Afkaruna

Ragam Pendapat tentang Al-Kautsar

3 Mins read

Kata al-Kautsar ditemukan pada QS. al-Kautsar ayat 1. Kata ini sekaligus menjadi nama bagi surah tersebut. Dalam penamaan surah al-Qur’an, sering ditemukan bahwa nama surah diambil dari kata yang disebut pada surah tersebut. Surah Quraisy  berasal dari kata yang disebutkan pada redaksi li iilaaf quraisy. Surah al-Baqarah berasal dari kata Baqarah yang disebut beberapa kali dalam surah ini. Begitu pun pada surah yang lain.

Lebih lanjut, nama surah pun cukup beragam, tidak hanya memiliki satu nama. Pada surah al-Ikhlas disebutkan pula diberi nama Qulhu, al-Asas, al-Ikhlas, al-Tauhid, al-Najah, juga nama lainnya. Al-Kautsar pun demikian. Ia menjadi nama surah yang di dalam ayatnya disebutkan kata al-kautsar.  Nama lainnya adalah innaa a’thainaaka.

Pada surah ini, terdapat perintah untuk salat dan berkurban karena Allah Swt telah memberikan banyak kenikmatan untuk mereka yang beriman. Sementara, orang kafir yang membenci Nabi Saw menyatakan keturunan Nabi Saw terputus karena semua putranya wafat, akan tetapi mereka yang sebenarnya terputus (dari rahmat Allah Swt). Kandungan ini di antaranya dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir al-Azhar.

Surah ini berada pada urutan 108 dalam mushaf. Ia tergolong surah Makkiyah. Namun ada pula sebagian ahli yang berpandangan bahwa surah ini termasuk Madaniyah. Surah ini termasuk surah terpendek dalam Al-Qur’an.

Makna Al-Kautsar

Kata al-Kautsar dibentuk dari kata al-katsrah (banyak) dengan karakteristik berlimpahnya sesuatu atau berlimpahan karena banyaknya sesuatu. Dalam bahasa Arab ini termasuk pada makna mubalagah. Al-Kautsar  adalah sungai di surga. Pernyatan ini dikuatkan oleh hadis, bahwa al-Kautsar adalah sungai di surga, tepiannya dari emas, jalurnya dari mutiara dan safir, tanahnya lebih baik dari kesturi, dan airnya lebih manis dari madu dan lebih putih dari salju. Al-Kautsar dimaknai pula sebagai telaga (al-haudh).

Baca Juga  Islam Enteng-entengan (5): Bolehkan Berdo'a Menggunakan Bahasa Daerah?

Selain dari makna yang telah diuraikan di atas, dengan merujuk ke berbagai riwayat para ulama pernah menjelaskan makna kata ini dalam beberapa buku tafsirnya.  Salah satu ulama tafsir yang menjelaskannya adalah Syaikh al-Shawi dalam Hasyiyah al-Shawi penjelasan dari Tafsir al-Jalalain. Al-Shawi mencatat beberapa makna lainnya yaitu, Kenabian; al-Qur’an; Islam; kemudahan al-Qur’an dan keringanan syariat; banyaknya sahabat, umat, dan pengikut; cahaya di hati Nabi Saw; syafaat; mukjizat, kalimat tauhid; pemahaman mendalam dalam ilmu agama; salat lima waktu; keagungan sesuatu; dan kebaikan dunia dan akhirat yang melimpah.  Dari beberapa makna ini, yang paling banyak dikaitkan dengan konteks ayat ini adalah al-Kautsar sebagai kebaikan yang melimpah dan sungai di surga.

Dari ragam pendapat di atas, sepertinya apabila kata kuncinya pada makna kebaikan yang banyak, hal ini memiliki keterkaitan dengan makna yang lain. Al-Kautsar dimaknai al-Qur’an, ia punya banyak ajaran kebaikan bagi manusia. Al-Kautsar dimaknai banyaknya umat dan pengikut, hal ini terbukti bahwa pengikut Nabi Saw sangat banyak mulai dari sahabat hingga muslim saat ini. Atau juga dihubungkan dengan makna lainnya, memiliki makna saling keterhubungan.  

Redaksi innaa a’thainaaka dimaknai dengan seluruh “keluruhan dan keagungan kesucian yang telah kami berikan kepadamu”. Rangkaian artikel inna dan nun untuk keagungan menunjukkan penguatan akan bertambahnya kemuliaan Nabi Saw. Syaikh al-Shawi memiliki pandangan, kami tetapkan untukmu, kami khususkan untukmu.

Telaga Al-Kautsar

Suatu hari Rasulullah Saw, berada di antara kami, beliau mengangkat kepalanya tersenyum; Kami bertanya: Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Sebuah surah diturunkan kepadaku (surah al-Kautsar). Apakah kalian tahu apa makna al-Kautsar? Kami menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau menjawab: “Ini adalah sungai yang dijanjikan Allah kepadaku yang di dalamnya terdapat banyak kebaikan, dan itu adalah telaga tempat kembalinya umatku pada hari kiamat. Isinya sejumlah bintang di langit. Nabi Saw bersabda: Aku akan berkata: Ya Tuhan, dia dari umatku, dan Allah Swt berfirman: Engkau tidak tahu apa yang terjadi setelahmu.

Baca Juga  Sedekah Dapat Menghapus Dosa

Dalam uraian tentang telaga tersebut terdapat beberapa hadis, termasuk sabdanya Nabi Saw: “Telagaku berjarak sebulan, airnya lebih putih dari susu, dan aromanya lebih harum dari kesturi, dan gayungnya seperti bintang di langit.”

Kemenag RI

Dalam terjemah Kemenag RI, ayat pertama surah al-Kautsar dinyatakan: Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak.  Nikmat yang banyak ini dapat diartikan surga atau makna lain yang telah disebutkan di atas. Semua makna mengarahkan pada kebaikan terbesar bagi Nabi Muhammad Saw.

Dalam tafsir ringkasnya disebutkan bahwa Wahai Nabi Muhammad, sungguh Kami telah memberimu nikmat yang banyak dan langgeng, meliputi kenikmatan duniawi maupun ukhrawi, seperti kenabian, al-Qur’an, syafaat, telaga di surga, dan sebagainya. Sementara dalam tafsir analitisnya, dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia telah memberi Nabi Muhammad nikmat dan anugerah yang tidak dapat dihitung banyaknya dan tidak dapat dinilai tinggi mutunya, walaupun (orang musyrik) memandang hina dan tidak menghargai pemberian itu disebabkan kekurangan akal dan pengertian mereka. Pemberian itu berupa kenabian, agama yang benar, petunjuk-petunjuk dan jalan yang lurus yang membawa kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Kemenag, 2019). Wallahu A’lam.

Editor: Ai Al

Avatar
38 posts

About author
Pembelajar Keislaman, Penulis Beberapa buku, Tim Pengembang Kurikulum PAI dan Diktis
Articles
Related posts
Afkaruna

Tahun Ini, Ramadan Kita Berbeda

4 Mins read
Tahun ini Ramadan kita berbeda dari Ramadan-Ramadan sebelumnya. Umat Islam di seluruh dunia, khususnya di Indonesia harus menjalani puasa Ramadan yang tidak…
AfkarunaFikih

Islam Enteng-entengan (12): Bolehkah Ziarah Kubur Membawa Bunga?

1 Mins read
Oleh: Pak AR Seorang hamba Allah mengaku bernama Today dari Kutoarjo bertanya kepada Pak AR tentang tatacara ziarah kubur dan hukumnya membawa…
AfkarunaFikih

Islam Enteng-entengan (11): Mohon Ampun pada Allah untuk Orang Tua dan Para Leluhur?

1 Mins read
Seorang hamba Allah mengaku bernama Today dari Kutoarjo bertanya kepada Pak AR tentang boleh tidaknya memohonkan ampun kepada Allah bagi orang tua…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *