Inspiring

Usmar Ismail: Tokoh NU yang Menjadi Bapak Film Nasional

3 Mins read

Kalau kita sering nongkrong di Plasa Festival, Kuningan, pastinya akan hapal dengan nama gedung yang berada di samping selatannya yaitu Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail.

Usmar Ismail

Nama gedung itu diambil dari seorang tokoh perfilman nasional bernama Usmar Ismail. Ia memiliki darah Minangkabau, anak ke-6 keturunan Ismail yang lahir pada tanggal 20 Maret 1921. Darah sastrawan-nya menurun dari sang ayah yang mendidiknya menjadi seorang pecinta sastra Melayu.

Kecintaannya pada dunia film membawanya bersekolah di bidang sinematografi di Universitas California, Long Angeles, Amerika Serikat. Di saat Indonesia dijajah Jepang, ia bersama sejumlah kawannya mendirikan Sandiwara Penggemar “Maya”.

Film pertama yang dibuatnya adalah Darah dan Doa (1950) sekaligus menjadi film Indonesia pertama yang diproduksi secara resmi dalam status Indonesia sebagai negara merdeka. Tanggal pelaksanaan syuting perdana film ini kemudian dijadikan sebagai Hari Film Nasional (30 Maret 1950) yang juga menjadi tanggal berdirinya Pusat Film Nasional Indonesia (Perfini).

***

Dalam catatan sejarahnya, Usmar Ismail berhasil memproduksi sekitar 33 (tiga puluh tiga) film layar lebar. Atas jasa dan dedikasinya pada dunia perfilman, ia memperoleh penghargaan dari pemerintah berupa Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno (1962). Sejumlah artis namanya melambung berkat polesan tangan dingin Usmar Ismail, diantaranya Mieke Wijaya, Suzanna, Widyawati, dan Lenny Marlina.

Salah satu film legendarisnya, Tiga Dara (1956) membuat keberadaan Usmar Ismail di dunia perfilman menjadi kontroversial. Ia dituduh ikut mempromosikan gaya hidup hedonisme ala barat karena film Tiga Dara dianggap merupakan representasi dari film western movie (Hollywood). Film itu sendiri dibintangi oleh Mieke Wijaya, Chitra Dewi, dan Indriati Iskak yang dibiayai oleh pemerintah guna menghidupi dan mempertahankan Perfini dari keterpurukan.

Baca Juga  Gamal Abdul Naser, Bapak Pendiri Mesir Modern

NU dan Perfini

Upaya pemerintah untuk mempertahankan keberadaan Perfini mengalami kegagalan. Kondisi keuangan Perfini makin memburuk sehingga Perfini terpaksa ditutup pada tahun 1960. Berbagai upaya untuk menghidupkan kembali Perfini tidak berhasil, misalnya melalui usaha Usmar Ismail mendirikan klub hiburan malam, Miraca Sky Club, di salah satu lantai atas Gedung Sarinah. Karena dianggap berani melanggar norma agama dengan membuat klub malam, ia banyak dikecam oleh sejawatnya terutama dari sesama pengurus NU (Nahdlatul Ulama).

Tentu menjadi hal yang tabu apabila seorang pejabat atau pengurus organisasi kemasyarakatan Islam ternyata memiliki bisnis yang tidak sesuai dengan norma agama yang dianutnya. Apalagi NU merupakan salah satu organisasi terbesar yang sudah memiliki basis keanggotaan yang cukup besar.

Diketahui bahwa Usmar Ismail pernah dipercaya menjadi Ketua Umum Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) saat pertama kali dideklarasikan pada tanggal 28 Maret 1962 di Kota Bandung. Seorang penulis, Choirotun Chisaan dalam bukunya yang berjudul Lesbumi; Strategi Politik Kebudayaan, menuliskan bahwa pandangan kebudayaan Lesbumi adalah humanisme religius yang berlandaskan pada nilai ketauhidan dan kemanusiaan. Sementara kedudukannya di pemerintahan kala itu yaitu sebagai anggota DPRGR-MPRS (1946-1947) juga terpaksa harus dilepas.

Pasca pendirian Lesbumi inilah, Usmar Ismail memiliki pandangan yang kerap berseberangan dengan para seniman PKI Lekra yang mengusung tema realisme-sosialis, dan juga melawan seniman-seniman lain yang mengusung Manifesto Kebudayaan. Usmar Ismail hendak ingin menunjukkan jati dirinya sebagai seorang nadhliyin yang memegang prinsip tawassuth yaitu berdiri di tengah-tengah secara moderat atau tidak ekstrem ke kiri maupun ekstrem ke kanan.

Akhir Hayat Bapak Film Nasional

Sekitar 2 (dua) tahun sebelum wafat, Usmar masih sempat melahirkan karya film layar lebar yaitu Adventure in Bali dan Ananda. Namun dalam proses produksi film Adventure in Bali terjadi perselisihan antara Perfini dan International Film Company, Italia sebagai partner yang memproduksi film tersebut.

Baca Juga  Ibnu Batutah: Sang Teladan Penjelajah Dunia

Usmar Ismail kecewa karena banyak perjanjian yang tidak dipatuhi oleh Italia seperti honor artis, biaya hotel, dan lain-lain. Di tengah-tengah kefrustasiannya, ia kembali harus mengambil keputusan berat dengan merumahkan para pegawainya yang bekerja di Miraca Sky Club, Sarinah, tepat di malam perayaan tahun baru 1971.

Akibat beban penderitaan yang ditanggung terlalu besar, di awal Januari 1971 Usmar Ismail mengalami tak sadarkan diri akibat pendarahan hebat di otaknya. Ia akhirnya meninggal dunia pada tanggal 2 Januari 1971 atau belum genap usianya mencapai 50 (lima puluh) tahun. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat.

Sebagai sutradara besar di jamannya, Usmar Ismail terkenal sangat berhati-hati dan jeli dalam memilih calon pemain film yang direkrutnya dan terbukti banyak bintang film yang menjadi tenar setelah dipoles olehnya.

Karya-karya film Usmar Ismail dianggap melawan mainstream film-film nasional. Hingga akhirnya beliau mendapat gelar sebagai Bapak Film Nasional. Namanya diabadikan pada nama gedung pusat perfilman dan perpustakaan di daerah Kuningan, di samping Plaza Festival, Jakarta. Namanya juga dijadikan dalam ajang penghargaan insan perfilman Indonesia sejak tahun 2017 yaitu Usmar Ismail Awards.

Editor: Nabhan

Avatar
1 posts

About author
Content Writer & Admin Pojoktutorial.com
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *