Seperti yang kita hadapi di saat seperti ini, bagaimana kita berusaha segiat mungkin untuk bisa menjaga kesehatan dan terjaga dari penyakit yang sudah hampir satu tahun menemani kita semua (COVID-19).
Berapa juta orang di muka bumi ini yang sudah menjadi korban dari COVID-19 ini, baik yang sudah meninggal maupun yang masih tergeletak untuk perawatannya? Sungguh, seandainya kita bayangkan bagaimana penyakit COVID-19 tersebut menular ke dalam tubuh kita, maka jalan ke depannya hanya tinggal 2 harapan. Sembuh secara keseluruhan dengan waktu yang lama, dan kematian yang sudah menunggu dengan COVID-19.
Berapa banyak negara saat ini yang yang bergejibaku dalam melawan COVID-19? Kita sebagai warga Indonesia yang mempunyai dasar negara Bhineka Tunggal Ika harus bersama-sama dalam melawan penyakit ini.
Alhamdulillah, Presiden Indonesia, Joko Widodo dari awal adanya penyakit ini sudah turut juga mengimbau kepada para warga negara Indonesia agar selalu menjaga kesehatan, imun, dan iman kita.
Selalu menjaga protokol kesehatan, jaga jarak, memperhatikan 3M itu juga salah satu yang selalu disindir dalam setiap kali berpidato. Bahkan, penyakit ini berdampak juga pada metode pendidikan di setiap negara.
Apalagi di negara kita, sejak akhir Februari 2020 sampai sekarang, kita sudah diimbau agar pembelajaran dilaksanakan secara PJJ/Daring, dari jenjang TK sampai perguruan tinggi. Hal ini sudah menjadi kesepakatan Kementerian Budaya dan Pendidkan dengan melihat kondisi akan ganasnya peningkatan virus COVID-19.
PSBB pun sudah dilaksanakan, yang biasanya saat liburan akhir tahun dimanfaatkan oleh para keluarga untuk berlibur di kampung masing-masing, tetapi di tahun ini tidak ada lagi tradisi mudik. Karena di setiap perbatasan daerah sudah dijaga para aparat yang bertugas. Operasi di sepanjang jalan dilaksanakan, dari mulai masker, hand sanitizer, hingga batas jarak berkerumun selalu dijalankan oleh bagian bersangkutan.
Hari-hari ini kita disibukkan dengan beberapa kejanggalan. Di masa pandemi ini, banyak orang di daerah kita maupun negara kita ini yang semena-mena dalam menanggapi masalah COVID-19. Ada yang benar-benar mempraktikkan protokol kesehatan, namun di sisi lain ada juga yang meremehkan. Bahkan, tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.
Kejanggalan Kebijakan Pemerintah
Bulan Oktober lalu, yang di mana kita sebagai masyarakat kecil bingung bagaimana bisa mengurus perekonomian di masa pandemi ini. Saat banyak dari saudara-saudara kita yang bekerja sebagai karyawan diliburkan, bahkan sampai ada yang di-PHK, para anggota DPR malah sangat bersemangat dan ingin lebih cepat dalam mengesahkan RUU Cipta Kerja.
Padahal, di dalam RUU tersebut banyak yang kontra dengan kehidupan para buruh kerja pabrik. Mahasiswa pun turun lapangan dalam mengaspirasikan suara rakyat kepada para DPR.
Berapa korban mahasiswa yang sudah tertangkap pihak kepolisian, berapa banyak mahasiswa yang rela meninggalkan kuliahnya demi kebaikan bangsa ini. Namun, apa yang terjadi? RUU tersebut pun akhirnya disahkan walaupun secara tidak sopan dan tidak jelas, serta kontroversial. Karena saat pengesahan, terdapat UU yang tersebar, yang mana ada tiga perbedaan antara masing-masing naskah.
Tidak hanya itu, tepat pada tanggal 9 Desember 2020, dilaksanakanlah pemilihan kepala daerah sekaligus bupati serentak se-Indonesia. Di agenda ini pasti juga ada yang pro dan kontra. Bagaimana tidak menyuarakan kritik untuk agenda ini? Di mana-mana, dunia pendidikan dilaksanakan secara daring, pekerja banyak yang di-PHK, tabligh akbar dilarang, segala macam ibadah dibatasi, liga Indonesia dihapuskan, tetapi pilgup dan pilkada tetap berjalan.
Begitu indahnya pemandangan di negeriku. Datangnya penyakit ini terasa sudah diatur dari awal, seakan-akan ada dalang dari musibah yang selama ini menemani kehidupan kita. Ya, kita sebagai masyarakat biasa mungkin hanya bisa menerima apa yang telah diputuskan oleh pihak atasan.
Semoga segala keputusan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah benar-benar untuk rakyat dan kembali untuk rakyat. Dan semoga ke depan tidak terulang kembali untuk penyelundupan/korupsi uang rakyat.
Berapa milyar yang sudah diambil oleh mantan Menteri Sosial yang dengan hati serakahnya rela mengambil uang rakyat dari dana bansos? Padahal, kalau kita berpikir bersama dengan akal sehat, di zaman seperti ini, yang mana ekonomi negara juga menurun, masih sempatnya mengambil hak warga yang membutuhkan.
Semoga negara kita ke depannya bisa membaik, dan dihindarkan dari para perusak kesatuan dan keutuhan negara Republik Indonesia.
Vaksin Dosis Tinggi
Kemarin, kita digegerkan dengan datangnya vaksin ke negara kita. Belum selesai di situ, vaksin ini harus bisa rata sampai kepada seluruh warga negara Indonesia. Bahkan ada sebuah ancaman, barangsiapa yang menghindar dari pemberian vaksin ini akan dikenakan denda sebesar lima juta.
Perasaan siap yang tidak khawatir, padahal seandainya kita teliti bersama bahayanya vaksin bagi kesehatan kita, beberapa dokter ahli pun menanggapi bahwasanya kondisi vaksin yang diimpor dari luar negeri tersebut kurang jelas. Bahkan, tidak ada hasil untuk menjadi solusi terbaik bagi kesehatan kita.
Dari pihak MUI pun masih belum berani mengeluarkan label halal pada vaksin, dikarenakan masih belum jelas hasil yang diperoleh dari vaksin tersebut. Padahal, seandainya kita meneliti vaksin yang terbaik untuk kita semua adalah sudah tertulis dalam Al-Qur’an.
Dalam situasi dunia dikuasai oleh COVID-19 yang mematikan ini, kita perlu adanya ketenangan dan imunitas tinggi. Vaksin anti virus sangat kita butuhkan. Namun, selain vaksin buatan manusia yang datang dari berbagai negara itu, kita perlu pula tambahkan vaksin yang datang dari langit.
Inilah vaksin yang memiliki dosis paling tinggi. Al-Quran adalah vaksin terampuh yang mampu membuat hati damai, tenang, dan meningkatkan imunitas. Allah Swt. berfirman;
وننزل من القران ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an, suatu penawar berupa penyembuh dan rahmat bagi orang orang yang beriman.” (QS. Al-Isra’ (17) : 82)
يايها الناس قد جاءتكم موعظة من ربكم وشفاء لما فى الصدور وهدى ورحمة للمؤمنين
“Wahai Manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran berupa Al-Qur’an dari Tuhanmu, sebagai penyembuh penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang orang yang beriman.” (QS. Yunus (10) : 57).
Imunostimulan kecemasan dapat menimbulkan perubahan drastis fisikis dan psikologis. Kecemasan mengaktifkan sistem saraf otonom yang membuat detak jantung meningkat, tekanan darah naik, frekuensi napas bertambah, dan mengurangi energi. Ini berbahaya bagi kesehatan.
Rutin Membaca Al-Qur’an dan Efeknya bagi Tubuh
Perasaan cemas, galau, dan stres sangatlah merugikan segalanya. Al-Qur’an tegas mengingatkan hal ini. Dan Al-Qur’an juga memberi solusi agar bisa sehat, sembuh, dan hidup tenang juga damai, yaitu rutinlah membaca Al-Qur’an dengan sedikit bersuara.
Ini punya efek penting bagi tubuh, yaitu sebagai imunostimulan. Mari buka Al-Qur’an;
- Surah As-Syu’ara (26) ayat 80 : Allah Maha Penyembuh
- Surah At-Taubah (9) ayat 124 : Al-Qur’an memberi kabar gembira dan senang
- Surah At-Taubah (9) ayat 14 : Al-Qur’an adalah penyembuh
- Surah Yunus (10) ayat 57 : Al-Qur’an adalah penyembuh
- Surah Al-Israa (17) ayat 82 : Al-Qur’an adalah penyembuh
- Surah Fusshilat (41) ayat 44 : Al-Qur’an adalah penyembuh
“Apabila Al-Qur’an dibacakan, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat.”
- Surah Al-A’raf (7) ayat 204 : baca dan dengarkan Al-Qur’an, niscaya engkau akan disayang Allah
Telah banyak penelitian, dan terbukti bahwa membaca Al-Qur’an bersuara dengan teratur bermanfaat bagi fisik dan jiwa yang membacanya. Salah satunya, Mr. Enrick William Duve, seorang peneliti dunia mengatakan bahwa gelombang suara memengaruhi otak secara positif atau negatif.
Gelombang suara yang seimbang dan berirama, akan memberikan efek positif pada seluruh sistem tubuh. Itulah sebabnya kini, getaran gelombang suara sudah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit, salah satunya adalah menyembuhkan kecemasan.
Membaca Al-Qur’an dengan bersuara, juga memberikan efek positif karena gelombang suara dari tilawah Al-Qur’an berada pada resonansi yang sama. Sehingga mampu meningkatkan dan melejitkan potensi seluruh sistem sel-sel tubuh.
Rasulullah saw. menggunakan Al-Qur’an sebagai penyembuh. Ketika beliau sakit, beliau membaca Al-Qur’an. Hal ini ditegaskan oleh Sayyidatinaa Aisyah r.a., istri Rasulullah sendiri. Metode penyembuhan ini disebut “ruqyah”, yaitu pengobatan dengan membaca ayat-ayat pilihan dari Al-Qur’an (Al-Ma’tsurah).
Al-Qur’an Sebagai Solusi Hidup
Dalam kondisi COVID-19 luas mewabah yang membuat kita stres dan was was, maka seringlah membaca Al-Qur’an dengan sedikit bersuara, rajin tadarus bersama keluarga di rumah, dengarkan murattal Al-Qur’an di mobil, kapal, pesawat, di toko saat menunggu pembeli dll.
Lebih afdhal lagi membaca Al-Qur’an setelah salat subuh, setelah salat magrib, dan sebelum tidur. Jadikanlah Al-Qur’an sebagai solusi hidup. Sebesar keyakinan akan Al-Qur’an, sebesar itu pula keampuhan daya penyembuhan pada pembacanya.
Keyakinan yang kuat pada kekuatan Al-Qur’an, akan menimbulkan respons emosional, kejiwaan yang sangat positif, dan berperan sangat penting dalam menjaga stabilitas daya tahan tubuh. Semakin yakin, semakin kuat pula efeknya, dan semakin bermakna efek imunostimulan yang akan dihasilkan.
Imunostimulan berbasis Al-Qur’an dapat berhasil dengan ketentuan harus dilakukan berdasarkan pada keyakinan yang kuat, didampingi dengan rutinitas membaca, mendengarkan, dan memahami makna Al-Qur’an setiap hari dan sesering mungkin.
Selamat mengisi tahun 2021 dengan bacaan Al-Qur’an sesering mungkin.
Editor: Lely N
The Quran emphasizes the importance of preserving life and health, guiding us to seek knowledge and use it responsibly. While vaccines and high-dose vaccines are modern advancements, they align with the Islamic principle of protecting the body and preventing harm. Islam encourages us to embrace measures that help sustain and protect our well-being, including vaccinations that have been proven beneficial through research. Let’s continue learning and following both spiritual and scientific wisdom for our health.
The Quran does not specifically mention modern medical concepts like high-dose vaccines, as it was revealed over 1,400 years ago. However, Islamic teachings emphasize the importance of seeking knowledge, preserving life, and pursuing treatments for illnesses. The Prophet Muhammad (PBUH) also encouraged his followers to seek medical remedies, saying, “For every disease, Allah has made a cure” (Sahih al-Bukhari). Thus, using high-dose vaccines or any other effective medical interventions aligns with the Islamic principles of protecting health and preventing harm.