Abu al-Hasan Muhammad bin Abu Dzar Yusuf ‘Amiri an-Naisaburi merupakan nama lengkap dari Abu al-Hasan ‘Amiri. Ia merupakan salah satu tokoh besar filsuf muslim pada abad ke-10 Masehi atau pada abad ke-4 Hijriah. Abu al-Hasan ‘Amiri lahir pada awal abad 4 Hijriah di Kota Naisabur dan wafat pada 381 Hijriah, atau pada tanggal 6 Januari 992 M.
Abu Zaid Ahmad bin Sahl al-Balkhi merupakan ahli geografi, ahli filsafat, serta guru dari Abu al-Hasan ‘Amiri. Al-Balkhi berguru langsung kepada tokoh filsuf muslim terkemuka, yaitu al-Kindi (al-Baihaqi, 1933).
Semasa Hidup Abu al-Hasan ‘Amiri
Semasa hidupnya, Abu al-Hasan ‘Amiri menghabiskan waktu dengan mengajar, menulis buku, belajar, dan melakukan pengamatan di kawasan-kawasan yang punya peranan vital dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada saat itu. Seperti kota Rayy, kota Baghdad, dan kota Bukhara.
Kemudian, ‘Amiri berkeliling serta melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Ia kembali lagi ke Naisabur yang juga merupakan kampung halamannya. Setelah ‘Amiri membekali diri dengan filsafat dan ilmu pengetahuan, ia menempatkan diri sebagai intelektual besar dan barisan ilmu umat muslim pada saat itu.
Sepanjang perjalanan hidupnya, Abu al-Hasan Amiri telah mencurahkan gagasan dan pemikiran melalui karya-karyanya. Beberapa karya ‘Amiri yang sampai pada generasi ini membahas tentang studi agama-agama dan akidah, di antaranya yaitu:
Al-I’lam bi Manaqib al-Islam, karya tersebut membahas tentang studi-studi agama dengan pendekatan komparasi antara Islam dan agama lainnya. Al-Amad ‘ala al-Abad, karya tersebut membahas tentang studi komparasi yang berkaitan dengan hari kebangkitan serta hari akhir dengan sudut pandang agama yang lainnya.
Al-Fushul fi Ma’alim al-Ilahiyyah, karya yang membahas pemikiran Abu al-Hasan ‘Amiri mengenai akidah pada Islam. At-Taqrir li Aujuh at-Taqdir, karya ini berusaha menyalurkan pemikiran Abu al-Hasan Amiri tentang penciptaan, penataan alam, dan hikmah ilahi.
Sementara untuk Inqadz al-Basyar min al-Jabr wa al-Qadr; karya tersebut berusaha menyampaikan pemikiran Abu al-Hasan ‘Amiri tentang iman pada takdir.
Tiga Metode Studi Agama: Landasan Filosofis, Landasan Metodologis, dan Metode Komparasi
Dalam melakukan studi agama-agama, Abu al-Hasan ‘Amiri menggunakan tiga hal yang terdiri atas: landasan filosofis, landasan metodologis, dan metode komparasi.
Yang pertama, dalam landasan filosofis terdiri dari dua bagian, yaitu ilmu hikmah dan ilmu agama. Ilmu hikmah berisikan tentang ilmu pengetahuan yang berisi kajian filsafat, lalu berkembang pada ilmu astronomi, matematika, arsitektur, geografi, sains, dan segala ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Sedangkan ilmu agama ialah ilmu yang ruang lingkup dan objek kajian berlandaskan pada anjuran-anjuran Islam seperti hadis, fiqh, sastra, dan bahasa.
Yang kedua, dalam landasan metodologis dalam mengkaji perbandingan agama-agama, ‘Amiri menggunakan klasifikasi objek meliputi: agama, pokok-pokok ajaran agama, dan aspek yang mendukung pada agama.
‘Amiri melaksanakan kajian perbandingan antar agama berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 17,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, Yahudi, Shabiyyah, Nasrani, Majusi dan orang-orang yang menyekutukan Allah, Allah pasti akan memisahkan antara mereka pada hari kiamat.”
Studi komparasi agama-agama yang dilakukan ‘Amiri menetapkan bahwa pembahasan yang harus dikaji adalah inti dari ajaran yang ada pada lima agama (Nasrani, Islam, Majusi, Yahudi, dan Paganisme (penyembah berhala)). Inti ajaran itu adalah akidah, ibadah, dan syari’ah.
Dalam studi komparasi agama-agama, ‘Amiri juga membandingkan aspek yang mendukung dalam agama tersebut. Tolak ukur aspek yang mendukung agama berdasarkan kebebasan yang tersedia pada agama untuk membangun kesejahteraan manusia. Aspek-aspek tersebut ialah sistem politik, sistem sosial, sistem kebudayaan, dan sistem peradaban.
Yang ketiga, metode komparasi. ‘Amiri saat melakukan studi agama-agama, menggunakan perbandingan-perbandingan berdasar Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 17, berdasar aspek yang sama dan sebanding, berdasar konsep umum banyak orang atau golongan.
Penerapan Studi Perbandingan Agama ‘Amiri
‘Amiri menerapkan studi perbandingan agama berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 17, yaitu agama Nasrani, Islam, Majusi, Yahudi, dan Paganisme. ‘Amiri menerapkan perbandingan agama berdasarkan pada aspek yang sepadan. Ibadah harus dengan ibadah, akidah harus dengan akidah.
‘Amiri menerapkan perbandingan agama berdasar ketetapan dari jumhur (golongan terbanyak). Seperti ajaran mengenai iman harus berdasarkan konsep umum yang ketetapannya berasal dari banyak orang atau golongan (‘Amiri, 1988).
Abu al-Hasan ‘Amiri merupakan salah satu tokoh besar filsuf muslim pada abad 10 Masehi atau pada abad 4 Hijriah. ‘Amiri telah menyumbang pemikiran yang konsisten mengenai teologi Islam. Metode serta pendekatan yang digunakan ‘Amiri bertolak belakang dari pandangan bahwa seluruh agama yang ada di dunia bersumber dari satu Tuhan. Pandangan ini meyakini bahwa Tuhan memberikan ajaran melalui wahyu.
Tapi, selalu ada manusia yang menyelewengkan ajaran-ajaran Tuhan. Hal ini yang menyebabkan manusia kehilangan arah dan menjadi sesat. Lalu, Tuhan pun mengirim Nabi untuk mengarahkan umat pada ajaran-ajaran Tuhan yang benar (Schumann, 2015).
Editor: Zahra