Tafsir

Apa Perbedaan Makna Asy-Syukru dan Al-Hamdu?

2 Mins read

Kaum muslimin secara sadar ataupun tidak sadar, tidak asing (gharib) di telinga mereka dengan kalimat “Alhamdulillah” atau “wa Asy-Syukrulillah” tatkala memperoleh kenikmatan dari Allah SWT khususnya. Serta di kala ritual-ritual keagamaan umumnya.

Namun, kita sebagai ummat Muhammad SAW, pernahkah berpikir termenung sejenak mengenai urgensi perbedaan daripada dua kalimat tersebut? Penulis dalam hal ini mencoba merujuk ke dalam Buku Pintar Memahami Al-Qur’an.

Masduha dalam bukunya mencoba menelisik perihal perbedaan dua kalimat tersebut. Beliau menyatakan bahwa الحَمْدُ merupakan kalimat yang mengandung pujian. Baik yang mengandung balasan kenikmatan atau mewujudkan kenikmatan itu sendiri.

Sementara itu, Asy-Syukru adalah upaya membalas kenikmatan. Maka, penggunaan al-hamdu hanya sebatas secara lisan, sedangkan Asy-Syukru, penggunaanya lebih luas dari hanya sebatas ucapan lidah (taqrir bi lisan) (Masduha, 2017, p. 231).

Lain halnya dengan Mahmud Yunus Pengarang Tafsir Al-Qur’anul Al-Karim. Dalam kamusnya, ulama berasal dari Sumatera tersebut menjelaskan dari akar  kalimat الحَمْدُ, yaitu يَحْمَدُ حَمْدًا  حَمِدَyang berarti memuji, berterima kasih (Yunus, 1990, p. 108).

Sedangkan, kalimat Asy-Syukru berakar kata dari kalimat شَكَرَ يَشْكُرُ شُكْرًا شُكُوْرًا yang berarti berterima-kasih (kepadanya), meAsy-Syukruinya, memujinya (Yunus, 1990, p. 201).

Namun yang lebih eksplisit dan menyeluruh perihal penjelasan kalimat الحَمْدُ, dalam hal ini penulis menukil kupasan Ar-Raghib Al-Asfahani dalam bukunya jilid yang pertama yaitu penjelasan lengkap makna kosakata asing (gharib) dalam Al-Qur’an.

Ucapanالِلّهِ   الحَمْدmerupakan pujian kepada Allah SWT dengan keutamaan. Kata Al-Hamdu ini cakupanya lebih khusus daripada kata المَدْحُ (sanjungan) serta lebih umum daripada  kata الشُّكْرُ (Asy-Syukru, berterima kasih).

Makna المَدْحُ

Karena, kata المَدْحُ mampu diucapkan seseorang kepada kebaikan yang ada pada diri seseorang dengan kehendaknya sendiri, dan juga kebaikan yang Allah SWT telah takdirkan melekat pada diri seseorang tersebut.

Baca Juga  Islam Kaffah Bukan Islamisme-Khilafah

Misalnya seperti المَدْحُ (sanjungan) kepada seorang yang memiliki paras rupawan, berperawakan badan yang tinggi,  adapun kata الشُكْرُ  ,hanya diucapkan sebagai pembanding dari nikmat yang diperoleh, olehkarenanya, setiap الشُكْرُ   pasti termasuk الحَمْدُ ,akan tetapi tidak semua  الحَمْدُ dapat disebut atau dikategorikan sebagai الشُكْرُ, dan setiap الحَمْدُ pasti termasuk المَدْحُ (sanjungan, namun tidak semua المَدْحُ (sanjungan) dapat disebut sebagai الحَمْدُ. (Al-Asfahani, 2017, p. 567)

Al-Hamdu dan Asy-Syukru Perspektif Al-Qurthubi

Sebelum menjurus keTafsir Jami’ li Ahkam Al-Qur’an wa al-Mubayyin Lima Tadhammanahu min as-Sunnah wa Ayi al-Furqan, penulis mencoba menukil sedikit ungkapan dari kitab Hilyatul Aulia. Di sana, dijelaskan perihal apa itu makna daripada Asy-Syukru, berikut penjelasanya:

إِنَّ مِنْ أَحَبِّ عِبَادِ اللهِ الصَّبَّا رِ الشَّكُوْرَ الَّذِي إِذَا ابْتُلِيَ صَبَرَ وَإِذَ أُ عْطِيَ شَكَرَ

Sesungguhnya, di antara hamba Allah SWT yang paling dicintai adalah orang yang sangat penyabar dan orang yang sangat pandai bersyukur. Jika diuji, menjadikan sabar sebagai sikapnya dan jika diberi, menjadikan Asy-Syukru sebagai sikapnya (Hilyatul Aulia, p. 200).

Penulis juga tak lupa mengutip pendapat-pendapat dari ulama tafsir klasik. Di antaranya seoarang penulis produktif bernama Al-Qurthubi. Beliau menyatakan mengenai apa itu Asy-Syukru dan apa itu Al-Hamdu. Serta, di mana letak perbedaan di antara keduanya. Perihal Asy-Syukru berikut penjelasanya:

فشكر العبد الله تعا لى ثنا ؤه عليه بذكر إحسانه إليه وشكر الحق سبحانه للعبد ثنا ؤه عليه بطا عته له إلا أن شكر العبد نطق باللسان وإقرار با القلب بإنعام الرب مع الطا عات

Rasa Asy-Syukru seorang hamba kepada Allah SWT, melalui pujian kepadanya dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan yang telah Allah SWT anugerahkan kepadanya, dan perlu kita simak bahwasanya bentuk wujud rasa Asy-Syukru sebenarnya kepada Allah SWT, yaitu dengan senantiasa taat serta patuh kepadanya. Hanya saja, rasa Asy-Syukru seorang hamba mesti dilakukan melalui pengucapan lisan (taqrir bil lisan) serta keteguhan hati, atas curahan nikmat yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada seorang hamba diringi dengan ketaatan (Al-Qurthubi, p. 172).

Baca Juga  Tafsir Surat Al-Baqarah: Waspada dengan Orang yang Pandai Berbicara!

Namun di sisi lain, penulis juga mencoba memparodikan makna dari lafadz Asy-Syukru tersebut dengan Al-Hamdu, supaya kita sama-sama tahu apa titik perbedaan dari kedua istilah tersebut.

Dalam hal ini, perbedaan antara Asy-Syukru dan Al-Hamdu, sebagai berikut:

قلت : الصحيح أن الحمد ثناء على الممدوح بصفاته من غير سبق إحسان و الشكر ثناء على المشكور بما أولى من الإحسان

Imam Al-Qurthubi berkata dalam tafsirnya, bahwasanya pendapat yang shahih adalah bahwa al-hamdu merupakan sebuah bentuk sanjungan kepada yang dipuji dengan sifat-sifatnya tanpa didahului oleh perbuatan yang baik darinya, sementara itu Asy-Syukru merupakan sanjungan terhadap yang diAsy-Syukrui disebabkan kebaikan yang telah diberikan kepadamu. (Al-Qurthubi, p. 134) 

Kesimpulanya

Al-Hamdu itu sifatnya lebih umum daripada Asy-Syukru. Karena dalam Al-Hamdu itu terdapat tsanaa (sanjungan), at-tahmid (pujian), serta aAsy-Syukru (rasa bersyukur). Wallahu’alam.

Editor: Yahya FR

Taufik Hidayatullah
8 posts

About author
Instagram: mas_taufik.reborn Pontang-Serang-Banten Profesi: Pegiat Literasi Digital
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *