Daerah Wuhan di-lockdown karena wabah pneumonia yang disebabkan oleh virus corona. Tak ada yang boleh masuk ataupun keluar.
Jujur, saya agak ngeri membayangkan ini. Maaf, seperti film-film zombie di mana ada cerita sebuah kota yang diisolasi karena penduduknya terinfeksi semua. Stop! Saya tidak ingin lanjut membayangkan. Kurang etis dan realistis karena pada kenyataannya di sana tentu tidak ada adegan mengerikan di malam yang gelap.
Wabah Corona di Wuhan
Ini kejadian nyata yang penanganannya super kompleks. Tidak hanya bagaimana rumitnya mengidentifikasi virusnya dan menentukan obatnya. Namun, lebih jauh soal bagaimana mencegah virus yang konon cerdas dan mematikan ini agar tidak tersebar ke seluruh dunia dengan segala konsekuensi sosio-ekonominya.
Penduduk Wuhan sampai menjerit, “Ini seperti akhir dunia!” Sebuah tanda kecil dari kepanikan dan potensi depresi massal. Dan seluruh dunia jadi waspada.
Kabarnya, penyakit ini bersumber dari sup kelelawar. Ada publikasi yang juga mencurigai ular sebagai pembawanya. Tapi, biasanya masalah sebenarnya tidak sesederhana kabar di media. Jadi, kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Entah karena kelelawar ataukah karena kecerobohan seorang tukang laborat yang kurang rapat dalam menutup tabung percobaan.
Justru, karena kita tidak tahu detil, mari kita ikuti pihak berwenang saja. Soal politik dan konspirasi, serahkan saja pada ahlinya. Jangan bikin kita mumet.
Pikiran baiknya, dengan penutupan Wuhan artinya pemerintah Tiongkok sedang sangat sibuk dan serius melakukan pengobatan dan pencegahan agar wabah akibat virus corona tidak tersebar. Tiongkok itu negara dengan teknologi kedokteran yang tinggi, punya pusat-pusat rujukan berbagai penyakit berat, termasuk cangkok organ seperti yang dijalani Dahlan Iskan.
Tentu Tiongkok tidak sendiri. Organisasi-organisasi kesehatan sedunia, dari WHO, organisasi kesehatan negara sampai organisasi profesi kesehatan juga sedang bekerja.
Sampai sini adalah tulisan saya sebagai, well, akademisi kebencanaan yang memang perlu memperhatikan hal ini. Tentu lebih ilmiah dari paragraf-paragraf di atas.
Apa yang Harus Kita Lakukan?
Tentu banyak yang bisa kita lakukan. Tenang, ini bukan sesuatu yang kita nggak bisa apa-apa. Kemarin saya ketemu salah seorang pejabat Pusat Krisis Kesehatan, juga kontak Kolega di Litbang Kementerian Kesehatan. Indonesia juga waspada, khususnya di kantor kesehatan pelabuhan. Satu orang terduga di sebuah kantor, langsung diisolasi.
Yang sebaiknya kita dan keluarga lakukan adalah mengikuti perkembangan berita, khususnya himbauan resmi dari pemerintah dan organisasi medis. Mohon Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kemenkes memberikan informasi yang jelas dan baik kepada masyarakat.
Saya pribadi juga menghimbau, meskipun berita dari luar negeri tampak ngeri, tetaplah berpikir rasional dan jangan sepelekan gejala penyakit, khususnya yang dekat dengan batuk pilek demam.
Cuci tangan yang benar dengan sabun atau dengan handrub alkohol 70-80% efektif untuk mencegah infeksi. Gunakan masker bila ada masalah batuk, pilek, dan infeksi pernapasan. Gunakan tisu sekali pakai untuk menutupi mulut dan hidung saat batuk dan bersin, lalu buang dengan benar.
Tingkatkan imunitas diri dengan pola makan yang baik dan berolahraga. Yang wajar saja, tidak perlu lebay, nanti malah drop. Vitamin juga yang cukup.
Kalau ada gejala batuk pilek demam, apalagi setelah bepergian ke luar negeri, segera ke rumah sakit yang bagus sekalian untuk pemeriksaan dan pengobatan.
Oya, saran-saran ini saya sarikan dari saran Perhimpunan Dokter Paru Indonesia yang semoga membantu mengamankan diri kita dari wabah akibat virus corona ini. Tentu, jangan lupa berdoa karena Allah-lah yang menguasai segalanya. Allahu al-Musta’aan.
Editor: Nabhan