Falsafah

Titik Temu Konsep Tuhan Sokrates, Plato, dan Newton dengan Ajaran Islam

4 Mins read

Diskursus tentang Tuhan

Islam – Sejak zaman filsafat Yunani klasik hingga era kontemporer. Pembahasan tentang Tuhan tidak ada habisnya dalam filosofi hidup para intelek. Argumen-argumen seputar Tuhan pun masih menjadi dialektika yang mengasyikkan.

Tuhan yang hakikatnya transenden dalam beberapa pandangan, sekaligus yang imanen dalam pandangan lain, menjadikan Tuhan tidak ada finalnya ketika terus menerus diulas.

Topik tentang Tuhan sendiri tidak dapat dijauhkan dari teologi-teologi yang berkembang, juga jangkauan dari agama yang notabenenya sama-sama merujuk pada wahyu.

Dalam dunia filsafat, jauh sebelum wahyu menyentuh para filsufnya. Mereka telah berupaya untuk menalar Tuhan melalui berbagai gejala dalam kehidupan. Salah satunya yang menjadi gerbang filsafat pertama adalah orientasinya kepada “Apa bahan dasar alam semesta?”.

Melalui filosof pertamanya Thales (626-545 SM), yang kemudian dilanjutkan muridnya Anaximandros (610-547 SM), kemudian Anaximenes (585-494 SM); hingga para filosof Sokratik, para filosof abad pertengahan, para filosof modern, hingga yang sekarang ini.

Dari semua masa filsafat tersebut, dengan masing-masing tajuk filsafati yang berbeda dari pembahasan ke pembahasan. Pada hakikatnya, filsafat berupaya mengajarkan kita untuk berkenalan kepada esensi tertinggi yakni Tuhan.

Hanya, sebagian dari para filsuf ada yang menafikan eksistensi Tuhan dikarenakan pemahaman tentang adanya Tuhan itu sendiri terlalu di luar akal manusia (transenden).

Namun, tidak menutup fakta, bahwa tak sedikit juga para filsuf yang mampu menunjukkan bukti-bukti adanya Tuhan dari berbagai model, baik dari nalar, atau ilmu pengetahuan.

Bukti Adanya Tuhan Menurut Sokrates

Seperti yang dilakukan Sokrates dengan nalarnya. Menurutnya, cara mengetahui dan memahami keberadaan Tuhan adalah dengan mengenali diri sendiri atau yang dikenal dengan istilah Gnoti Seauton.

Sokrates berpandangan bahwa dengan mengenali diri sendiri, maka manusia akan mampu mengenal Tuhan.

Baca Juga  Konsep Manusia Menurut Ibnu Khaldun

Adapun cara yang diajarkan Sokrates melalui pemikirannya ini dilalui lewat dua jalan, yaitu dari bukti-bukti alam dan dari sejarah manusia. Dengan demikian, manusia nantinya akan ditujukan pada satu tujuan yaitu Tuhan Yang Esa.

Bukti Adanya Tuhan Menurut Plato

Adapun Tuhan bagi Plato, digambarkannya sebagai Demeiougos atau Sang Pencipta. Seperti “dunia ide” miliknya, Plato mengatakan bahwa dunia yang ditempati saat ini hanyalah bayangan, tidak nyata, dan berubah-ubah.

Sehingga, akibat dari dunia yang berubah-ubah atau dinamis ini, memastikan bahwa ada penyebab di balik semua yang ada, yang nyata; dan kekal yaitu Tuhan.

Bukti Adanya Tuhan Isaac Newton

Berikutnya adalah Isaac Newton, sosok filsuf sekaligus ilmuwan yang fenomenal berkat penemuannya yaitu gaya gravitasi. Meski begitu, Newton merupakan salah satu tokoh yang tidak menyangkal adanya Tuhan.

Justru dari penemuannya tersebut, dirinya berhasil membuktikan bahwa keberadaan Tuhan memang benar adanya. Seperti yang dikatakan dalam karya besarnya berjudul “Principia” melalui beberapa kutipannya sebagai berikut:

This most beautiful system of the sun, planets, and comets, could only proceed from the counsel and dominion of an intelligent and powerful Being.

Kutipan tersebut diambil dari esainya yang berjudul “General Scholium” yang merupakan kritikan atas karya pertamanya dalam buku “Principia”. Dalam kutipan tersebut, dapat diketahui bahwa Newton mengatakan bahwa keindahan sistem matahari, planet, dan komet, hanya bisa berjalan berdasarkan arahan dan dominasi makhluk yang cerdas dan kuat. Adapun yang dimaksudkan sebagai makhluk cerdas dan kuat bagi Newton sendiri adalah Tuhan.

Begitu pula dalam kutipan lainnya dari Newton tentang Tuhan melalui penemuan gaya gravitasinya, di mana dirinya juga mengakui bahwa gravitasi hanya menjelaskan gerakan planet tapi tidak bisa menjelaskan siapa yang membuat planet bergerak.

Baca Juga  Setiap Orang Perlu Berfilsafat!

Gravity explains the motions of the planets but it cannot explainwho sets the planet in motion.

Dengan demikian, Isaac Newton membuktikan adanya unsur metafisik di balik semua yang terjangkau indra manusia.

Dengan mengakui kelemahan dan kekagumannya pada segala yang tercipta di alam semesta, membuatnya berhasil membuktikan dan meyakini bahwa ada yang Maha Besar di balik alam semesta.

Persamaan Pandangan Sokrates dengan Konsep Islam

Dari beberapa pandangan para filsuf tentang Tuhan. Jika argumen mereka dikaitkan dengan konsep Islam, secara garis besar akan terdapat persamaan. Seperti pernyataan yang dilontarkan oleh Sokrates.

Apabila dikaitkan dengan konsep Islam, maka akan sama seperti ungkapan dari salah satu ulama sufi; yang mana ucapannya tersebut terlanjur dipahami banyak muslim sebagai hadits nabi seperti berikut.

 من عرف نفسه، فقد عرف ربّه

“Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya.”

Ucapan tersebut dimaksudkan bahwa manusia jika ingin mengenal Tuhan, terkait sifat-sifat-Nya dan segala hal terkait diri-Nya. Maka, manusia harus mengenal bagaimana hakikat dirinya.

Setidaknya, jika seseorang hanya kemungkinan kecil saja untuk dapat mengetahui hakikat dirinya, maka cukup dipahami saja bahwa dirinya adalah zat yang hina, tak berdaya, lemah, bergantung, terbatas, dan tidak sempurna.

Sehingga, dari pengenalan tersebut, manusia akan diantarkan untuk mengenal bagaimana adanya Tuhan melalui adanya dirinya.

Maulana Jalaluddin Rumi juga mengatakan hal yang senada, bahwa jika manusia ingin mengenal Tuhan, jangan hanya berdasarkan kisah-kisah dan pengalaman orang lain saja. Tetapi kenali dan alami sendiri.

Begitu pula yang dilontarkan oleh Rene Descartes yang jenuh melihat orang dalam perjalanannya mengenal Tuhan cenderung dari luar dirinya, padahal Tuhan sejatinya dapat dikenali dan ada di dalam diri sendiri. Argumennya ini yang kemudian membawanya pada motto masyhurnya “Cogito, ergo sum” yang artinya “Aku berpikir, maka aku ada”.

Persamaan Pandangan Plato dengan Konsep Islam

Kemudian argumen Plato jika dikaitkan dengan konsep Islam. Apa yang Plato lakukan kurang lebihnya sekonsep dengan yang dilakukan Nabi Ibrahim As. Saat mencari keberadaan Tuhan  melalui apa yang dirinya lihat melalui alam semesta.

Baca Juga  Ashabiyah: Sistem Etika Politik ala Ibnu Khaldun

Semula yang dikira matahari adalah Tuhan, ternyata saat waktu berganti malam, matahari menghilang dan muncul bulan sebagai Tuhan baru. Hingga pada akhirnya Nabi Ibrahim as. menyadari bahwa ada yang ada, tetap, dan kekal di luar dimensi ruang dan waktu manusia, yaitu Allah swt. Tuhan semesta alam.

Persamaan Pandangan Plato dengan Konsep Islam

Begitu pula yang dilakukan oleh Newton dalam pengamatannya terhadap daya yang membuat buah apel jatuh di hadapannya dan kemudian difilsafatinya hingga muncullah penemuan tentang gaya gravitasi.

Namun, jauh sebelum Newton menemukan gaya gravitasi atau daya tarik bumi. Di dalam kitab suci agama Islam telah menjelaskan terkait fenomena tersebut yang membuktikan bahwa Allah swt. telah menyampaikan firmannya terkait daya tarik yang dimiliki bumi.

وَهُزِّىٓ إِلَيْكِ بِجِذْعِ ٱلنَّخْلَةِ تُسَٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا

Artinya : “Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” — (QS. Maryam: 25).

Editor: Yahya FR

Erliana Widya Putri
1 posts

About author
Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya Prodi Aqidah dan Filsafat Islam
Articles
Related posts
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…
Falsafah

Homi K. Bhabha: Hibriditas, Mimikri, dan Ruang Ketiga

4 Mins read
Homi K. Bhabha, salah satu tokoh terkemuka dalam teori pascakolonial, berkontribusi membangun wacana seputar warisan kolonialisme secara mendalam, khususnya melalui konsepnya tentang…

1 Comment

  • Avatar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds