menekankan pentingnya iman dan hubungan individu dengan Tuhan dalam mencapai makna hidup yang autentik.

Pemikiran Eksistensialisme Muhammad Iqbal

Muhammad Iqbal (1877-1938) dalam karya monumentalnya yang berjudul The Reconstruction of Religious Thought in Islam membahas berbagai aspek kehidupan manusia dalam konteks agama Islam. Iqbal menekankan pentingnya pengembangan diri, kesadaran diri, dan tanggung jawab pribadi dalam mencapai potensi manusia yang sejati.

Salah satu konsep utama yang diusung oleh Muhammad Iqbal adalah tentang “Khudi” atau “The Self”. Iqbal berpendapat bahwa setiap individu memiliki eksistensi yang unik dan merupakan khalifah Allah di bumi. Konsep Khudi mengajak individu untuk memahami eksistensi mereka, mengembangkan kesadaran diri, dan mengejar kesempurnaan moral dan spiritual. Iqbal menekankan pentingnya pengembangan diri dan pemahaman diri sebagai langkah awal dalam mencapai makna hidup yang autentik.

Baca Juga  NU dan Muhammadiyah, Penjaga Gawang Perdamaian di Indonesia

Selain itu, Iqbal juga menyoroti pentingnya hubungan antara agama dan filsafat dalam konteks eksistensialisme. Ia mengajukan konsep “ijtihad” yang menggabungkan usaha intelektual dan pembaruan dalam Islam. Iqbal berpendapat bahwa Islam perlu beradaptasi dengan zaman modern dan memperbarui pemahaman agama dengan pemikiran yang kritis. Hal ini menggambarkan kerangka eksistensialisme Iqbal yang mengakui pentingnya kebebasan individu dalam mencari makna hidup dalam beragama.

Perbandingan Eksistensialisme Kierkegaard dan Iqbal

Pemikiran eksistensialisme Muhammad Iqbal dan Soren Kierkegaard menawarkan pandangan yang khas. Meskipun keduanya memiliki kesamaan dalam menekankan pentingnya eksistensi individu yang unik dan pengejaran makna hidup yang autentik, terdapat perbedaan yang signifikan dalam kedua pemikiran tersebut.

Perbedaan pertama terletak pada konteks budaya dan agama yang mempengaruhi pemikiran keduanya. Muhammad Iqbal berasal dari India dan mengembangkan pemikirannya dalam konteks Islam. Iqbal menghubungkan pemikiran eksistensialisme dengan ajaran Islam dan menekankan pentingnya hubungan antara agama dan filsafat.

Iqbal dalam pemikirannya tentang eksistensialisme lebih menekankan konsep “Khudi” atau “The Self”. Iqbal mendorong individu untuk memahami eksistensi mereka sebagai khalifah Allah di bumi dan mengembangkan kesadaran diri serta mencapai kesempurnaan moral dan spiritual.

Di sisi lain, Kierkegaard berasal dari Denmark dan memadukan pemikiran eksistensialisme dalam konteks agama Kristen, dengan penekanan khusus pada iman dan hubungan individu dengan Tuhan. Di samping itu, Kierkegaard menekankan subjektivitas dan tanggung jawab individu dalam menghadapi kehidupan yang penuh ketidakpastian.

Soren Kierkegaard memandang individu sebagai subjek yang unik dengan eksistensi yang unik, dan menekankan pentingnya pengambilan keputusan eksistensial yang sadar dan bertanggung jawab.

Penutup

Secara keseluruhan, pemikiran eksistensialisme Soren Kierkegaard dan Muhammad Iqbal memberikan sumbangan yang signifikan dalam memahami eksistensi manusia, kebebasan individu, dan pencarian makna hidup yang autentik. Pemikiran-pemikiran ini menekankan pentingnya kesadaran diri, pengembangan diri, dan tanggung jawab individu dalam menjalani kehidupan yang bermakna.

Baca Juga  Mendarat di Jeddah, Jamaah Haji Pakai Ihram di Embarkasi

Editor: Soleh

Naufal Robbiqis Dwi Asta
13 posts

About author
Mahasiswa S1 Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Falsafah

Tawaran Al-Jabiri Atas Pembacaan Turats

4 Mins read
Abed al-Jabiri adalah salah satu pemikir Islam yang paling dikenal di era modern. “Naqd al-Aql al-Arabi” atau proyek pemikiran “Kritik Nalar Arab”…
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds