Tafsir

Dakwah Nabi Nuh (1): Banjir Bandang dan Dialog dengan Umatnya

4 Mins read

Tulisan berkisar dakwah nabi Nuh dalam dua seri ini sangat memotivasi para da’i, penyeru jalan kebenaran, muballigh. Jangan putus asa, jangan cemas, jangan bersedih jika murid/santerinya hanya sedikit. Yang kalian kerjakan itu tugasmu, kewajibanmu. Dakwah itu tidak mudah (Tafsir Al-Azhar oleh Hamka).

Allah Swt berfirman:

وَأُوحِيَ إِلَى نُوحٍ أَنَّهُ لَنْ يُؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ إِلا مَنْ قَدْ آمَنَ فَلا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (36

Dan diwahyukan kepada Nuh bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja). Karena itu, janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan.(qs.Hud: 36)

Dakwah Nabi Nuh kepada Kaum Armenia

Nabi Nuh adalah keturunan ke-10 Nabi Adam AS. Ia merupakan rasul yang berada pada urutan ketiga setelah Adam dan Idris. Namanya disebutkan 43 kali dalam 28 surat di Al-Quran. Nabi Nuh ‘alaihis-salam adalah Nabi adalah Nabi yang pertama kali diberi syariat oleh Allah untuk disampaikan kepada manusia. (Qs. 42, Asy-Syura ayat l3). Nabi Nuh sudah berdakwah selama 950 tahun, tapi santrinya tidak mencapai 100 orang  (Qs. 29, Al-‘Ankabut ayat 14.). Nama Nuh pun diabadikan oleh Allah sebagai salah satu nama  surah yaitu surah ke-70 bernama Surah Nuh.

Allah SWT mengutus Nabi Nuh AS berdakwah kepada penduduk Armenia. Kaum Armenia adalah orang-orang yang sesat dari jalan Allah. Mereka lebih suka menyembah berhala dan percaya bahwa benda tersebut dapat memberi pertolongan kepada mereka.

Dalam Al-Quran, kisah Nabi Nuh AS dibahas dalam beberapa surah, di antaranya surah Al-Ankabut [29]: 14-15, Nuh [71]: 1-28, Al-Mu’minun [23]: 23-41, Huud [11]: 25-46, Asy-Syuara [26]: 105-122, Al-A’raf [7]: 59-69, dan Yunus [10] : 71-74.

Baca Juga  Surat Al-Waqiah: Kaitan Hari Kiamat dengan Rezeki

Dialog Nabi Nuh dan Umatnya

Kita bisa membaca dan merenungkan betapa berat rintangan beliau ketika berdakwah kepada umatnya. (Qs.Nuh: 5-12).Nabi Nuh pun curhat kepada  Allah.  Setiap kali mereka didakwahi, entah siang entah malam, mereka berlari (إِلَّا فِرَارًا  ) meninggalkan Nabi Nuh sambil menutup telinga mereka dengan jari seperti kita sewaktu mendengar suara petir. Jumlah mereka yang beriman tidak pernah bertambah.

Dalam QS. Nuh ayat 7, ada beberapa tataran sikap umat nabi Nuh ketika mendengar dakwah Nabi Nuh:

  1. Berlari meninggalkannya ((إِ لَّا فِرَارًا  )
  2. Menutup telinga dengan jari tangan (جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ   )
  3. Mereka perselubung kain mereka. (وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ  ), menggambarkan sikap tidak mau melihat/dilihat oleh lawan bicara
  4. Sikap sombong yang sangat berlebihan (وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا  ), Tidak mau lagi mempertimbangkan benar atau salahnya orang yang menyampaikan seruan (dakwah). tidak mau bergaul dengan orang lain, khususnya dengan para ahli dakwah.

Berbagai metode dakwah telah dilaksanakan oleh nabi Nuh.

  1. Basyiran adalah kabar  gembira berupa peringatan yang berisi berita gembira berupa ampunan dan pahala surga sebagai imbalan atas ketaatannya kepada Allah.
  2. Nadziran (QS. Nuh: 1-2 dan QS. Hud: 25)) adalah peringatan yang berisi ancaman berupa siksa neraka yang akan diterima kelak karena perilaku menolak(kafir) dan kedurhakaan (Kadzbab) atau dusta yang mereka lakukan atas nama Tuhan mereka, mbudheg (sumum bukmun) tidak mau mendengarkan, sombong berlebihan (istakbiru istakbaran) tidak mau mengacuhkan dan tidak mau perduli.
  3. Jiharan  (QS. Nuh: 8) artinya nabi Nuh telah melakukan berbagai metode dakwah terang–terangan (terbuka) kepada seluruh kaumnya.
  4. Asrartu (QS. Nuh: 9), Nabi Nuh sudah melakukan berbagai dakwah secara rahasia/diam-diam artinya berbagai metode/pendekatan person atau individual.
  5. Isi dakwah Nabi Nuh tidak hanya menyangkut kepentingan akhirat saja. Akhirat memang merupakan tujuan utama dakwahnya, tetapi urusan kesejahteraan dunia juga dipikirkan. Nabi Nuh mengajaknya untuk beribadah, memang itu sikap yang ditanamkan, tetapi urusan dunia juga dipikirkan. Dan akan dibantuNya kamu dengan harta benda. “Dan akan Dia jadikan untuk kamu kebun-kebun,” (QS. Nuh: 12). 
  6. Takwa kepada Allah itulah yang akan membuka pintu rezeki dari tempat-tempat di luar perhitungan manusia, sebagaimana tersebut di dalam Surat 65, ath-Thalaq ayat 3. Bahwa barangsiapa yang bertakwa kepada Allah akan diberi kepadanya jalan keluar dan akan diberi rezeki yang tidak diduga-duga dari semula.  Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Allahlah yang akan menjadi penjaminnya. Itu semua sudah tentu tersampaikan oleh Nabi Nuh. Mengapa kalian tidak percaya akan kebesaran Allah?
Baca Juga  Hustle Culture, Bagaimana Al-Qur’an Memandangnya?

Pada akhirnya,  Nabi Nuh hanya bisa memohon dengan doanya: agar Allah tidak lagi membiarkan orang-orang kafir berkeliaran di atas dunia ini. Andaikata  mereka punya anak, anak-anak mereka akan mewarisi kemaksiatan dan kekafiran orang tuanya. Karena sangat kecewa Nabi Nuh a.s. melihat kedurhakaan kaumnya di waktu itu, beliau memohonkan kepada Allah agar mereka musnah semua, jangan seorang pun tinggal hidup. Karena hidup pun mereka tidak ada akan gunanya. (QS. Nuh: 26-28)

Nabi Nuh Membuat Kapal

Karena doa dan kekecewaan Nabi Nuh, Allah memerintahkan nabi Nuh untuk membuat kapal/bahtera.

 “an buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku perihal orang-orang yang zalim itu. Sesungguhnya mereka nanti akan ditenggelamkan.” (QS. Hud: 37)

Maka bersungguh-sungguhlah Nabi Nuh mengerjakan bahtera itu siang dan malam. Memang ada orang yang mukmin yang membantunya, tetapi berapa banyaklah mereka itu. Menurut  setengah ahli tafsir, bertahun-tahun lamanya, kononnya 100 tahun sejak menanam kayu yang akan dijadikan bahtera itu, sampai kepada menebang dan menggergajinya. Menurut Qatadah 300 hasta panjangnya, 50 hasta lebarnya. Al-Hasan mengatakan panjang 600 hasta, lebar 300 hasta. Ibnu Abbas mengatakan panjangnya 1,200 hasta, lebar 600.

Muhammad ibnu Ishaq telah menceritakan dari kitab Taurat, bahwa Allah Swt. memerintahkan Nuh untuk membuat bahtera itu dari kayu saj (jati) dengan panjang 80 hasta dan lebar 50 hasta, dan hendaknya bahtera itu dicat dengan gar (tir) bagian luar dan dalamnya, hendaknya pula dibuatkan anjungan buat membelah air.

Pekerjaan itu menjadi bahan cemooh orang kafir, sebab bahtera itu dibuat di tengah padang, dihinakan dan tidak dipercayai bahwa Allah akan sanggup memperlayarkan kapal itu. Apakah Nuh hendak lari? Apakah mereka hendak ditenggelamkan? Dan berbagai ragam ejekan yang lain. Tetapi nabi Nuh tetap beristiqamah. Kalian boleh mentertawakan dan mengejek kami pada hari ini. namun kelak akan datang masanya, kamilah yang akan mengejek dan menghinakan kamu, sebab azab siksaan Allah pasti datang kepada kamu. (QS. Hud: 38)

Baca Juga  Ummah Wasath, Doktrin Keterpilihan Umat Islam

Demikianlah bagian pertama dari kisah dakwah Nabi Nuh yang juga menjelaskan banjir bandang di era Nabi Nuh. (Bersambung)

Editor: Nabhan

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *