Perspektif

Perlukah kita panik menghadapi COVID-19?

1 Mins read

Pak Presiden mengkonfirmasi dua orang Indonesia positif tertular COVID-19. Bagaimana sikap kita merespon berita tersebut? Haruskah kita panik?

Pertama, pahami bagaimana SARS-CoV-2 virus penyebab COVID-19 ini menular dari orang ke orang. Virus ini menular melalui droplet, yaitu percikan ludah atau bersin seseorang yang positif. Jarak terjauh penularan melalui droplet ini adalah 1,8 meter.

Jadi, virus ini nggak terbang-terbang di udara. Makanya, masker tidak disarankan sebagai langkah pencegahan. Justru yang harus dilakukan adalah rajin mencuci tangan menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer berbasis alcohol.

Karena ada kemungkinan droplet menempel di tangan kita saat menyentuh benda-benda yang terkontaminasi droplet. Masker disarankan dipakai oleh seseorang yang positif SARS-CoV-2 untuk mencegah droplet menyebar.

Belum diketahui secara pasti berapa lama SARS-CoV-2 bisa hidup dipermukaan benda, tetapi virus Corona mampu hidup dipermukaan benda hingga 9 hari. Oleh karena itu, permukaan benda di tempat umum perlu dilap lebih sering menggunakan desinfektan (lift, pegangan tangga, pegangan eskalator, dan lain-lain).

***

Kedua, pahami fatality rate COVID-19 secara  umum adalah sekitar 2,9%, jauh lebih kecil dibandingkan dengan MERS 37%, SARS 10% . Jika dilihat perkelompok umur, maka semakin berumur risikonya semakin besar. Dan dari data menunjukkan kasus fatality lebih banyak terjadi pada pasien dengan penyakit penyerta sebelumnya (di antaranya adalah diabetes dan hipertensi).

Ketiga, pahami infectivitynya. SARS-CoV-2 memiliki infectivity 1,4-4,08 artinya seseorang yang positif bisa menularkan kepada 1-4 orang lainnya. Ini lebih tinggi dibandingkan dengan SARS-CoV 1-2,75 dan MERS <1.

Keempat, pahami riwayat bepergian dan riwayat kontak dengan orang-orang yang baru bepergian dari negara yang tinggi kasus COVID-19.

Jadi, kalau anda usia di bawah 60 tahun, tidak punya penyakit kronis seperti hipertensi atau diabetes, tidak ada riwayat bepergian atau kontak dengan orang yang bepergian ke negara yang wabah COVID-19, risikonya sangat kecil untuk tertular dan mengalami fatality.

Baca Juga  Covid-19: Menjadi Muslim Tanpa Masjid?

Sekarang yang penting jaga kebersihan, cuci tangan dengan benar setiap kali habis memegang sesuatu, tutup hidung dan mulut jika batuk atau bersin, tidur cukup, makan cukup sayur buah, olah raga, hindari bepergian ke negara yang sedang wabah, dan jangan lupa berdoa.

Di musim hujan seperti ini justru kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) jauh lebih perlu diwaspadai.

Ingat, Media sudah mengamplifikasi kasus COVID-19 ini sedemikian rupa sehingga tampak sangat berbahaya.

Editor: Yahya FR
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds