Afkaruna

Tahun Ini, Ramadan Kita Berbeda

4 Mins read

Tahun ini Ramadan kita berbeda dari Ramadan-Ramadan sebelumnya. Umat Islam di seluruh dunia, khususnya di Indonesia harus menjalani puasa Ramadan yang tidak biasa. Hal tersebut disebabkan oleh merebaknya Covid-19 atau yang dikenal dengan virus Corona.

Tahun Ini, Ramadan Kita Berbeda

Setidaknya ada dua bebedaan mendasar yang akan diraskan oleh umat Islam pada Ramadhan tahun ini. Pertama, salat jamaah tarawih dan tadarus Alqur’an di masjid ditiadakan; dan kedua, kebiasaan ngabuburit atau jalan-jalan sore mencari menu buka puasa yang hilang atau berkurang. Setidaknya dua hal tersebut adalah ciri khas Ramadan di Indonesia.

Namun demikian, ketika shalat jamaah dan tadarus Alqur’an di masjid ditiadakan, bukan berarti tidak ada jamaah shalat dan tadarus Alqur’an. Jamaah shalat dan tadarus Alqur’an harus tetap ditegakkan di dalam rumah sebagai pengganti masjid.

Laki-laki yang tidak biasa menjadi imam salat, tahun ini harus siap menjadi imam salat di rumah untuk anggota keluarganya. Mungkin jadwal kultum Ramadan juga bisa tetap berjalan yang diisi secara bergatian oleh anggota keluarganya. Sehingga Ramadan tahun ini bisa menjadi ajang latihan berdakwah untuk setiap umat Islam.

Walaupun tahun ini Ramadan kita sangat berbeda dengan Ramadan-Ramadan sebelumnya, namun yang perlu dicatat adalah, esensi atau kualitas ibadah Ramadhan tahun ini tidak boleh berkurang sedikitpun. Bila perlu menjadi lebih berkualitas lagi.

Sehingga saya kira ungkapan Abdul Aziz bin Abi Ruwad tepat sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas Ramadhan kita tahun ini. Beliau berpesan:“Barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin maka dia adalah orang yang terlaknat.”

Kita melihat bahwa tantangan umat Islam dalam meningkat kadar ketakwaan di bulan suci Ramadan tahun ini lebih besar dari pada Ramadan-Ramadan sebelumnya. Namun demikian, jangan sampai merebaknya virus Corona ini menyurutkan semangat kita dalam meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita.

Baca Juga  Islam Enteng-entengan (4): Apakah Berdzikir Harus Sambil Goyang ke Kanan dan ke Kiri?

Meningkatkan Takwa dengan Puasa 

Tujuan utama puasa Ramadhan sebagaimana yang tertuang di dalam Surat Al-Baqarah [2]: 183 adalah meningkatnya kadar ketakwaan. Menurut Muhammad Fu’ad Al-Baqiy, dalam kitab Mu’jam Mufahras li Alfadzi Qur’an al-Karim, kata Taqwa di dalam Alqur’an diulang sebanyak 259 kali dengan berbagai bentuk derivasinya dan memiliki makna yang beragam (Al-Baqiy, 1945: 758-761).

Menurut mayoritas ulama taqwa bermakna menjaga (melindungi) dari bencana atau sesuatu yang menyakitkan. Menurut Raghib al-Asfahani, kata ‘taqwa’ secara harfiah mengandung makna memelihara sesuatu dari apa yang membahayakan (حفظ الشئ مما يؤذه وضره) (Al-Asfahany, 677).

Sejalan dengan Al-Asfahany, Muhammad Abduh, dalam kitab tafsirnya Al-Manar, juga menyebutkan bahwa kata ‘taqwa’ secara etimologi dapat dipahami dengan makna menjauhkan diri dari kemudharatan. Beberapa ulama lain, seperti Muhammad Ali As-Shabuni, misalnya, mendefiniskan takwa dengan sikap takut terhadap murka Allah.

Sikap takut tersebut diwujudkan dalam bentuk menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi sekuat tenaga semua larangan-Nya dan mencegah siksa-Nya dengan tunduk dan patuh kepada-Nya.

Dari beberapa pengertian takwa di atas, maka dapat dipahami bahwa taqwa adalah sikap menjaga diri dengan penuh kehati-hatian dan waspada. Baik itu dalam perbutan, perkatan maupun pikiran. Sikap hati-hati dan waspada dalam rangka menjaga diri ini sangat diperlukan agar orang-orang yang beriman bisa selamat dunia-akhirat.

Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa dalam Surat Al-Baqarah [2] ayat 183 Allah menghendaki orang-orang yang beriman untuk berpuasa dengan tujuan “agar kamu bertaqwa”(لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ)? Mengapa tidak “agar kamu ikhlas atau agar kamu sabar dan lain-lainnya”? Ada apa di balik pesan taqwa dalam Surat Al-Baqarah [2] ayat 183 tersebut?

Mari kita lihat keutamaan atau keistimewaan orang-orang yang bertakwa sebagaimana yang telah Allah beritakan di dalam Al-Qur’an. Kesitimewaan orang-orang yang bertakwa tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua keistimewaan, yaitu keistimewaan yang diberikan di dunia dan keistimewaan yang diberikan nanti di akhirat.

Baca Juga  Islam Enteng-entengan (6): Apakah Dilarang Mengucapkan “Amin” Ketika Khatib Membacakan Do’a?

Keistimewaan di Dunia

Ada banyak keistimewaan di dunia yang Allah berikan bagi orang-orang yang bertakwa. Diantara keistimewaan dunia tersebut adalah: 

Pertama, Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap persoalan hidup. Hal ini telah ditegaskan di dalam Surat Ath-Thalaaq [65] ayat 2: “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”.

Kedua, Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Sebagaimana yang telah ditegaskan di dalam Alqur’an: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (QS. Ath-Thalaaq [65]: 3).

Ketiga, Allah akan memberikan kemudahan dalam menyelesaikan segala urusannya. Allah berfirman dalam Alqur’an: “Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya” (QS. Ath-Thalaaq [65]: 4).

Keempat, Allah akan memudahkan dalam memperoleh ilmu. Hal ini telah ditegaskan di dalam Alqur’an: “Dan bertaqwalah kepada Allah; Allah memberikan pengajaran kepadamu” (QS. Al-Baqarah [2]: 282), juga firmanNya: “Dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami” (QS. Al-Kahfi [18]: 65).

Kelima, Allah akan menganugrahkan keberkahan dalam hidup. Hal ini telah Allah tegaskan dalam firmanNya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (QS. Al-A’raaf [7]: 96).

Keistimewaan di Akhirat

Sedangkan keistimewan akhirat yang Allah berikan bagi hambanya yang bertakwa adalah:

Pertama, Allah menghapus dosanya dan melipat gandakan pahalanya. Firman Allah: “Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya” (QS. Ath-Thalaaq [65]: 5).

Kedua, Allah akan meninggikan derajatnya di hari kiamat. Firman Allah: “Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat” (QS. Al-Baqarah [2]: 212).

Baca Juga  Islam Enteng-entengan (10): Bolehkah Yasinan atau Tahlilan untuk Orang Meninggal Dunia?

Ketiga, Allah akan menyelamatkan dari siksa neraka. Firman Allah: “Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertqwa dan membiarkan orang-orang yan zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut” (QS. Maryam [19]: 72).

Keempat, Allah akan mengumpulkan mereka bersama-sama di akhirat. Hal ini digambarkan di dalam firmanNya: “Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula)” (QS. Az-Zumar [39]: 73), dan juga firmanNya: “Dan dia akan kembali kepada keluarga/kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira” (QS. Al-Insyiqaaq [84]: 9).

Kelima, Allah akan mewariskan surga yang penuh kenikmatan. Hal ini digambarkan di dalam Surat Maryam [19] ayat 63: “Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertaqwa.”. Di dalam surat yang lain juga ditegaskan: “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam surga dan kenikmatan”. (QS. Ath-Thuur [52]: 17).

Ramadan Kita dan Virus Corona

Ibadah Ramadhan di tengah merebak virus Corona memang penuh dengan tantangan. Namun demikian, jangan sampai hal tersebut mengurangi esensi atau kualitas dari Ramadan itu sendiri. Jadikan tahun ini, dengan Ramadan kita yang berbeda sebagai momentum terbaik untuk hijrah menjadi hamba yang lebih baik lagi. Sehingga kita bisa mencapai derajat takwa.

Ramadan di tengah merebaknya virus Corona ini harus menjadikan pikiran dan hati kita semakin peka terhadap problem alam dan problem sosial. Seraya hadir sebagai hamba yang lebih kontributif dan lebih bermanfaat lagi.

Karena puasa Ramadan hakikatnya bukan hanya menjadikan diri kita shalih secara individual, namun yang sangat penting adalah menjadikan diri kita shalih secara alam dan sosial.

Avatar
22 posts

About author
Dosen Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Articles
Related posts
Afkaruna

Ragam Pendapat tentang Al-Kautsar

3 Mins read
Kata al-Kautsar ditemukan pada QS. al-Kautsar ayat 1. Kata ini sekaligus menjadi nama bagi surah tersebut. Dalam penamaan surah al-Qur’an, sering ditemukan…
AfkarunaFikih

Islam Enteng-entengan (12): Bolehkah Ziarah Kubur Membawa Bunga?

1 Mins read
Oleh: Pak AR Seorang hamba Allah mengaku bernama Today dari Kutoarjo bertanya kepada Pak AR tentang tatacara ziarah kubur dan hukumnya membawa…
AfkarunaFikih

Islam Enteng-entengan (11): Mohon Ampun pada Allah untuk Orang Tua dan Para Leluhur?

1 Mins read
Seorang hamba Allah mengaku bernama Today dari Kutoarjo bertanya kepada Pak AR tentang boleh tidaknya memohonkan ampun kepada Allah bagi orang tua…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds