Riset

Sekolah Unggul Lahir dari Gagasan, Bukan Angan Belaka!

4 Mins read

Akhir-akhir ini, banyak sekolah semakin berlomba-lomba dalam meningkatkan kualitas dirinya, sehingga tak heran jika kelas Sekolah Menengah Atas (SMA) kualitasnya hampir menyamai tingkat Perguruan Tinggi (PT). Tentunya semua itu lahir dari akal sehat yang menghasilkan gagasan atau ide, dan dibarengi dengan visi misi yang relevan untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita yang lahir dari sebuah ide.

Semakin kesini, semakin banyak sekolah-sekolah yang membranding dirinya sebagai sekolah yang anti mainstream dengan lainnya. Ada yang menjadi sekolah kreatif, sekolah tahfidz, ada juga sekolah riset. Inovasi ini membuat kita sebagai masyarakat mempunyai banyak pilihan menu yang disajikan, sehingga kita tidak bingung dan tahu seperti apa sekolah yang ada serta yang akan menjadi tujuan anak kita belajar.

Sekolah Visioner Penghasil Gagasan

Sekolah yang melahirkan sebuah gagasan besar bisa mempunyai wacana dalam menghadapi tantangan besar di masa depan, akan berpikir jauh seperti apa kehidupan yang akan datang, dengan kata lain visioner. Sehingga sekolah tidak monoton hanya mengajar dan sebagai tempat belajar, tapi mengembangkan seperti apa metode mengajar dan belajarnya.

Dari pandemi Covid-19, dunia pendidikan mendapatkan tantangan itu, di mana aktivitas pembelajaran mampu bertahan atau roboh di tengah jalan karena jarak. Faktanya, sebagian besar sekolah mampu bertahan dan berkembang. Meski ada beberapa yang mungkin kewalahan dalam mengambil kebijakan terkait kegiatan belajar mengajar.

Maka, sejatinya dari adanya pandemi kita dapat mengambil banyak sekali pelajaran, dan memang seharusnya itu yang dilakukan sebagai orang yang beriman. Firman Allah Swt,

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

Allah menganugerahkan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakalah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. al-Baqarah: 269)

Baca Juga  Berpikir Kritis ala Imam Ghazali

Lahirnya inovasi yang berkelas dari sekolah merupakan sebuah pengambilan pelajaran dari apa yang dilihat dan dirasa, sehingga muncul sebuah gagasan besar dengan mengambil jalan untuk menuju gagasan tersebut. Andai saja hal ini dimiliki oleh semua sekolah yang ada, tidak menutup kemungkinan pendidikan di Indonesia akan meningkat dan memiliki kualitas yang benar-benar berkelas.

Langkah Menuju Sekolah Unggul

Untuk mencapai itu semua, yang pertama adalah masalah Sumber Daya Manusia (SDM).

Poin pertamanya yakni kemauan. Jika manusianya mempunyai kemauan, maka akan ada langkah kaki untuk mencapai tujuan tersebut.

Poin selanjutnya adalah kualitas SDM, untuk hal ini, sesungguhnya kembali pada poin pertama, yakni kemauan. Kalau manusianya memiliki rasa kemauan dengan meningkatkan kemampuan dirinya, maka mencapai sekolah yang unggul itu tidaklah sulit.

Poin terakhir adalah tupoksi (tugas pokok dan fungsi). Jika tenaga yang ada di sekolah menyadari hal itu, bagaimana posisinya, sebagai apa, dan apa peran yang seharusnya dilakukan, maka dengan mudah akan mampu mengerjakan setiap tugas yang ada. Contoh mudahnya ketika guru harus dibebani tugas lain, sehingga tugas pokoknya terbengkalai.

Maka seharusnya menambah tenaga untuk mengisi kekosongan atau kekurangan tersebut, agar semua berjalan dalam rel yang ada. Jadi yang pertama adalah meningkatkan kualitas diri dari ‘isi’ sekolah (pendidik dan tenaga kependidikan), sehingga gagasan dan inovasi yang ada, tidak sekadar menjadi wacana dan pembahasan, namun dapat terealisasikan.

Kedua, sekolah harus memahami kondisi psikologis warganya. Warga dalam artian seluruh elemen yang memiliki keterikatan dengan sekolah, dari wali murid hingga wali kelas. Sehingga hal-hal yang seharusnya tidak menjadi konsumsi publik, dapat ditutupi serta dihindari oleh seluruh warga sekolah, apalagi di media sosial.

Baca Juga  Salafisme dan Etno-Religion yang Gaduh di Balkan

Karena hal tersebut akan berimbas kepada sekolah yang menjadi tempatnya belajar, tempatnya mengajar, terutama masalah-masalah sensitif sehingga keharmonisan dapat terjaga untuk seluruh lapisan yang ada.

Problematika Sekolah

Yang ketiga, sekolah memiliki kepekaan dalam perkembangan yang ada. Sebagaimana di awal tadi, sekolah yang melahirkan gagasan besar, karena peka terhadap kondisi sosial dan kebutuhan global. Makanya hadirlah sekolah yang mampu menjawab itu dengan inovasi sekolah kreatif, sekolah literasi, sampai sekolah riset.

Ini semua ada karena kepekaan sekolah dalam membaca perkembangan yang ada dalam dunia pendidikan, sehingga tidak hanya membina moral, mengajar secara akademik (intelektual), tetapi juga menangkap perkembangan global.

Keempat dan mungkin yang terakhir, sekolah yang stagnan dan monoton kebanyakan karena terlena serta puas dengan capaian yang sudah ada, sehingga akhirnya lengah. Kadang juga tidak mau meniru sekolah-sekolah yang berkembang dan maju dengan alasan klasik yang sebenarnya bisa dilakukan.

Semisal beralasan faktor finansial atau budaya serta letak, seperti sekolah di pedesaan enggan mencontoh sekolah yang ada di kota. Padahal sering sekali kita lihat sekolah di akar rumput lebih subur nan hijau daripada di kota, ini karena adanya gagasan serta pemikiran visioner dari sekolah tersebut.

Teringat ucapan Tan Malaka, “Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan.”

Ketika kemauan dan usaha mempertajam kecerdasan itu tidak dimiliki oleh sekolah, maka sudah pasti sekolah akan hanya tentang masuk ketika pagi dan pulang ketika bel terakhir berbunyi. Namun, apabila sekolah mampu mempertajam pola pikirnya dengan gagasan yang dibarengi dengan kemauan berbentuk usaha, maka sekolah akan mengalami perkembangan hingga masuk pada sekolah berkemajuan.

QS. Ali Imran ayat 139 yang terjemahannya, “Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman.” adalah salah satu perintah agar kita terus meningkatkan kualitas diri, termasuk sekolah.

Baca Juga  Dinamika Ide Monoteisme Agama Ibrahim

***

Maka, kita sekarang di zaman digital, dimana setiap narasi dan persepsi bertebaran di media. Tantangan kita adalah mengaktualisasi diri agar tidak tertinggal dan ditinggalkan, termasuk sekolah. Sekolah yang monoton dan tanpa inovasi, akan perlahan-lahan ditinggalkan karena menu pembelajarannya tidak menarik.

Jadi diperlukan gagasan besar untuk membentuk sebuah sekolah yang berkualitas, serta dibarengi dengan kemauan dan usaha dalam menuju gagasan tersebut. Oleh karena itu, senang rasanya di zaman sekarang banyak sekali sekolah-sekolah yang semakin unggul dan berkualitas.

Sebut saja setingkat Sekolah Dasar ada SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya (Mudipat), di tingkat Menengah Atas ada SMA Muhammadiyah 10 GKB (SMAMIO), “Sekolah Riset” yang baru saja merayakan milad yang ke-6 tahun.

Dan berbagai sekolah-sekolah hebat dengan berbagai macam prestasi lainnya, tentunya semuanya berkat gagasan yang hebat pula. Karena orangtua sekarang tidak menanyakan besarnya biaya sekolah, namun kualitas sekolahnya.

Adanya sekolah-sekolah unggul tersebut haruslah kita jadikan motivasi bukan hanya dijadikan bahasan kemudian basi, sehingga kita dapat mengambil semangat dan juga ilmu untuk mengembangkan pendidikan yang ada dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. (*)

Editor: Zahra

Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informasi dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Riset

Di mana Terjadinya Pertempuran al-Qadisiyyah?

2 Mins read
Pada bulan November 2024, lokasi Pertempuran al-Qadisiyyah di Irak telah diidentifikasi dengan menggunakan citra satelit mata-mata era Perang Dingin. Para arkeolog baru…
Riset

Membuktikan Secara Ilmiah Keajaiban Para Sufi

2 Mins read
Kita barangkali sudah sering mendengar kalau para sufi dan bahkan Nabi-nabi terdahulu memiliki pengalaman-pengalaman yang sulit dibuktikan dengan nalar, bahkan sains pun…
Riset

Lazismu, Anak Muda, dan Gerakan Filantropi untuk Ekologi

2 Mins read
“Bapak ini kemana-mana bantu orang banyak. Tapi di kampung sendiri tidak berbuat apa-apa. Yang dipikirin malah kampung orang lain,” ujar anak dari…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds