Feature

Raudah, Tempat Istimewa di Dalam Masjid Nabawi

1 Mins read

Hari ini (22 Mei 2023) saya berkesempatan shalat dhuhur di Masjid Nabawi. Saya duduk di shaf lurus dengan makam Nabi Muhammad Saw yang ditandai dengan Quba Hijau.

Setelah dhuhur berjamaah, saya antre untuk masuk ke Raudah. Dalam buku Tuntunan Manasik Haji dan Umrah terbitan Kemenag, Raudah adalah tempat di dalam Masjid Nabawi yang letaknya ditandai dengan tiang-tiang putih, berada di antara rumah Siti Aisyah (sekarang makam Rasulullah SAW) sampai mimbar Nabi. Dalam Islam, Raudah ini diyakini oleh jamaah sebagai tempat istimewa dikabulkannya doa-doa sebagaimana Multazam dan Arafah.

Luas Raudah dari arah timur ke barat sepanjang 22 meter dan dari utara ke selatan 15 meter. Raudah adalah tempat di mana doa-doa dikabulkan. Sabda Rasulullah SAW: “Apa yang berada antara rumahku dan mimbarku merupakan taman dari taman-taman surga”, hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

Jamaah tidak bisa masuk Raudah sewaktu-waktu. Kita harus daftar diri lebih dulu melalui aplikasi Nusuk yang tersedia di smartphone. Tahap selanjutnya antre di puntu masuk Raudah. Saya sempat ditolak petugas (asykar) karena tidak punya rombongan. Alhamdulillah menemukan teman untuk diajak gabung, lalu mengantre yang kedua, akhirnya diijinkan oleh petugas.

Ketika masuk, jamaah disambut oleh petugas yang membagikan kresek dan air minum zam-zam. Di dalamnya orang berlama-lama. Ada yang shalat. Ada yang berdoa, merenung dan duduk diam. Tak jarang orang meneteskan air mata sambil memanjatkan doa-doa.

Raudah ini sangat terbatas untuk menampung jamaah. Karena itu aparat mengatur sirkulasi keluar masuk jamaah di Raudah. Bagi yang sudah shalat dan berdoa serta terlihat terlalu lama, akan diminta pergi oleh aparat. Di dalam kami dibatasi selama 30 menit, tetapi alhamdulillah kami bisa berlama-lama selama 2 jam, baru diingatkan petugas.

Baca Juga  Perempuan dan Budaya Arab Saudi

Raudah tidak setiap saat dibuka oleh petugas. Hanya waktu-waktu tertentu saja. Dibutuhkan kesabaran yang tinggi ketika mengantre. Kami sekali gagal, alhamdulillah di percobaan kedua berhasil.

Konon, di tempat tersebut, biasa ketika shalat berdiri sampai tidak bisa ruku’ dan sujud. Hal ini saking padatnya dan duduk berdempetan. Sampai-sampai kepala, bahu dilangkahi, tangan terinjak, sehingga perlu berhati-hati saat sujud agar terinjak jamaah lain.

Tetapi, kami beruntung datang di Madinah saat musim umroh berakhir dan jamaah Indonesia gelombang pertama baru tiba 24 Mei 2023. Alhamdulillah kami bisa berlama-lama di Raudah di saat jamaah belum padat. Kami bisa shalat dan berdzikir di shaf pertama dekat dengan makan Nabi.

Ketika keluar, kami melewati makan Nabi. Di situlah keharuan memuncak, kami meninggakan makam Nabi sambil mengucapkan Assalamu’alaika ya Rasulullah.

Editor: Yusuf

Azaki Khoirudin
110 posts

About author
Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds