Perspektif

Berita Hoax dalam Pandangan Islam

4 Mins read

Salah satu fenomena yang marak akhir-akhir ini dan merupakan implikasi dari kemudahan akses teknologi adalah informasi palsu (hoax). Palsu karena tidak jelas sumber serta kebenarannya dan disebar melalui media sosial ataupun media chatting tanpa klarifikasi dan tanpa bisa melakukan klarifikasi. Akhirnya informasi tersebut mampu menggiring interpretasi pengguna (user) sesuai dengan yang diharapkan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan di dalamnya.

Hoax begitu booming terutama didukung oleh pola penggunaan internet masyarakat yang lebih banyak akses ke jejaring sosial. Fokusnya bukan lagi pada esensi kasus dan akar masalahnya melainkan pada info yang dilempar dan menarik reaksi masyarakat. Maka tidak heran jika masyarakat justru dibuat bingung, namun seolah paham betul padahal sumbernya tidak jelas dari mana dan dari siapa berita itu.

Maka dari itu kita harus bersikap tabayyun, apa itu tabayyun? Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti dan meyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelasbenar permasalahannya.

Tabayyun adalah akhlaq mulia yang merupakan prinsip penting dalam menjaga kemurnian ajaran Islam dan keharmonisan dalam pergaulan. Hadits-hadits Rasulullaah saw dapat diteliti ke-shahih-annnya antara lain karena para ulama menerapkan prinsip tabayyun ini. Begitu pula dalam kehidupan sosial masyarakat, seseorang akan selamat dari salah paham atau permusuhan bahkan pertumpahan darah antar sesamanya karena ia melakukan tabayyun dengan baik.

Oleh karena itu, pantaslah Allah swt memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar selalu tabayyun dalam menghadapi berita yang disampaikan kepadanya agar tidak meyesal di kemudian hari,” Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu” (QS. Al-Hujurat: Ayat 6)

Baca Juga  Sejak Kapan Umat Beragama Mensakralkan "Suara"?

Waspada Hoax itu Penting!

Perjalanan panjang sejarah peradaban, baik skala dunia maupun skala yang lebih sempit, nusantara misalnya. Adu domba adalah senjata yang paling ampuh yang digunakan untuk memecah belah, memicu konflik dan bahkan menghancurkan peradaban ataupun pemerintahan. Baik pemerintahan yang sudah lama berjaya maupun yang baru berusia dini. Adu domba adalah “permainan” yang tidak boleh main-main dalam menghadapinya.

Oleh karena itulah kewaspadaan menjadi sangat penting, bahkan menjadi suatu keharusan yang tidak dapat diabaikan begitu saja.

Adu domba, “permainan” ini sangat beragam trik dan strateginya, mulai memperselisihkan sesama teman, bersengketa antar tetangga dan memporak poranda rumah tangga hingga menimbulkan perang saudara.

Jadi tak heran jika sebuah pemerintahan baik kerajaan, dinasti, kesultanan atau apapun bentuknya, dapat porak poranda hanya karena perselisihan sesama penghuni rumah tangga pemerintahan tersebut akibat adu domba. Tentu keberadaan Indonesia yang usia kemerdekaannya hampir satu abad ini tidak ada jaminan untuk tetap utuh seutuhnya jika kita tidak mewaspadai dan mencegah adanya adu domba.

Tabayyun agar Tidak Salah Paham

Keberlangsungan hidup suatu negara yang harmoni, pastinya akan rusak jika sesama warganya saling menghujat dan menyalahkan. Hal inilah yang beberapa tahun terakhir terjadi. Sesama ummat Islam di Indonesia misalnya, saling bersitegang sehingga hubungan sesama ummat muslim seringkali memanas. Faktornya adalah ketidaksepahaman yang kemudian dijadikan alasan untuk menyalahkan yang lainnya.

Situasi atau ruang-ruang seperti inilah yang kemudian dijadikan modal utama oleh mereka yang hobinya “bermain” adu domba.

Mencegah terjadinya perselisihan akibat adu domba tentu tidak mudah, mengingat adu domba dapat dilakukan melalui banyak hal dan terencana secara sistematis.

Oleh karena itu, membudayakan tabayyun adalah salah satu jawaban yang paling sederhana untuk dapat dilakukan dalam mencegah akibat buruk adu domba. Apalagi di era millenial yang sarat akan membanjirnya isu-isu dan informasi hoax, baik secara lisan-ke lisan maupun lewat hebatnya teknologi di dunia maya.

Baca Juga  Melawan Corona dari Penjara

Selain tabayyun, hal paling pokok yang perlu dilakukan adalah mengedukasi segenap penerus bangsa. Hal ini agar tidak terperangkap di dalam laku adu domba atau justru menjadi pelaku di dalamnya akibat ketidaktahuan atau kesengajaan. Edukasi bahaya adu domba misalnya, atau balasan bagi mereka yang suka mengadu domba, baik berupa hukuman sosial maupun hukum yang ada dalam agama-agama.

Dengan kekuatan membudaya tabayyun (antusias menggali kebenaran) dan pemahaman terhadap suatu persoalan yang ada. Maka harapan yang paling mudah dicapai adalah keharmonisan jangka panjang yang tak akan tertukarkan dengan sedikit perselisihanpun. Jika demikian tentu romantisme dalam kewarganegaraan akan membuahkan masa depan Indonesia yang kokoh persatuan dan bijaksana multikulturalismenya.

Allah Swt juga berfirman : “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati Nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.” (QS Al-Isra’ : 36).

Jangan Yakin pada Sesuatu yang Tidak Pasti

Jadilah orang yang teguh dalam urusanmu, janganlah mengikuti prasangka dan kabar buruk. Pendengaran, penglihatan, dan hati manusia akan di perhitungkan di hadapan Allah. Jika semua itu dipergunakan untuk kebaikan maka Allah akan membalasnya dengan pahala, dan jika dipergunakan untuk kejelekan maka Allah akan membalasnya dengan siksaan.

Diliat dari segi pemberitaan hoax apabila merujuk pada individu maka kejahatannya termasuk kejahatan individu dan mengancam kemaslahatan bagi seorang manusia. Apabila pemberitaan hoax berbau dengan SARA suku, agama, ras, dan golongan berarti termasuk kejahatan menyinggung hak Allah karena segala sesuatu yang berkaitan dengan kemaslahatan umum. Pada dasarnya, hukum Islam menetapkan bahwa tindak pidana takzir memiliki sekumpulan hukuman yang tingkat berat dan ringannya beragam.

Baca Juga  Meski di Rumah Tetap Bertanya, Berpikir dan Berfilsafat

Selanjutnya, lagi-lagi Al-Quran juga mengacam umatnya yang ikut andil dalam menyebarkan berita hoax padahal ia belum tahu kebenaran dari sebuah berita tersebut.

Allah Swt berfirman “Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, disebabkan oleh pembicara kamu tentang hal itu (berita bohong itu).”                     (QS An-Nur : 14)

Dari penjelasan ayat ini, jelas bahwa ancaman Allah betul-betul ditunjukan kepada orang-orang yang terlibat dalam menyampaikan berita hoax. Ditujukan baik orang-orang yang sudah mengetahui berita hoax itu sendiri maupun belum mengetahuinya. Istilah ini jika dianalogikan pada zaman sekarang berarti orang-orang yang ikut men-share berita-berita heboh yang belum tentu kebenaranya. Bahkan tidak tahu kefalidan atau tidak,.

Apabila seseorang tersebut ikut andil dalam menyampaikan berita hoax, maka ia juga patut mendapatkan ancaman azab Allah, karena walaupun perkara itu terlihat remeh, tapi Allah menganggap perkara itu besar, karena perkara ini sangat berkaitan dengan menghancurkan keharmonisan hubungan sesama umat Islam.

Editor: RF Wuland

Indah Muslimah
1 posts

About author
Mahasiswi ITB Ahmad Dahlan
Articles
Related posts
Perspektif

Cara Menahan Marah dalam Islam

8 Mins read
Marah dalam Al-Qur’an Marah dalam Al-Qur’an disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya adalah QS. Al-Imran ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ…
Perspektif

Mengapa Narasi Anti Syiah Masih Ada di Indonesia?

5 Mins read
Akhir-akhir ini kata Syiah tidak hanya menjadi stigma, melainkan menjadi imajinasi tindakan untuk membenci dan melakukan persekusi. Di sini, Syiah seolah-olah memiliki keterhubungan yang…
Perspektif

Kapan Seseorang Wajib Membayar Zakat Penghasilan?

2 Mins read
Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam yang tidak hanya berdimensi keimanan tapi juga berdimensi sosial. Secara individu, zakat merupakan wujud keyakinan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *