Riset

Pimpinan Muhammadiyah Cabang Digital, Mungkinkah?

4 Mins read

Berawal dari tulisan sebuah akun bernama Mukh Tarom  di salah satu grup Facebook (22/12) yang bertuliskan “Jadi pengurus (pimpinan) Muhammadiyah itu, jangan hanya aktif di WA atau Sosmed dan di dunia nyata gak pernah muncul.” Membuat pikiran menjadi ingin berimajinasi dan tidak menutup kemungkinan nantinya akan menjadi sebuah kenyataan. Sebuah bayangan bagaimana jika Persyarikatan Muhammadiyah membuat suatu kepengurusan di dunia maya. Entah berbentuk Pimpinan Cabang atau Daerah, namun rasanya akan menjadi hal yang menarik dan kemungkinan menjadi pelopor organisasi yang memiliki struktural di media.

Muhammadiyah Cabang Digital?

Sebuah hal yang mungkin akan ditertawakan oleh netizen, di mana akan menjadi keanehan organisasi sebesar Muhammadiyah mendirikan Cabang atau Daerah Istimewa di media sosial. Memang ada beberapa syarat yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Muhammadiyah, di antaranya memiliki kegiatan rutinan seperti pengajian, pendidikan kader, memiliki Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), dan sebagainya. Rasanya hal itu tidaklah sulit untuk dilakukan jika ada kemauan, apalagi beberapa kegiatan Persyarikatan sudah banyak yang beralih ke dunia digital.

Nah itu dia, dunia digital, yang sekarang semakin masif serta digitalisasi di berbagai bidang seakan menjadi hal yang wajar dan marak digencarkan. Maka, melihat perkembangan yang ada, tidak ada salahnya membuat suatu kepengurusan organisasi di sebuah media sosial mainstream. Mungkin nantinya akan hadir Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Digital, atau dengan nama lain yang lebih kekinian. Pastinya nanti akan ada Majelis-Majelis pada umumnya, yang mengatur dakwah Persyarikatan di media sosial.

Cakupannya mungkin akan semakin luas, sebagaimana kita ketahui dunia maya seakan tanpa sekat. Nantinya akan memiliki tugas sebagaimana di dunia nyata, apakah ini suatu ide bagus? Atau hanya menjadi khayalan penulis saja yang akan ditertawakan para netizen yang budiman? Entahlah. Tetapi secara umum, beberapa aktivis dan kader Muhammadiyah sudah menyusuri berbagai lorong digital, bukan hanya media sosial saja. Bahkan, Muhammadiyah menjadi salah satu pelopor digitalisasi dakwah, yang kini hampir setiap hari dapat kita melihat pengajian dan kajian melalui webinar atau channel Youtube milik Persyarikatan.

Baca Juga  Abdul Mu'ti Berpesan Agar Mudik tak Dijadikan Ajang Pamer

Aktif di Dunia Nyata, Gaptek di Dunia Maya atau Sebaliknya?

Kembali menilik tulisan mas Mukhtarom tadi, yang seakan menyentil pimpinan Persyarikatan yang hanya aktif di medsos tetapi tak nampak didunia nyata, mungkin juga warga Muhammadiyah yang bukan sebagai pimpinan juga. Mungkin bisa dibilang benar dan sangat realistis, apalagi di masa pandemi yang masih melanda negeri. Namun, hal tersebut memang tak dapat dipungkiri ada di sekitar kita, tapi bisa saja memang pimpinan yang dimaksud memang memiliki passion dakwah di dunia digital.

Memang lebih sering terlihat nyata adalah mereka yang ada di akar rumput (Ranting), mereka yang ada di ujung tombak gerakan Muhammadiyah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Jadi, para pimpinan memiliki berbagai macam peran dan cara dalam berdakwah, termasuk di media sosial. Apalagi pembangunan manusia melalui gerakan literasi, harus sangat digalakan di era sekarang. Ketika orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu berselancar di dunia maya, maka berdakwah pun harus peka dan mampu menyesuaikan diri (adaptif) dengan keadaan manusia di zaman now.

Lalu ketika pada posisi sebaliknya, mereka yang aktif di dunia nyata, namun kurang mendapatkan edukasi di media sosial, maka akan memiliki kekurangan tersendiri. Apalagi di kala masa COVID-19 yang belum juga reda, masyarakat termasuk pimpinan yang kurang mendapatkan informasi yang sampai masuk dalam kategori gaptek (gagap teknologi), akan mengalami disinformasi.

Evaluasi Kurangnya Edukasi

Tidak heran, jika beberapa bulan lalu, masih banyak warga persyarikatan dan bahkan pimpinan tak mentaati maklumat Pimpinan Pusat terkait himbauan untuk salat idul fitri di rumah saja. Mungkin bukan karena tak punya media sosial, namun kurang edukasi dan terlalu menuruti ego diri sehingga mengabaikan kebijakan organisasi. Kembali ke pembahasan, ketika aktif di dunia nyata namun paket datanya non aktif, mungkin akan mengalami kesulitan komunikasi. Terlebih lagi banyak sekarang undangan berupa file baik berformat pdf atau lainnya, ketika kurang memahami teknologi, akan bisa ketinggalan informasi.

Baca Juga  Proyek Kebangkitan Islam dan 'Anak-Anak Rifaa'

Jadi, aktif di dunia nyata di zaman sekarang, juga harus diimbangi dengan memahami arus kemajuan teknologi. Apalagi Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang berkemajuan, pastinya bukan hanya organisasinya yang mengalami kemajuan, tetapi juga sumber daya manusianya yang turut serta mengikuti perkembangan. Maka, keaktifan seorang aktivis, warga, hingga pimpinan Persyarikatan sangatlah amat diperlukan. Sehingga dapat membaca cepatnya era digitalisasi yang dibarengi dengan ilmu untuk mengedukasi, serta yang paling penting yakni iman untuk membentengi dari berbagai kejahatan di dunia maya.

Digitalisasi untuk Persyarikatan Semakin Berkemajuan

Gagasan Islam Berkemajuan yang dimiliki Muhammadiyah, membuat organisasi ini tak lekang ditelan zaman. Persyarikatan mampu beradaptasi dengan kondisi dan situasi, termasuk di masa pandemi. Muhammadiyah tak lantas berhenti bergerak di tengah wabah yang merebak, perkumpulan yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini tetap mengepakan dakwahnya melalui digital. Terakhir, Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih dilakukan secara daring (dalam jaringan) yang tidak mengurangi subtansi yang menjadi pembahasan utama. Belum lagi sekolah serta kampus Muhammadiyah yang tetap melaksanakan pembelajaran meski jarak jauh, hingga menggelar wisuda secara online. Inilah salah satu dari berbagai macam gerakan dakwah yang banyak sekali inovasi yang ditampilkan, semakin menegaskan Muhammadiyah organisasi berkelas yang mengedepankan kualitas serta integritas.

Maka, bayangan Muhammadiyah mendirikan struktur pimpinan di dunia maya rasanya hal yang masuk akal. Di mana pergerakan media yang semakin tak terbendung. Ditambah maraknya pemikiran yang terkadang tidak sesuai dengan kebijakan organisasi, membuat rasanya perlu kiranya dikaji pendirian Cabang Istimewa Muhammadiyah di dunia digital untuk mengkoordinir gerakan di media. Sekilas mungkin ini pemikiran yang absurd, apalagi dalam Persyarikatan sudah ada berbagai Majelis yang membidangi siber atau media. Tetapi rasanya akan menjadi hal yang menarik, sehingga membuat Persyarikatan semakin berwarna lagi.

Baca Juga  Relasi Agama dan Negara Menurut Imam Al-Ghazali

Meski pada dasarnya dunia nyata dan media sosial berbeda. Namun dalam perkembangannya akan menjadi sebuah langkah dakwah yang semakin strategis. Ditandai seiring banyaknya para generasi dan kader Muhammadiyah yang menguasai media. Mungkin nantinya akan ada yang menjadi Ketua Umum Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Digital, serta berbagai Ketua Majelis berbagai bidang sebagaimana pada lazimnya.

***

Tetapi ini hanyalah sebuah angan-angan di tengah riuhnya media yang di ramaikan oleh pergantian Menteri, serta perkembangan wabah yang masih melanda bangsa. Namun jika nantinya angan ini menjadi nyata, hingga berdirinya pimpinan yang ada di dunia maya. Maka mungkin bayangan penulis menjadi sebuah gagasan yang baik bagi Muhammadiyah. Tetapi semua kebijakan dan keputusan Persyarikatan ada ditangan ayahanda Pimpinan Pusat, sebagai orang yang mencintai Persyarikatan, sudah sangat kagum dan bangga dengan perkembangan yang telah dicapai. Namun bagaimana jika Muhammadiyah mendirikan kepengurusan di medsos? Tentunya itu hanya angan-angan penulis dan wewenang sepenuhnya ada ditangan ayahanda Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang sangat kita hormati.

Apalagi sebagai orang Persyarikatan yang tidak menjabat sebagai pimpinan, dan aktif di dunia nyata bisa dibilang hanya sekadarnya serta se-kober-nya (sesempatnya). Maka sejatinya hanya sebagai Muhammadiyah di media, dan di dunia nyata seadanya. Oleh karena itu, tulisan Mas Mukhtarom tersebut menjadi pengingat serta koreksi bagi diri penulis sendiri, sehingga dapat menginstropeksi untuk kedepannya menjadi lebih baik. Sehingga dalam Bermuhammadiyah tidak hanya dalam media sosial, namun nyata pula terlihat dalam amal. Aamiin (*)

Editor: RF Wuland

Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informatika dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Riset

Membuktikan Secara Ilmiah Keajaiban Para Sufi

2 Mins read
Kita barangkali sudah sering mendengar kalau para sufi dan bahkan Nabi-nabi terdahulu memiliki pengalaman-pengalaman yang sulit dibuktikan dengan nalar, bahkan sains pun…
Riset

Lazismu, Anak Muda, dan Gerakan Filantropi untuk Ekologi

2 Mins read
“Bapak ini kemana-mana bantu orang banyak. Tapi di kampung sendiri tidak berbuat apa-apa. Yang dipikirin malah kampung orang lain,” ujar anak dari…
Riset

Pengorbanan Ismail, Kelahiran Ishaq, dan Kisah Kaum Sodom-Gomoroh

4 Mins read
Nabi Ibrahim as. yang tinggal Hebron mendapat berusaha menjenguk putra satu-satunya. Sebab pada waktu itu, Sarah sudah uzur dan belum juga hamil….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *