Tarikh

Dinasti Fatimiyah dan Perseturuan di Laut Mediterania Abad 10 M

4 Mins read

Sebelum kemunculan Daulah Fatimiyah di wilayah Afrika Utara dan kejayaan dalam menguasai sebagian wilayah Laut Mediterania, Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan pernah melakukan beberapa serangan ke wilayah tersebut. Namun, mereka mengalami kegagalan hingga akhirnya Laut Mediterania tetap dikuasai pihak penguasa Kristen saat itu pada abad ke-7 M. Akan tetapi berbeda ceritanya, semenjak kehadiran dari Dinasti Fatimiyah, yang mana upaya aneksasi dan invasi terus dilakukan oleh mereka hingga memunculkan ketegangan berupa konflik di wilayah tersebut.

Dinasti Fatimiyah

Pemerintahan Daulah Fatimiyah dipimpin khalifah yang dipilih secara garis keturunan (monarki absolut). Setidaknya ada empat khalifah pada pemerintahan yang pernah berkuasa dalam Dinasti Fatimiyah ini, baik ketika berpusat di Qairawan maupun ketika sudah berpindah ke daerah Kairo, Mesir, yakni: 1) Ubaidillah Al-Mahdi (909-934 M), 2) al-Qaim Abul Qosim (934-946 M), 3) al-Mansur Abu Thahir Ismail (946-952 M), 4) al-Mu’iz Li Dinillah (952-975, 17 tahun di Qairawan dan 6 tahun di Kairo, Mesir). (Harun, 2013, p. 25)

Kepala pemerintahan Daulah Fatimiyah memakai gelar khalifah, sebagaimana yang dipakai oleh pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Padahal semestinya mereka menggunakan gelar imam bagi pemimpinnya karena mereka penganut syi’ah. Akan tetapi dalam literatur yang pernah terbaca oleh penulis adalah disebabkan sebagai bukti tandingan dan legitimasi bahwasanya Dinasti Fatimiyah adalah bukan dibawah naungan dari Dinasti Abbasiyah.

Dalam  kebijakan politik dalam negeri pada khalifah Muiz Li Dinilllah, Dinasti Fatimiyah membentuk jajaran pemerintahan berasal dari berbagai suku dan tidak berdasarkan keturunan, yang diseleksi dengan tangkas oleh pihak pemerintahan tersebut. (Darmawati, 2015, p. 38).

Kekuatan Militer Dinasti Fatimiyah

Daulah Fatimiyah memiliki militer yang kuat, terutama pada masa Panglima Jauhar As-Siqily. Pasukan militer Daulah Fatimiyah mampu menundukkan Dinasti Aglabiyah, Dinasti Rustamiyah dan Dinasti Idirisiyah di Afrika Utara. Sehingga hampir semua wilayah Afrika Utara jatuh di bawah kekuasaan dan pengaruh politik pemerintahan Daulah Fatimiyah. Yang dalam hal ini juga termasuk prestasi kemiliterannya mampu menaklukkan Dinasti Ikhsidiyah di Mesir yang akhirnya mereka kuasai dan mereka membentuk kota baru bernama Al-Qahirah (Kairo). (Harun, 2013, p. 26)

Baca Juga  Khalifah Ali (14) : Perang Jamal (3) Sembilan Ribu Pendukung Pasukan Ali

Referensi lain telah menyebutkan bahwasanya di bidang kemiliteran, mereka mempunyai angkatan darat dan laut kuat. Khalifah Muiz pernah mendirikan sebuah galangan kapal, disebutkan pula bahwa kerajaan (dinasti) ini mempunyai 600 buah kapal perang yang senantiasa melakukan hubungan di antara pelabuhan-pelabuhan Dimyat, Iskandariyah, Uka, Tyrus, dan Askalon.

Kekuatan ketentaraan (kemiliteran) ini membolehkan mereka menguasai seluruh persisiran Afrika Utara, Palestina, Syria, Hijaz, pulau-pulau di kawasan Laut Mediterania, seperti pulau-pulau Bakaria, Corsica, Malta, Sicily dan lain-lain. Mereka juga berjaya menguasai semenanjung Calabaris, Lembahan Lombardy, Bandar Genoa, yang masing-masing di Italia. Mereka juga pernah menguasai beberapa tempat di Spanyol dan Prancis. Keadaan ini semua terjadi karena kepiawaian khalifah-khalifah mereka seperti Al-Qaim, Al-Muiz dan Al-Aziz adalah panglima-panglima perang yang handal. (Ahmad, 1974, pp. 313–314)

Masa khalifah Muiz Li Dinillah merupakan masa yang emas bagi Daulah Fatimiyah, terkhusus dalam bidang militer mempunyai angkatan laut yang kuat. Khalifah Al-Muiz Li Dinillah pernah mendirikan sebuah galangan kapal. Perhatian khalifah terhadap pasukan militer dapat dilihat dengan dibangunnya tempat istirahat bagi anggota militer, diberi gaji dan diberi perlengkapan senjata yang lengkap.

Dinasti Fatimiyah memiliki sekitar 600 buah kapal perang yang senantiasa melakukan hubungan di antara pelabuhan-pelabuhan Dimyat, Iskandariyah, Uka, Tirus dan Askaloha. Dalam kelompok militer terdiri dari tiga jabatan pokok, yaitu: 1) Amir (pejabat militer), 2) Petugas keamanan, 3) resimen-resimen (pasukan). (Darmawati, 2015, pp. 44–45)

Ketegangan di Laut Mediterania Abad 10

Abad ketiga Hijriyah yang bertepatan dengan abad kesembilan-kesepuluh masehi merupakan masa kejayaan Islam di Laut Mediterania atau Laut ar-Rum. Pada tahun 904 Masehi terjadi pertempuran bernama Pertempuran Thessalonica, sekarang dikenal dengan benteng Salonika, yang masuk wilayah kekuasaaan Turki Utsmani. Leo Tripoli sebagai pimpinan penyerangan ini membawa 54 kapal perang diisi masing-masing dua ratus orang. Melalui strategi jitunya dengan melancarkan serangan cepat terhadap target-target tertentu pada pos-pos pertahanan kota target serangan. Saat tiba hari pertempuran, pasukan Byzantium berupaya keras menghadapi serangan pasukan Islam.

Baca Juga  22 Oktober: dari Resolusi Jihad Hingga Penetapan Hari Santri Nasional

Melalui pengamatan dan pemikirannya, Leo Tripoli dapat menentukan obyek-obyek serangan dengan tepat, dan sangat akurat. Ia memerintahkan diikatkannya kapal-kapal perang sepasang-sepasang. Kemudian didirikan setiap kapal tower dari kayu tinggi.

Bersama dengan terbit mentari pada hari penyerangan awal, tower-tower tersebut dipenuhi dengan para pejuang hingga terjadilah pertempuran sengit antara prajurit yang menyerang dengan prajurit yang bertahan. Para pelaut dan pejuang dari Alexandria merupakan kelompok pertama yang menaiki benteng-benteng kota. Kemudian mereka berhasil membuka beberapa gerbang, dan masuk hingga ke jantung kota. Sedangkan, pasukan Byzantium dan Sicilia melarikan diri. Keberhasilan tersebut pasukan Leo Tripoli berhasil menawan 22.000 tawanan perang.

Penaklukan Sicilia oleh Dinasti Fatimiyah, yang sebelumnya mereka sudah mendirikan armada laut di kota Al-Mahdiyah (Tunisia) tahun 303 H/ 912 M. Sejak tahun 311 H/ 920 M, Dinasti Fatimiyah  melancarkan serangan ke Italia Selatan dari Pulau Sicilia. Serangan tersebut dilakukan secara cepat berhasil membawa harta rampasan perang yang melimpah, menaklukkan beberapa kota di Italia seperti Napoli, Salerno dal lainnnya.

Pertempuran di Darat dan Laut

Pemerintahan Fatimiyah di Sicilia pada tahun 354 H/ 963 M, melalui al-Husain bin Ammar (Gubernur Sicilia Dinasti Fatimiyah) melakukan perlawanan atas serangan pasukan Byzantium yang berlangsung sangat sengit dan totalitas. Akhirnya, pasukan darat kekaisaran Byzantium terpaksa ditarik mundur setelah kehilangan sepuluh ribu prajuritnya, termasuk di antaranya komandan mereka Manuel. Pasukan Islam berhasil memasuki kota Ramthah.

Selanjutnya pertempuran dari daratan pindah ke lautan, pertempuran berada di perlintasan antara pulau Sicilia dengan Italia Selatan dikenal dengan nama al-Majaz di pulau Rabwu kedua pasukan kembali bertempur dengan kemenangan berada di pihak Islam. Mendapati kekalahan tersebut, pasukan Byzantium mencoba melarikan diri, akan tetapi dari pasukan keahlian perang di laut melancarkan serangan hingga menghancurkan kapal-kapal itu, dengan cara menyelam dan melubanginya, sebagian pasukan lain membakar langsung kapal-kapalnya.

Baca Juga  Syiah dalam Pandangan HAMKA

Dengan kemenangan itu, kekaisaran Byzantium mengakui pasukan Islam sebagai pemenang dalam pertempuran, hingga terpaksa menandatangi perdamaian dengan catatan mereka harus membayar upeti kepada umat Islam setiap tahunnya. Kaisar Byzantium terpaksa melepaskan tawanan muslim di wilayah timur sehingga umat Islam di Sicilia tidak menyerang pesisir Byzantium dan Italia Selatan. Karena lokasi pertempurannya di pelintasan antara Pulau Sicilia dan Italia Selatan, maka dinamakan Pertempuran al-Majazi al-Ha’ilah.

Editor: Nabhan

Johan Septian Putra
31 posts

About author
Mahasiswa Pascasarjana Prodi Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *