Feature

Mengenal Masjid Cheng Ho di Nanjing

2 Mins read

Tanggal 1-8 Oktober 2018, semua lembaga pendidikan dan kantor pemerintahan China diliburkan. Kebijakan ini dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan China yang jatuh pada 1 Oktober. Saya yang sedang menempuh studi di Negeri Tirai Bambu turut menikmati liburan panjang. Saya gunakan untuk bersilaturahmi dan sekaligus refreshing setelah bergulat dengan pelajaran bahasa Mandarin. Saya berkunjung ke Nanjing. Di sana, kebetulan banyak dosen UAD yang sedang menempuh S3. Kurang lebih ada 8 orang di Nanjing. Setelah memesan tiket lewat aplikasi Wechat, hari Selasa malam tanggal 2 Oktober, saya berangkat ke Nanjing.

Dengan diantar teman-teman dari Nanjing, keesokan harinya kami mengunjungi Masjid Jingjue atau sering disebut masjid Cheng Ho. Masjid ini bangunannya berbentuk seperti rumah kuno China. Ada juga museum di lokasi masjid ini. Kami disambut oleh takmir dengan ramah. Konon, masjid ini dibangun pada tahun 1388 M pada masa Dinasti Ming, sebagai mahar salah satu pangeran bernama Yunchang yang akan menikahi putri Gubernur Nanjing. Di bawah kekaisaran Xuande, dia perintahkan Zeng He atau dalam bahasa Romawi disebut Cheng Ho untuk  direnovasi dan diperluas sampai 26.000 meter persegi. Keunikan masjid ini terletak pada gaya seni bangunannya yang masih terjaga walau dibangun beberapa abad lalu.

Masjid Jingjue atau Masjid Cheng Ho terletak agak di dalam, kurang lebih 20 meter dari jalan utama. Untuk masuk masjid terlebih dahulu melewati pintu gerbang. Memasuki kompleks masjid ada beberapa bangunan. Bangunan pertama adalah ruang pengurus masjid. Kemudian bangunan selanjutnya adalah sebuah kelas untuk belajar agama atau membaca Al-Qur’an. Di sebelahnya ada museum dan perpustakaan. Setelah masuh ke dalam, terdapat bangunan utama berbentuk persegi. Ini adalah tempat yang paling luas yang digunakan untuk shalat. Masing-masing bangunan dipisahkan oleh halaman dengan tumbuhan yang rindang. Para pengelola masjid kebanyakan penduduk asli China yang berasal dari suku Hui atau Uighur.

Baca Juga  Tarawih di Masjid Sayyidah Nafisah, Guru Perempuan Imam Syafi’i

Sepanjang sejarah Masjid Cheng Ho mengalami beberapa kali kerusakan. Kerusakan paling parah pernah terjadi, namun diperbaiki pada zaman Dinasti Qing. Masjid Cheng Ho selain dijadikan sebagai sarana ibadah juga dijadikan sebagai tempat pendidikan keagamaan. Seperti membaca Al-Qur’an, pelajaran agama seperti Fikih, Akidah, Akhlak, dan juga pengetahuan kebudayaan Islam pada zamannya. Pada tahun 2007 dan 2014 masjid ini kembali direnovasi. Melihat perkembangan pembangunan di China yang pesat, masjid ini sekarang tinggal berukuran 4.000 meter persegi. Walau tidak seluas pembangunan pada masa Cheng Ho, namun bangunan asli masjid ini masih dipertahankan sampai kini.

Masjid ini juga memiliki beberapa nama, di antaranya “National Models of Masjids”, “National Harmonious Masjid”, “Best Religious Center”. Pada hari-hari biasa masjid ini sebagaimana masjid yang lain di China, memang tidak banyak orang yang meramaikan dengan shalat berjamaah. Kecuali hanya orang-orang Muslim di sekitar masjid. Namun, jika pada hari Jumat masjid ini sebagaimana masjid-masjid di China, jumlah jamaahnya membludak, bahkan sampai ke luar kompleks masjid.

Shalat Jumat di Masjid Jingjue dimulai pada akhir-akhir waktu shalat. Jika waktu Dzuhur mulai masuk pada pukul 12.00, maka prosesi shalat Jum’at akan dimulai jam 13.15. Diawali dengan adzan kemudian khutbah. Setelah itu, iqamah untuk melaksanakan shalat Dzuhur empat rakaat. Jama’ah melaksanakan shalat Dzuhur sendiri-sendiri, alias tidak berjamaah. Kemudian khatib Jumat naik mimbar, mengucap salam kemudian Adzan lagi. Setelah dua kali khutbah kemudian iqamah dan melaksanakan shalat Jumat berjamaah sebanyak dua rakaat. Prosesi shalat Jum’at ini berakhir sekitar pukul 14.00.

Avatar
3 posts

About author
Wakil Sekertaris PWM DIY, Mahasiswa Doktoral Universitas Shanghai, China
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds