Dinasti Ottoman, atau Dinasti Utsmaniyah, berakhir pada era modern, tetapi permulaannya dalam sejarah peradaban diselimuti banyak mitos. Pada 29 Oktober 1923, Mustafa Kemal Ataturk dinyatakan sebagai presiden Republik Turki, sebuah negara yang legitimasinya didasarkan pada kedaulatan rakyat dan diakui secara internasional.
Sejarah Perpolitikan Dinasti Ottoman
Sejarah peradaban Islam Dinasti Ottoman sangat luas dan kompleks. Karena dalam pembahasannya tidak hanya melibatkan Dinasti Ottoman sendiri tetapi juga banyak negara dan etnis. Seperti Turki, Arab, Serbia, Yunani, Armenia, Yahudi, Bulgaria, Hungaria, Hongaria, dan banyak lainnya.
Sejarah Dinasti Ottoman juga melibatkan kelompok agama besar seperti, Muslim, Yahudi, dan Kristen. Dalam kisah sejarahnya juga memuat hubungan antara Dinasti Ottoman dan tetangga mereka di Eropa dan Asia. Terdapat juga kisah tentang perang, penaklukkan, diplomasi, dan kerugian wilayah yang belakangan disebut Eastern Question. Pembahasan sejarah peradaban Islam Dinasti Ottoman mencakup sejarah lembaga politik, administratif, dan sosial yang tergabung dalam sebuah kekaisaran tersebut (Shaw, 1976: vii).
Kaum Muda dan Kelompok Republikan Turki telah menurunkan Sultan Ottoman pada 1 November 1922 sehingga khalifah hanya menjadi jabatan religius. Pada 3 Maret 1924, mereka menghapuskan jabatan tersebut hingga tidak meninggalkan anggapan bahwa negara yang mereka ciptakan berhutang kepada sebuah dinasti. Antara tanggal 15 dan 20 Oktober 1927, Mustafa Kemal membaca pidato yang sangat terkenal hingga dikenal hanya sebagai ‘The Speech’. Pidato tersebut berisi alasan generasinya menolak Wangsa Utsmani yang telah usang dan basi bagi bangsa Turki modern (Finkel, 2005: 31).
Tahun-tahun pertama berkuasanya Ataturk (yang dalam bahasa Turki berarti, Bapak Bangsa Turki), Mustafa Kemal mendedikasikan diri untuk melancarkan serangkaian reformasi. Hal yang ia sebut revolusi adalah mewajibkan orang Turki untuk meninggalkan warisan mereka, melarikan diri dari tirani ulama, dan merangkul dunia modern.
Pelajaran dari Sejarah Peradaban
Dalam bukunya, Will Durant ‘The Lesson of History’ menyebutkan bahwa kebangkitan peradaban tergantung pada inisiatif individu dan pikiran kreatif mereka yang bisa mengembangkan energi positif dalam merespon secara efektif terhadap situasi baru yang sedang berkembang. Ketidakhadiran sosok-sosok kreatif yang mampu mengembangkan energi positif dan potensi inti akan mengakibatkan kehancuran sebuah bangsa dan peradaban. Â
Akhir-akhir ini, bangsa Turki dapat melihat sejarah peradaban mereka sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar kisah kebangkitan dan kemunduran kerajaan Islam. Pada puncaknya di abad keenam belas mungkin telah menyaingi kekuatan Roma kuno, tetapi itu karena kegagalan mengimbangi Barat Kristen. Â Â
Selama berabad-abad militer Dinasti Ottoman mungkin telah menjadi ancaman bukan hanya bagi Eropa, tetapi Iran dan negara-negara Muslim lainnya. Arsitek Dinasti Ottoman membangun masjid-masjid besar yang mendominasi langit Istanbul dan kota-kota provinsi. Sistem hukum kesultanan terus menyulap kompleksitas etnis Balkan dan Timur Tengah, untuk mengetahui bagaimana pembiayaan dan pengelolaan Dinasti Ottoman.
Para khalifah Utsmani membangun khilafah Utsmaniyah dengan kerja keras dan keringat, dengan keberanian dan keajegan. Mereka membangun tiang-tiang negara dengan pondasi keimanan yang demikian kokoh (Shalabi, 2002: xii). Â
Maka ketika Republik Turki merayakan ulang tahun ke tujuh puluh lima dari pembentukannya pada tahun 1998, Republik Turki memiliki kepercayaan diri untuk merencanakan perayaan pada millenium kedua untuk memperingati 700 tahun sebelum berdirinya Kekaisaran Ottoman.
Penetapan Tahun Permulaan Dinasti
Tetapi mengapa tahun 1299 M harus dianggap sebagai tanggal pendirian kekaisaran? Padahal pada tahun tersebut tidak ada pertempuran terkenal, tidak ada deklarasi kemerdekaan atau penyerbuan terhadap Bastille.
Penjelasan paling sederhana dan paling meyakinkan terkaitnya adalah bahwa tahun itu sesuai dengan tahun 699-700 dalam kalender Islam. Di mana ia adalah tahun yang tepat untuk pergantian penanggalan antara dua komunitas agama besar. Tahun tersebut dipandang paling baik untuk menandai berdirinya sebuah kerajaan yang membentang di Eropa dan Timur Tengah.
Ketika Konstantinopel jatuh ke Dinasti Ottoman Mehmed II pada 1453 M, sejarawan modern percaya bahwa inilah awal mula kesultanan. Meskipun faktanya Wangsa Utsmani telah dinisbatkan kepada Osman Bey atau Osman Ghazi (w. 1323/4), tanggal ini telah diambil untuk melambangkan awal dari kekuatan Dinasti Ottoman. Masa ini adalah masa penciptaan pondasi kekaisaran dan dimulainya kekuatan Ottoman yang sebenarnya (Fleet, 2009: 1).
Editor: Shidqi Mukhtasor