Falsafah

Umat Islam Harus Keluar dari Keterpurukan

4 Mins read

Islam diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. adalah mata rantai terakhir dari seluruh wahyu Allah. Islam menjadi penyempurna dalam segala ajaran dan petunjuk dalam kehidupan dunia dan hari akhir. Sesuai firman Allah “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Ma’idah: 3)

Khalifah di Muka Bumi

Ahmad Azhar Basyir menjelaskan bahwa dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad agama atau tauhid yang diyakini hanya satu yaitu islam (selamat).

Nurcholis Madjid dalam bukunya Islam Doktrin dan Peradaban menyatakan tujuan umat manusia di muka bumi yaitu untuk ber-liqa’ dengan Sang Pencipta. Bagaimana caranya? maka mereka harus beribadah dan mengerjakan amal-amal yang sudah diperintahkan dalam suatu kitab yang berisikan ajaran-ajaran kebenaran dari langit.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al Baqarah: 30)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir karangan Al Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah ingin mengutus suatu kaum yang akan menggantikan suatu kaum lainnya, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi. Ibnu Jarir menjelaskan bahwa Allah ingin menjadikan seorang khalifah di muka bumi dalam memutuskan perkara sebagai pengganti-Nya di muka bumi yang taat terhadap setiap ketentuan yang diberikan oleh Allah.

Al Qurtubi menjelaskan, keharusan mengangkat seorang pemimpin untuk memutuskan perkara di tengah umat manusia, mengakhiri pertikaian, menolong orang teraniaya, dan berbagai hal penting lainnya yang dapat dilakukan dengan adanya seorang pemimpin.

Memahami Al-Quran

Hal tersebut seirama dengan pendapat Asghar Ali Engineer (pemikir progresif) dalam bukunya Islam dan Teologi Pembebasan. Bahwa Islam diturunkan oleh Allah kepada manusia terbaik yaitu Muhammad untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial seperti ekonomi, politik, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, serta ilmu pengetahuan. Bertujuan agar terwujud suatu tatanan masyarakat yang adil, makmur dan diridhai Allah swt

Baca Juga  Etika ‘Transenden’ Anti Korupsi, Seperti apa Itu?

Buya Syafi’i menjelaskan agama Islam merupakan agama yang memberikan alternatif dalam segala dinamika kehidupan karena didalamnya berisi hal-hal kebenaran dan kreatif. Banyak sumbangsih Islam bagi perkembangan dunia saat ini. Tetapi dalam perjalanannya banyak dipengaruhi faktor sehingga Islam dalam dekade ini masih belum optimal dari yang dicita-citakan dalam al-Quran.

Mungkin dua-tiga dekade bahkan bisa lebih agar umat Islam menjadi umat pilihan. Perlu adanya pemikiran yang radikal dan kreatif dalam memahami pesan-pesan kemanusiaan Islam secara benar dan kreatif.

Al-Quran seyogyanya dikendalikan oleh orang-orang yang cerdas yang akan memberikan alternatif permasalahan-permasalahan bagi umat manusia. Al-Quran hanya akan berunding pada orang-orang yang memiliki kecerdasan dan nalar yang kuat dalam memahami isi kandungannya.

Namun yang menjadi persoalan menurut Buya Syafi’i abad ini kekurangan sumber daya yang berkualitas sehingga berakibat kurang mampunya umat Islam dapat bersaing. Khususnya dalam gagasan-gagasan alternatif bagi permasalahan dunia saat-saat ini.

Sementara Allah berfirman “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Imran: 110)

Umat Pilihan

Imam al-Bukhari menjelaskan: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia”, yaitu kalian adalah sebaik-baik manusia untuk manusia lainnya.

Islam merupakan agama yang mencerahkan. Sejak agama ini diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Islam hadir sebagai pemberi solusi bagi permasalahan-permasalahan yang timbul di Arab waktu itu.

Masalah-masalah tersebut seperti, permasalahan ketauhidan, kesetaraan gender, sosial, politik dan budaya. Maka dari itu islam disebutkan dalam Al-Quran sebagai agama yang mencerahkan dan Islam harus menjadi golongan yang tercerahkan,

Baca Juga  Mengenal Tiga Metode ala Thibbun-Nabawi

Ketika umat Islam kembali ingin menguasai peradaban dan menjadi tonggak peradaban dunia, umat Islam harus disadarkan kembali. Dengan adanya rausyanfikr (pemikir yang tercerahkan) yang dibahasakan oleh Ali Syari’ati atau ulil albab-lah salah satu cara yang dapat mewujudkan cita-cita tersebut yaitu menjadi umat pilihan.

Saat ini tersebar anggapan terlalu mudahnya menilai seseorang, yang beranggapan bahwa hanya dirinya atau golongannya yang masuk ke surga Allah. Hal-hal seperti ini yang pada akhirnya dapat menutup pikiran umat Islam dalam berfikir dan berani beradu argumen akibat hal negatif. Bagi penulis disebut thogut-thogut itu telah menutupi secara utuh isi kepala.

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.” (QS. Al-Baqarah: 148)

Dalam surah al-Baqarah: 148 di atas menjelaskan berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebenarnya tidak hanya berlomba dalam kebaikan saja. Kata dasar dari fastabiqul khairat itu mengandung makna berlomba menjadi yang terdepan dalam setiap hal kebaikan dan kebenaran, sehingga apa yang dicitakan akan terwujud.

Keluar dari Keterpurukan

Agar menjadi khalifah yang sebenarnya dan menjadi umat pilihan di muka bumi, Al-Quran menjelaskan dalam surah Mujadilah: 11

“….niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Mujadilah: 11).

Al-Qur’an dan sunnah mewajibkan kepada umat Islam untuk mengejar, mempelajari ilmu pengetahuan. Islam tidak anti dengan ilmu pengetahuan (filsafat, teknologi, kesehatan, algoritma, dsb). Ketika umat Islam mengejar ilmu maka akan didapat kearifan, kebijaksanaan, dan dalam Al-Qur’an sudah disampaikan bahwa bagi orang-orang yang mengejar ilmu maka akan ditinggikan derajatnya beberapa derajat.

Baca Juga  Al-Ghazali & Kekuasaan (2): Kewajiban dan Pembagian Waktu Kepala Negara

Oleh sebab itu, umat Islam perlu kembali memahami sejarah perjuangan Islam sejak awal agar perjuangan yang dicitakan dapat terwujud secara menyeluruh. Keterpurukan dan keterpukauan secara tidak kritis terhadap aliran tertentu, klasik atau modern, hanya akan menimbulkan kebanggaan semu di kalangan umat Islam.

Ini adalah kecelakaan intelektual dramatis yang harus dihindari. Daripada itu, diperlukannya pemikiran-pemikiran yang radikal dan kreatif kembali dari umat Islam.

Ketika suatu saat apabila datang waktunya menghadap Allah swt untuk mempertanggungjawabkan tugas kekhalifahan kita di bumi, kita telah sampai pada puncak derajat yang sangat tinggi, yaitu husnul-khatimah.

Editor: Nabhan

Related posts
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…
Falsafah

Homi K. Bhabha: Hibriditas, Mimikri, dan Ruang Ketiga

4 Mins read
Homi K. Bhabha, salah satu tokoh terkemuka dalam teori pascakolonial, berkontribusi membangun wacana seputar warisan kolonialisme secara mendalam, khususnya melalui konsepnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds