Tajdida

Cinta Kasih: Asas Berdirinya Poliklinik PKO Muhammadiyah

2 Mins read

Oleh: dr. Soetomo

Pengantar Redaksi

Dokter Soetomo, ketua organisasi Boedi Oetomo (BO), di akhir hayatnya memilih bergabung dengan Muhammadiyah. Di Muhammadiyah, ia menjabat sebagai adviseur (penasehat) Polikliniek Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) Muhammadiyah di Surabaya. Tulisan ini adalah transkrip pidato dr. Soetomo ketika pembukaan Polikliniek Muhammadiyah Surabaya pada hari Ahad, 14 September 1924.  

Asas Cinta Kasih

Nyonya-nyonya dan Tuan-tuan. Atas nama Persyarikatan kita yang namanya Muhammadiyah, yakni untuk memperingati nabi kita, Nabi Muhammad SAW, kami mengucapkan selamat datang dan terima kasih untuk perhatian tuan-tuan yang tampak pada hari ini.

Sebelum kami menerangkan maksud pertemuan yang sederhana ini dengan pendek, haraplah kami hendak menerangkan Persyarikatan kami pada tuan-tuan. Persyarikatan kami ini, sebagai juga persyarikatan lainnya yang memang macam Jawa yang bertabiat (bersifat) menjadikan dan memperbaiki lahirnya di tanah Vorstenlanden. Yakni, tempat yang orang Jawanya masih memegang kejawaannya.

Meskipun Persyarikatan kami itu kelihatannya dan wujudnya ada berlainan dengan Persyarikatan yang lainnya yang timbul di dunia pada waktu yang kurang lebih bersama-sama. Yakni, Persyarikatan kami ini ada bersifat Islam. Tetapi pada hakikatnya Persyarikatan kami itu tiada lain hanya satu dari beberapa pertunjuk lahirnya pikiran baru yang menggetarkan bahagian antero dunia yang berfikir. Lagi pula, boleh dikatakan akan pertimbangan atau perlawanan pengajaran Darwin. Bukankah pengajaran Darwin itu berasas peperangan hidup?

Sudah tentu saja kejadiannya pengajaran ini menindas dan memusnahkan yang bersifat lembek. Karena bermaksud untuk diri sendiri supaya dalam dunia ini mendapat tempat yang baik. Sedang fikiran baru itu timbul dari asas yang lain. Yakni, asas cinta kasih. Asas cinta kasih ini sudah barang tentu tiada mengizinkan, tiada memberi kesempatan, beberapa untuk keperluan diri sendiri. Akan tetapi mewajibkan berkurban untuk mencapai hidup mulia bagi umum.

Baca Juga  Manusia Modern: Terlalu Fokus ke Hal-Hal Material, tapi Lupa Cinta

Poliklinik untuk Semua Golongan

Dan kalau begitu, apakah yang disebut cinta kasih pada orang tua, pada istri dan anak, dan lainnya? Tiada lain hanyalah mengurbankan diri untuk keselamatan dan kebahagiaan orang lain. Begitu juga persyarikatan kami. Ini kemasakan (kentelan –Jawa) fikiran cinta kasih yang akan kita curahkan kepada sesama manusia. Supaya dengan cinta kasih dan kurban dapatlah tercapai hidup mulia yang kita maksud seperti yang tersebut di atas.

Kita mendirikan sekolahan. Kita ada mendirikan Hizbul Wathan untuk memajukan badan kita. Anak yatim pun dapat pemeliharaan dari kita. Banyaklah jalan yang hendak kita jalani. Tetapi haruslah disebutkan di sini, bahwa syarat kita ada sempit.

Besok pagi akan kita buka Poliklinik ini. Siapa juga, baik orang Eropa, baik orang Jawa (orang bumi), baik China atau bangsa Arab, boleh kemari. Akan ditolong dengan cuma-cuma, asalkan betul miskin. Kami mengharap Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, hendaknya luluslah poliklinik ini berdirinya. Juga oleh bantuan Tuan-tuan sekaliannya. Pekerjaan poliklinik yang penuh dengan kurban dan kemanusiaan. Lagi pula, terutama adalah kami guntingkan berseru kepada pers (surat kabar) yang memang dapat menolong hal ini yang tiada berhingga.

Hari ini ialah hari bagi dokter-dokter yang bekerja pada poliklinik ini. Hari untuk peringatan bagi pekerjaannya yang berat akan penyediaan pekerjaan ini.

Ucapan Terima Kasih

Bagi kita adalah, hari ini hari terima kasih. Terima kasih kepada siapa juga yang menolong dengan bicara dan tenaga. Akan menyampaikan maksud kita itu. Pertama-tama, terima kasih kami kepada Hoofdinspectur B.G.D (Pekerjaan Pengobatan) dan Dr. Degger untuk pertolongannya dari negeri. Yang wujud obat-obat dan verbandmiddelen. Kedua, terima kasih banyak kepada tuan Dr. Tamm, untuk fatwanya yang baik, yang mengiringi surat permohonan kami. Begitu juga Tuan Assenraad, kami merasa wajib mengucap terima kasih atas cara pencukupan obat-obat yang sebanyak itu dari simpanan tuan.

Baca Juga  Muhammadiyah, Peran Kebangsaan Melintasi Zaman

Nyonya-nyonya dan Tuan-tuan. Untuk penutup khutbah kami yang pendek ini, perizinkanlah kiranya kami memberi kehormatan kepada Zr. Matles yang sudah bekerja untuk kami susah payah dan cara kerja kapannya mengumpulkan orang untuk kami. Dan juga untuk kecakapannya menyalakan dakwah (propaganda) bagi pekerjaan ini.

Nyonya Suratman. Tuanlah yang menghias poliklinik ini sehingga baik pada pemandangan. Jika nanti tamu-tamu kita sesudah menyaksikan melihat poliklinik ini dengan riang hati berangkat pulang, percayalah kami, bahwa keriangan hati itu tersebab dari tuan.

Penyunting         : Mas Adim

Editor                    : Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds