Perspektif

Maulid Nabi: Memupuk Rasa Cinta kepada Rasulullah

4 Mins read

Bulan Rabiulawal merupakan bulan saat manusia sempurna dengan akhlakul karimah itu lahir, bulan Maulid Nabi Muhammad sang Rasulullah SAW. Kita mengetahui bahwa peringatan Maulid Nabi kerap dilakukan, dengan berbagai cara. Cara yang beragam dalam bermaulid adalah ungkapan rasa cinta kepada Nabi sebagai teladan muslim, muslimah dan manusia seluruhnya. Tanggal 12 Rabiulawal menjadi tanggal yang bersejarah, karena di tanggal itulah Rasulullah lahir dan memberikan kita semua pelajaran, baik ucapan hingga perilaku.

Rasa cinta kepada Nabi dapat dilakukan dengan berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Namun selain memperingati kelahirannya, ada satu hal yang pastinya sudah kita lakukan di hari-hari biasanya. Momen kelahirannya adalah saat di mana kita memperkuat rasa cinta kepada Nabi guna meningkatkan serta meniru teladan yang telah Beliau berikan kepada kita.

Rasulullah Sangat Mencintai Umatnya

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban, Aisyah RA berkata, “Ketika aku memandang wajah Nabi SAW, terasa tenang dalam diri. Kemudian aku berkata kepada Beliau, ”Ya Rasul, berdoalah kepada Allah untuknya,” Lalu Rasulullah mengangkat tangannya seraya berdoa kepada Allah,

للَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَائِشَةَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنَبِهَا وَمَا تَأَخَّرَ، مَا أَسَرَّتْ وَمَا أَعْلَنَتْ

Ya Allah, ampunilah ‘Aisyah, seluruh dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dosanya yang terlihat dan yang tersembunyi.”

Aisyah pun tersenyum senang ketika mendengar Rasulullah berdoa. Kemudian Nabi SAW mengatakan, “Demi Allah, itulah doaku untuk umatku setiap salat.

Terdapat juga riwayat Imam Ahmad dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah yang menerangkan bahwa Rasulullah selalu berdoa dan meminta kepada Allah SWT dalam setiap salat malamnya agar umatnya diberikan ampunan dan dibebaskan dari azab. Abu Dzar RA mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah pada suatu malam dalam salatnya. Beliau membaca berulang kali firman Allah SWT surat Al-Maidah ayat 118 di setiap rukuk dan sujudnya,

إِن تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِن تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

Baca Juga  Kenapa Para Santri Perlu Melek Teknologi?

“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau. Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Abu Dzar RA pun penasaran dan kemudian bertanya, “Wahai Rasul, sejak malam tadi engkau mengulang ayat itu di setiap rukuk dan sujud mu, sampai waktu subuh datang. Ada apa gerangan?” Kemudian Rasulullah menjawab, “Aku memohon syafaat kepada Allah untuk umatku. Dan itu dikabulkan oleh-Nya bagi mereka yang tidak menyekutukan-Nya.” (HR. Ibn Abi Syaibah dan Ahmad).

Serta berbagai riwayat yang banyak menjelaskan serta menceritakan betapa sayangnya Nabi Muhammad SAW kepada kita, sehingga sudah patutlah kita selalu bershalawat untuknya.

Cinta kepada Nabi dengan Meneladani Akhlaknya

Sebenarnya merupakan hal yang mudah ketika kita meneladani apa yang ada pada diri Rasulullah,

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21).

Menghidupkan sunah Nabi dengan meneladani apa yang beliau lakukan adalah bukti cinta kepada Nabi yang konkrit. Maka, momen peringatan Maulid Nabi merupakan saat yang tepat untuk kita memperbaiki diri serta menunjukan rasa cinta kepada Nabi dengan mencontoh apa yang beliau lakukan, dan mengerjakan apa yang Nabi Muhammad perintahkan. Hal tersebut merupakan cara yang mudah untuk menumbuhkan rasa sayang dan cinta kepada Nabi. Misal, dengan memperbanyak bacaan shalawat hingga mengadakan kegiatan-kegiatan yang tentunya sesuai dengan ajaran Islam.

Penghormatan Non-muslim pada Rasulullah

Seorang sejarawan ternama asal Amerika Serikat, Michael Hart, menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai manusia paling berpengaruh di dunia dari seratus tokoh berpengaruh sepanjang sejarah. Guru besar Astronomi dan Fisika di Universitas Mayland tersebut menulis sebuah buku “The 100” pada 1978, meletakkan Nabi Muhammad SAW pada urutan pertama dari seratus orang yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia di dunia.

Baca Juga  Tiga Metode Belajar Santri

Dari sini kita dapat melihat bukan hanya umat Islam saja yang mengagumi Rasulullah, namun akhlakul karimahnya membuat semua orang kagum pada beliau. Meski sangat disayangkan masih saja terjadi pelecehan terhadap Rasulullah, seperti yang dilakukan oleh majalah Charlie Hebdo yang menimbulkan kecaman dari umat Islam. Tetapi sejatinya, hinaan kepada Nabi Muhammad sudah ada sejak beliau masih hidup saat berdakwah hingga kini, tidak sedikitpun itu mengurangi rasa cinta kepada Nabi. Ia justru malah menambah dan semakin meningkatkan rasa cinta kepada Nabi, karena Rasulullah merupakan teladan yang baik bagi kita semua, khususnya umat Islam.

Oleh karena itu ketika kita dihadapkan dengan permasalahan yang membuat kita sangat marah, kita perlu meniru akhlak Rasulullah dengan berhati-hati. Sikap Rasulullah malah sebaliknya, ia memberikan kasih sayang kepada pengemis yang menghinanya hingga akhirnya hati pengemis Yahudi itu tersentuh atas sikap Rasulullah. Dari situlah Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita kelembutan akhlak dan budi pekerti yang baik dapat mendatangkan kebaikan kepada orang lain.

Mengukur Kedekatan Akhlak Kita dengan Nabi

Sebagai manusia biasa, tentunya kita tidak bisa meniru sama persis dengan Rasulullah. Sebagaimana yang kita tahu, Nabi Muhammad SAW merupakan manusia pilihan. Tetapi, kita dapat berusaha untuk mencontoh akhlak beliau dengan cara menghidupkan sunahnya. Teringat ucapan KH. Ahmad Dahlan“Kita dapat mengukur kemiripan kita dengan Nabi dengan melihat kepekaan kita terhadap penderitaan sesama.” Maka kepedulian dan empati kita terhadap sesama manusia lainnya merupakan cara mudah bagi kita untuk melihat seberapa dekat akhlak kita dengan akhlak yang dimiliki Rasulullah.

Mengutip pula kalimat dari ‘Ali bin Abi Thalib yang berbunyi, ”Mereka yang bukan saudaramu dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan”. Maka, rasa kepedulian, jiwa sosial, hingga empati kita terhadap sesama,merupakan salah satu cara kita dalam menghidupkan sunah Nabi. Namun, ketika kita acuh dan mementingkan diri sendiri (egois), bisa jadi kita tidak atau bahkan jauh dari teladan Nabi.

Baca Juga  Pesan Primordial dalam Ibadah Puasa

Oleh karena itu sebagai umat Nabi Muhammad SAW, sudah sepatutnya kita meneladaninya, mengikuti sunahnya, dan mencontoh akhlaknya. Apalagi pada Maulid Nabi, mari kita memupuk rasa cinta kepada Nabi dengan memperbanyak shalawat kepadanya, serta memperbaiki diri dengan cara meneladani akhlak beliau.

Rasulullah sangat mencintai dan menyayangi kita, umatnya. Semoga kelak kita mendapatkan syafa’at di hari pembalasan atas rasa cinta kepada Nabi, Rasulullah SAW. Aamiin.

Allahuma sholi ‘ala Muhammad Ya Robbi sholi ‘alayhi wasallim.

Editor: Shidqi Mukhtasor
Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informasi dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds