Review

1984: Buku Favorit Tokoh Dunia yang Meramal tentang Totalitarianisme

3 Mins read

George Orwell dan Karya Monumentalnya

George Orwell merupakan nama pena dari seorang penulis berkebangsaan Inggris, yaitu Eric Arthur Blair. Orwell sebenarnya lahir di India pada tahun 1903, namun 4 tahun setelah kelahirannya, keluarganya pindah ke Inggris karena tuntutan pekerjaan ayahnya. Sejak saat itu hingga akhir hayatnya, Orwell sangat sering berpindah-pindah negara seperti Myanmar, Prancis, Spanyol dan Maroko. Pada masa akhir hidupnya, Orwell kembali ke Inggris dan dia menghembuskan nafas terakhirnya di sana pada 1950.

Tulisan-tulisan Orwell seringkali ditulis berdasarkan pengalaman dan pengamatan pribadinya. Seperti buku Burmese Days (1934)yang penulisannya diilhami pengalaman Orwell ketika bekerja sebagai keamanan di wilayah Myanmar. Ada juga tulisannya yang berjudul The Road to Wigan Pier (1937), yang ditulis berdasarkan pengamatannya tentang kemelaratan di suatu daerah di Inggris yang pernah ia Kunjungi. Selain itu ada Homage to Catalonia (1938) yang ditulis berdasarkan pengalamannya saat berperang di Spanyol.

Semasa hidupnya Orwell cukup produktif dalam menghasilkan karya-karya baik berbentuk buku ataupun artikel di media. Karya-karya beliau antara lain Burmese Days (1934), The Road to Wigan Pier (1937), Homage to Catalonia (1938), Coming Up for Air, (1938), Animal Farm (1945) dan 1984 (1949). Dua novel terakhir yang ditulisnya merupakan karya paling monumental yang menjadikannya penulis yang tak terlupakan dan sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Buku 1984 merupakan karya monumentalnya sekaligus buku terakhir yang dia tulis sebelum meninggal. Beberapa hari sebelum wafatnya, seorang redaktur terkenal Inggris mengirimkan surat kepada Orwell yang berisikan “Anda telah menorehkan karakter dan rona yang tak tergantikan dalam kesusastraan Inggris … Anda adalah salah satu diantara sedikit penulis di generasi Anda yang tak akan terlupakan”.

Wafatnya George Orwell beberapa bulan setelah terbitnya buku monumentalnya, membuat ia tidak sempat menerima banyak pujian akan karyanya tersebut. Padahal buku 1984 merupakan karya yang berpengaruh hingga bertahun-tahun setelahnya.

Baca Juga  Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

1984: Buku Favorit Banyak Tokoh Dunia

1984 merupakan buku yang amat populer dari awal penerbitannya hingga zaman kini. Buku ini juga disukai oleh banyak tokoh terkenal dunia. Sebut saja tokoh seperti Barack Obama yang pernah menggunakan istilah dalam buku ini saat pidatonya. Pendiri Apple yaitu Steve Job juga merupakan tokoh yang menyukai buku ini. Bahkan dalam peluncuran komputer Macintosh pertamanya pada 1984, Apple juga menggunakan istilah dalam buku ini sebagai tema iklan mereka di televisi.

Beberapa tokoh terkenal yang menyebut buku ini sebagai salah satu buku favorit mereka adalah Elon Musk, Stephen King, David Bowie, Kit Harington dan Mel Gibson. Bahkan Elon Musk seringkali menyebut-nyebut dan mengutip karya-karya Orwell, termasuk buku 1984 di laman X (dulunya Twitter) pribadinya. Disukainya novel 1984 oleh banyak tokoh dunia, tentu saja merupakan bukti bahwa buku ini bukan sekedar karya fiksi biasa, melainkan sebuah buku yang amat menarik untuk dibaca dan didalami.

Karya-karya yang Berhasil Meramal Masa Depan

Entah karena kebetulan atau karena didasari analisa yang cermat, sebuah karya seringkali berhasil meramalkan dengan akurat hal-hal yang terjadi pada masa sesudahnya. Dalam hal ini terdapat dua kategori; pertama, yaitu sebuah karya zaman dulu yang dianggap meramal masa kini namun dipengaruhi “cocokologi” dari pembacanya. Kedua, yaitu karya zaman dulu yang benar-benar menggambarkan secara tepat peristiwa yang terjadi di masa depan.

Contoh untuk kategori pertama, sebut saja sebuah buku yang terkenal yang ditulis oleh Nostradamus. Buku tersebut dianggap banyak meramal kejadian yang terjadi di zaman sesudahnya. Namun buku tersebut tidaklah menggambarkan peristiwa yang diramalkannya dengan eksplisit, melainkan dengan kiasan-kiasan dan metafora puitis. Hal itu membuat ramalan buku itu terasa seperti “cocokologi” dari pembacanya saja.

Baca Juga  Deception Point: Sains dalam Intrik Politik Amerika Serikat

Adapun contoh untuk kategori kedua adalah buku 1984 karya George Orwell. Buku ini bercerita tentang seorang tokoh yang hidup di sebuah negara totalitarian bernama Winston. Buku ini berhasil dengan akurat meramalkan kondisi, bentuk, dan sistem negara totalitarian di zaman sekarang.

Ramalan Akurat Orwell tentang Negara Totalitarian

Orwell berhasil menggambarkan kondisi politik, ekonomi, dan sosial masyarakat dari negara totalitarian dengan sangat akurat dalam buku 1984, seakan-akan ia tinggal di sana. Keakuratan penggambaran yang dilakukan Orwell sampai pada tahap yang amat mendetail. Beberapa contohnya, yaitu penggambaran tentang pemimpin tunggal yang harus dipuji dan dipuja serta harus dijadikan penguasa tunggal dan total sebuah negara. Orwell juga berhasil meramalkan betapa mencekamnya suasana di negara tersebut, karena setiap gerak-gerik dan bisik-bisik warganya diawasi oleh negara.

Selain itu, Orwell juga berhasil menggambarkan mengenai media yang dikuasai negara demi kepentingan propaganda dan pencitraan. Media-media tersebut bahkan seringkali menyiarkan berita yang palsu yang menyesatkan, demi menciptakan kesan baik masyarakat terhadap negara.

Diceritakan juga bahwa negara kerap kali mengubah-ubah sejarah di buku-buku pelajaran sekolah, demi menanamkan ideologi negara kepada masyarakat sejak kecil. Beberapa hal tersebut persis seperti peristiwa yang banyak terjadi pada masa kini di berbagai negara, mungkin tak terkecuali di Indonesia.

Tokoh utama dalam buku ini Winston, diceritakan mencoba memberontak dari sistem negara totalitarian tersebut dengan mengikuti organisasi tersembunyi pemberontak. Diceritakan pula, bahwa sebenarnya ada banyak orang sebelum Winston yang bersikap sama, termasuk pacarnya, Julia. Namun, niat dan usaha mereka semua digagalkan oleh negara dan akhirnya semuanya disiksa dan dieksekusi mati. Detail-detail yang dihadirkan Orwell dalam buku ini membuat pembacanya ikut merasakan betapa mengerikan dan mendebarkannya hidup di sebuah negara totalitarian.

Baca Juga  Perspektif Zaitunah Subhan terhadap Konsep Gender

Meskipun sudah berusia cukup tua, buku ini masih relevan untuk dijadikan bahan bacaan, karena alur ceritanya yang asyik untuk diikuti. Adapun buku populer di zaman sekarang yang mirip dengan buku ini secara konten dan alur cerita adalah Laut Bercerita (2017) karya Leila S. Chudori. Kedua buku ini sama-sama menceritakan kondisi negara yang otoriter. Perbedaan dari kedua buku ini adalah Laut bercerita merupakan buku yang menggambarkan peristiwa di masa lampau, sedangkan 1984  menceritakan kejadian di masa depan.

Editor: Soleh

Avatar
5 posts

About author
Penulis
Articles
Related posts
Review

Madzahibut Tafsir: Meneliti Madzhab Tafsir dari Klasik hingga Kontemporer

4 Mins read
Prof. Abdul Mustaqim menulis buku berjudul “Madzahibut Tafsir, Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Modern”. Buku ini terbit cetakan pertama pada…
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *