Perspektif

Virus Corona: dari Wuhan atau dari Tuhan?

3 Mins read

Pandemi yang bernama covid19 sekarang sedang naik daun. Dia bak artis kelas dunia, di mana-mana namanya disebut-sebut dan menjadi perbincangan di berbagai forum, baik forum dunia nyata maupun dunia maya. Setiap hari dia selalu nampang di televisi-televisi nasional maupun internasional.

Kok bisa seperti itu? Iya, sebab untuk saat ini covid19 adalah makhluk Tuhan yang paling seksi dan canggih. Kecanggihannya dibuktikan dengan hanya dalam kurun waktu kurang lebih dari 6 bulan, dia bisa terkenal sampai penjuru dunia. Namun sayang, ketenaran dan popularitas yang ia dapatkan, diraihnya dengan cara-cara tidak manusiawi.

Seperti menginfeksi, menyakiti, mengakibatkan manusia dikarantina bahkan membunuhnya. Sehingga apa yang sudah dia lakukan selama kurang lebih 6 bulan ini, menjadikannya sebagai makhluk yang paling dimusuhi dan dibenci banyak kalangan, akhirnya dunia pun melawannya. Seandainya saja covid19 ini memiliki akun media sosial, seperti Instagram, Twitter, chanel Youtube, dan sebagainya.

Kok saya yakin postingan-postingan-nya akan senantiasa mendapatkan hujatan dan akan banyak mendapatkan haters dari para pemirsa yang mayoritas dari bangsa manusia. Tapi meskipun hanya haters yang didapat oleh covid19, justru itu yang bisa membuatnya terkenal. Sebab terkadang keberadaan haters juga membantu dalam menaikan rating.

Saya sendiri termasuk bagian dari haters covid19 tersebut. Sebagai haters saya akan melawan covid19 dengan tidak menjadikannya sebagai bahan candaan. Sebab ini masalah bencana dunia yang sangat serius dan tidak pantas (saru) untuk dijadikan bahan candaan.

Paragraf di atas hanya imajinasi saya saja, seandainya dan jikalau keberadaan pandemi yang bernama covid19 itu ditarik ke wilayah entertainment dan sosial media. Baiklah, mari kita kembali pada soal popularitas wabah covid19 yang saat ini menjadi bahan perbincangan kita di mana-mana. Mulai dari group-group Whatsapp tingkat RT (Rumpi Tetangga) sampai pada group-group kepala negara, semua rame membicarakan wabah yang bernama covid19 ini.

Baca Juga  Reuni 212: Spirit Kolektivitas atau Ambiguitas?
***

Respon yang ditimbulkan dari wabah covid19 di berbagai perbincangan juga bermacam-macam; ada yang berpura-pura cuek, ada yang berpura-pura pede, ada yang tetap tenang dan waspada, dan tidak sedikit yang panik setengah mati. Kalau saya sendiri tidak tahu masuk golongan yang mana. Pokonya setiap bangun tidur, saya hanya bisa berharap semoga wabah covid19 ini hilang.

Berbicara soal respon terkait dengan wabah covid19, maka di bawah ini adalah beberapa contoh respon yang muncul di permukaan. Respon dari Presiden Amerika Serikat “Donald Trump”. Dalam sebuah sesi jumpa pers Presiden Trump mengatakan bahwa ini adalah virus China (China Virus) sebab berasal dari China (it comes from China).

Dengan mengatakan demikian, maka secara tidak langsung Presiden Trump ingin meyakinkan kepada publik bahwa wabah ini benar-benar berasal dari China, yang pertama kali muncul di kota Wuhan. Dari pernyataan tersebut juga mengisyaratkan Presiden Trump seolah-olah menuduh China sebagai pembuat virus corona atau covid19 ini. Meskipun banyak kalangan menilai bahwa pernyataan Presiden Trump berbau rasis, dengan mengistilahkan covid19 sebagai  “China Virus”.  

Respon bernada sama dilontarkan oleh pemimpin agung Iran “Ayatullah Ali Khamenei” dalam pidatonya di Teheran. Namun Imam Khamenei berbeda dengan Presiden Trump dalam sasaran tuduhan. Jika Presiden Trump menuduh China sebagai pembuat virus corona, maka Imam Khamenei sebaliknya menuding Amerika sebagai pembuat virus corona atau covid19. Bahkan Imam Khamenei menolak bantuan yang datang dari Amerika, dengan alasan bantuan yang ditawarkan Amerika akan semakin memperluas penyebaran virus.

Amerika dengan Trump-nya dan Iran dengan Khamenei-nya memang sama-sama menuduh satu sama lain, meskipun mereka berbeda dalam sasaran tuduhan. Tetapi kesimpulan saya baik Presiden Trump maupun Imam Khamenei memiliki kesamaan, yaitu sama-sama meyakini bahwa virus ini hasil rekayasa dan hasil ulah manusia.

Baca Juga  Benarkah Jilbab adalah Bentuk Penindasan?
***

Beda dengan Trump dan Khamenei, berbeda pula dengan respon yang berasal dari para agamawan. Jika Presiden Trump dan Imam Khamenei menganggap manusia sebagai biang keladi dari pembuatan dan penyebaran virus corona, maka para  agamawan justru menganggap bahwa covid19 itu berasal dari Tuhan. Tuhan lah yang menciptakan virus mematikan itu. Dengan barbagai argumentasi teologis, nama Tuhan selalu disebut-sebut sebagai pencipta makhluk hidup yang hanya berukuran sangat kecil tersebut.

Sedangkan disisi lain, di dalam Al-Qur’an ada sebuah ayat yang berbunyi: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan ulah tangan atau perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Rumm: 41 ).

Ayat ini sangat jelas menerangkan bahwa kerusakan di bumi dan lautan itu disebabkan oleh ulah dan perbuatan manusia. Seolah-olah Tuhan ingin mengatakan kepada kita semua bahwa yang suka membuat kerusakan itu adalah manusia.

Dari berbagai persepsi yang muncul di permukaan terkait dengan covid19, memang masih banyak menimbulkan perdebatan, pertanyaan dan polemik di beberapa lapisan masyarakat. Tetapi khusus untuk saat ini, di samping kita harus terus berdebat di ranah konsep, kita juga harus bergerak di wilayah praksis, yaitu mari kita saling bahu membahu dan tolong menolong untuk saling menjaga antar sesama. Dengan cara mematuhi himbauan serius dari pemerintah dan taat terhadap fatwa para agamawan, seperti tetap tinggal di rumah stay at home dan physical /social distancing.     

Soal keyakinan apakah covid19 ini hasil rekayasa manusia atau ciptaan Tuhan harus tetap menjadi pertanyaan kritis kita bersama. Kalau adanya covid19 itu hasil ulah dan rekayasa manusia yang disengaja demi kepentingan tertentu, semoga makarnya dihancurkan oleh Tuhan sehancur-hancurnya.

Baca Juga  Muhammadiyah dan NU Hanya Kurang Tepo Sliro: Tanggapan untuk Arif Maftuhin
***

Dan jikalau itu hasil dari kelalaian manusia, semoga ini menjadi pelajaran agar kita tidak berbuat kesalahan yang sama dan menjadikan kita lebih bijak terhadap segala sesuatu. Apapun itu, toh wabah covid19 sudah terjadi dan sudah menyebar ke mana-mana.

Maka jangan pernah berhenti untuk terus berharap, semoga bencana ini cepat berakhir sesegera mungkin. Dan saya pribadi juga masih tetap berharap semoga besok pagi ketika bangun tidur wabah pandemi corona ini sudah hilang tercabut dari muka bumi. Amin.

Editor: Yahya FR
2 posts

About author
Pusat Studi Islam dan Filsafat, P.P Bait al-Hikmah Malang
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds