Inspiring

Belajar Mencintai Islam dan Indonesia dari KH Hasyim Muzadi

3 Mins read

Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) merupakan pilar penting dalam sejarah Indonesia, tidak hanya sebagai organisasi keagamaan terbesar tetapi juga sebagai kekuatan sosial dan budaya yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pembentukan identitas nasional. Dalam perjalanannya, NU menunjukkan karakteristik yang unik dan bernuansa keagamaan, menjadikannya salah satu kekuatan yang sangat mempengaruhi perjalanan sejarah bangsa ini.

Nahdlatul Ulama

Sebagai organisasi keagamaan, NU memiliki akar dalam tradisi Ahlussunnah Wal Jama’ah, menekankan prinsip-prinsip toleransi dan akomodasi terhadap berbagai mazhab keagamaan yang ada. Sikap ini memberikan NU daya tarik yang kuat bagi masyarakat yang memiliki latar belakang keagamaan yang beragam. NU tidak pernah mencoba untuk menyatukan atau menghilangkan perbedaan-perbedaan dalam mazhab keagamaan, melainkan menganjurkan pendekatan yang inklusif dan akomodatif terhadap keberagaman tersebut.

Sebagai organisasi kemasyarakatan, NU juga menonjolkan sikap toleransi terhadap nilai-nilai lokal. Di tengah keragaman budaya dan tradisi di Indonesia, NU hadir sebagai kekuatan yang mampu berakulturasi dengan masyarakat setempat. Sikap ini tercermin dalam kebijakan sosial NU yang tidak hanya melindungi tradisi dan budaya setempat, tetapi juga mengakui keberagaman sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan Republik Indonesia.

Wawasan multikultural NU tidak hanya tercermin dalam kebijakan organisasinya, tetapi juga dalam tindakan dan perkataan para kyai NU. Para pemimpin dan ulama NU selalu menunjukkan sikap yang menghormati dan mengakui keberagaman masyarakat Indonesia. Mereka memainkan peran penting dalam mempromosikan dialog antaragama dan antarbudaya, menciptakan suasana harmonis di tengah perbedaan.

KH Hasyim Muzadi dan Semangat Keislaman

Sebagai warga Indonesia dan juga warga Nahdlatul Ulama, saya teringat dengan salah satu  tokoh Nahdlatul Ulama yang juga mempunyai peranan terhadap masyarakat Indonesia. Beliau adalah KH Hasyim Muzadi, pria kelahiran Tuban tersebut tentu tak asing di telinga warga Nahdlatul Ulama. Ceramah-ceramahnya yang mampu diterima oleh semua kalangan dan menyejukkan bagi para pendengarnya. Tak jarang, Kyai Hasyim juga mampu duduk bersama dengan para tokoh-tokoh dari agama lainnya.

Baca Juga  Serial Tokoh Muslim: Hamka

KH Hasyim Muzadi, dengan kebijaksanaan dan visi keislamannya yang moderat, memiliki dua pendekatan utama dalam mengembangkan semangat keislaman yang menjunjung perdamaian dan hubungan lintas agama yang harmonis. Pendekatan pertama adalah membangun hubungan (ukhuwah) yang kuat di internal umat Islam, sementara pendekatan kedua adalah menciptakan hubungan yang erat antar-umat agama.

Dalam membangun ukhuwah Islamiyah, Kiai Hasyim fokus pada penguatan hubungan di antara umat Islam. Sebagai Ketua PBNU selama dua periode, ia memiliki perhatian serius terhadap dunia Islam. Salah satu langkah konkret yang diambilnya adalah mendirikan International Conference of Islamic Scholars (ICIS), sebuah forum yang menghimpun sekitar 300 ulama dan cendekiawan Muslim dari 53 negara. Forum ini dirancang untuk membahas berbagai isu dan problematika yang dihadapi oleh negeri-negeri Muslim, terutama terkait kekerasan yang dilakukan atas nama agama, seperti penyebaran radikalisme.

Selanjutnya, KH Hasyim juga berusaha menjalin hubungan yang erat antar-umat agama dengan cara terpilih sebagai salah satu presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP). Dalam posisi ini, Kiai Hasyim aktif dalam menyebarkan semangat perdamaian berbasis pada nilai-nilai agama, bertemu, dan berdialog dengan berbagai pemimpin agama di seluruh dunia.

Semua upaya tersebut tercermin dari latar belakang Kiai Hasyim yang tumbuh dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU). NU memiliki konsep trilogi persaudaraan, yaitu persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah), persaudaraan bangsa (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah). Dengan prinsip-prinsip ini, Kiai Hasyim menjadikan NU sebagai kekuatan yang mempromosikan toleransi, perdamaian, dan harmoni antar umat beragama.

KH Hasyim Muzadi dan Semangat Kebangsaan

Selain itu beliau juga sosok ulama dengan visi kebangsaan yang kuat, yang terus mengusung dan menyumbangkan pemikiran terkait hubungan antara agama (Islam) dan nasionalisme. Dalam setiap langkah perjuangannya, Kiai Hasyim secara konsisten mempromosikan pandangan bahwa Islam, Pancasila, dan Nasionalisme adalah satu kesatuan yang saling melengkapi. Baginya, Pancasila bukanlah agama, namun tidak bertentangan dengan agama. Sebaliknya, Pancasila dianggap sebagai titik temu antara berbagai perbedaan, baik agama, suku, budaya, maupun bahasa.

Baca Juga  Prof Baedhowi, Pemimpin Dunia Pendidikan Berdedikasi Tinggi

KH Hasyim Muzadi adalah ulama dan intelektual yang berperan aktif dalam dunia politik Indonesia. Dalam konteks politik, ia mengusung visi politik kebangsaan yang menempatkan semangat keindonesiaan di atas fanatisme golongan berbasis agama. Pandangan ini mencerminkan upayanya untuk menjaga keberagaman dan kebhinekaan dalam masyarakat Indonesia.

Salah satu ajaran yang diwariskan oleh Kyai Hasyim adalah ketekunan dan semangat pantang menyerah. Dalam perjalanan hidupnya, beliau menunjukkan dedikasi yang tinggi dalam pengabdian kepada agama dan bangsa. Ketekunan adalah kunci untuk menghadapi setiap tantangan dan rintangan, sehingga kita dapat mencapai tujuan dengan penuh semangat. 

Ikhlas dalam pengabdian kepada agama dan bangsa adalah karakteristik lain yang patut dicontoh dari sosok Kyai Hasyim. Pengabdiannya tidak hanya sebatas pada lingkup agama, tetapi juga pada pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ikhlas dalam berbuat baik dan berkontribusi untuk kepentingan bersama adalah sikap yang memperkaya kehidupan sosial dan spiritual.

Editor: Ahmad

Ibnu Fikri Ghozali
6 posts

About author
Mahasiswa International Islamic University Islamabad, Pakistan Sekarang Aktif di PCINU Pakistan
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *