Saudara-saudara sekalian,
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Saya diminta untuk mengadakan sambutan pada malam kita memperingati Nuzulul Quran buat ke sekian kalinya di istana negara ini.
Saudara-saudara, orang mengatakan bahwa saya orang terpelajar. Orang mengatakan bahwa saya ini seorang orang intelektual. Intelektual artinya terpelajar. Yah, jikalau memang ukuran biasa orang pakai bolehlah saya ini dinamakan orang intelektual. Intelektual dari perkataan intelek. Intelek itu otak, pikiran.
Sekali lagi saya katakan, jikalau kita memakai ukuran biasa memang bolehlah saya dinamakan seorang intelektual. Saya dulu sekolah menengah, kemudian naik ke sekolah tinggi, kemudian memperoleh derajat insinyur. Saya sekarang memiliki titel Doktor, bahkan bukan satu, bukan dua, bukan tiga, bukan empat. Saya memiliki titel Doktor 16 macam. Saya bertitel professor.
Jadi, saya ini menurut ukuran yang biasa orang pakai, benar intelektual. Ya, bersekolah menengah, bersekolah tinggi. Ya, bertitel insinyur, ya bertitel Doktor 16 macam, ya bertitel profesor.
Pernah seorang intelektual menanya kepada saya, “…apakah Bung Karno yang intelektual itu, Bung Karno yang professor, yang Doktor 16, yang insinyur, percaya kepada adanya Tuhan?”
Saya menjawab dengan tegas,
“Ya, saya percaya dengan adanya Tuhan!”
“Kan Bung karno seorang intelektual, kok percaya kepada adanya Tuhan?! Apa buktinya Dzat itu ada! Menurut ilmu intelektualisme, segala yang ada itu harus ada buktinya.”
Bung Karno berkata bahwa Bung Karno percaya akan adanya Tuhan.
“Apa bukti Tuhan ada?”
Saya menjawab, “Ya, jikalau saya harus membuktikan kepada saudara bahwa Tuhan itu ada, saya tidak bisa. Tetapi saya bisa membuktikan kepada diriku sendiri, kepadaku sendiri bahwa Tuhan ada.”
“Apa buktinya?”
Saya berkata,
“Saya sering bercakap-cakap dengan Tuhan”
“…barangkali saudara Karno bercakap-cakap dengan suatu hal yang sebenarnya tidak ada. Itu mungkin bukan! Orang bercakap-cakap dengan sesuatu hal sesuatu Dzat yang sebenarnya tidak ada. Jadi, itu belum bukti! Bung karno belum buktikan bahwa Tuhan itu ada.”
Saya berkata: “saya sering meminta kepada Dzat itu, itu pun belum bukti, bahwa Tuhan ada. Saya berkata bahwa saya sering meminta kepada Dzat itu dan Dzat itu memberikan kepadaku apa yang kuminta. Nah, itulah bagiku satu bukti yang nyata bahwa Tuhan itu ada!”
Dan memang saudara-saudara, sering saya memohon sesuatu kepada Dzat yang dinamakan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu dan apa yang kuminta itu diberikan oleh-Nya. Bagiku, itu adalah satu bukti yang kuat, yang teguh, yang nyata, yang tidak dapat dibantah, bahwa Dzat itu, yang kumintai itu ada. Bahwa Tuhan itu ada.
Ini malam saudara-saudara, kita memperingati turunnya Quran, Nuzulul Quran, yang sebagai tadi diterangkan oleh Pak Mulyadi Joyomartono, oleh Pak Idham Chalid, di dalam Quran itu beberapa ayat dengan kuat dan tegas menyatakan adanya Tuhan itu.
Bahkan, diterangkan oleh pak Mulyadi Joyomartono bahwa Quran itu bagian dari pada Quran yang diturunkan di Makkah. Terutama sekali memberi peringatan kepada manusia bahwa Tuhan ada, bahwa manusia harus menyembah kepada-Nya, bahwa manusia harus takwa kepada-Nya.
.
Sumber: “Al-Quran Pembentuk Manusia Baru: Amanah Paduka yang Mulia Presiden Soekarno di Istana Negara pada tanggal 17 Ramadhan 1380 H (6 Maret 1961),” penerbitan oleh Jawatan Penerangan Agama Departemen Agama 1961, ditulis dengan Bahasa Arab Melayu.
.
Penerjemah: Mu’arif