Murad I, atau Murat dalam ejaan Turki, lahir di Sogut 29 Juni 1326 dan wafat di Kosovo pada 13 Juni 1389. Beliau adalah penguasa ketiga (emir dan sultan) dari Dinasti Ottoman pada 1362–1389. Beliau juga dikenal sebagai Penakluk Balkan, juga dijuluki Hudavendigar (Yang Disayang Tuhan). Beliau adalah putra Sultan Orhan dengan Nilufer, putri penguasa Byzantium Yarhisar. Sultan Murad I menjadi penguasa ketiga kerajaan Ottoman pada tahun 1362.
Meskipun sebagian besar sejarawan Utsmaniyah tidak menganggapnya sebagai sultan, tetapi penulis sejarah Dinasti Ottoman, Ahmedi, menyebutkan Murad sebagai sultan. Beliau hidup sezaman dengan Murad, dan pernyataannya berdasarkan prasasti pentahbisan bertanggal 1388. Murad adalah sultan yang terkenal dengan penaklukan besar terhadap Balkan, Â atau Utsmani menyebutnya sebagai Rumelia.
Pada saat kematian Sultan Murad I pada tahun 1389, wilayah Dinasti Ottoman mencapai lebih dari tiga kali lipat dari sebelumnya, mencapai sekitar 100.000 mil persegi. Pencapaian tersebut lebih besar dibandingkan dengan 29.000 mil persegi di bawah Sultan Orhan, ayahnya. Kekuasaannya tersebar merata di Eropa dan Asia Kecil.
Selain penaklukan secara langsung, beberapa penguasa dan raja Kristen di Balkan juga telah menjadi bawahan Dinasti Ottoman. Mereka harus membayar upeti dan memberikan pasukan kepada Dinasti Ottoman saat dipanggil. Sultan Murad I juga memberikan perhatian kepada perubahan taktik perang, institusi militer Ottoman dan administrasi pemerintahan.
Naik Tahtanya Murad I
Kakak Sultan Murad, Suleyman Pasha, sebenarnya dalah ahli waris setelah ayah Murad, Sultan Orhan. Suleyman telah mendirikan benteng Dinasti Ottoman pertama di Balkan setelah menduduki benteng Bizantium di Tzympe, barat daya Gallipoli di pantai Eropa Dardanella. Peristiwa ini terjadi ketika Sultan Orhan masih hidup pada tahun 1352.
Menggunakan peluang gempa bumi dahsyat yang menghancurkan tembok beberapa kota Bizantium di semenanjung Gallipoli pada 1354, Suleyman menduduki Gallipoli. Dengan pendudukannya, pasukan Utsmani dapat membangun jembatannya di Eropa. Namun, kematiannya pada tahun 1357 membuka jalan ke tahta bagi Murad I.
Setelah kematian ayahnya pada musim semi pada tahun 1362, Murad I naik tahta sebagai Sultan Dinasti Ottoman di Bursa. Kenaikan tahtanya ialah setelah memenangkan perang saudara melawan adik laki-lakinya dan para pendukungnya, yaitu para amir Turki Anatolia, dari Karaman dan Eretna.
Metode Penaklukan Sultan Murad I
Sejarawan Dinasti Ottoman menyebut Murad I sebagai seorang Ghazi. Hal ini menunjukkan bahwa ia memperluas Kesultanan Dinasti Ottoman dengan ghaza, yaitu dengan perang suci yang diilhami secara religius melawan musuh. Meskipun sebenarnya secara istilah ghaza ini juga berarti serangan tanpa motif agama apa pun.
Keberhasilan Sultan Murad I disebabkan oleh teknik penaklukan lainnya serta invasi militer Ottoman. Ada tiga metode penaklukan yang sangat penting. Yang pertama adalah pernikahan antar dinasti yang diakhiri dengan penguasa Kristen dan Muslim di Balkan dan kerajaan Turki Anatolia. Karenanya, Dinasti Ottoman memperoleh wilayah baru dan bantuan militer, dan berhasil menundukkan sekutu mereka menjadi pengikut.
Metode kedua adalah migrasi penduduk secara spontan, serta pemukiman kembali yang diatur oleh negara terhadap para pengembara Turkoman dari Asia Kecil ke Balkan. Sultan Murad dan penerusnya meningkatkan jumlah Muslim yang berbahasa Turki di wilayah yang disengketakan.
Metode ketiga adalah memberikan wilayah kekuasaan militer Ottoman (Timars) kepada anggota bangsawan Kristen di Balkan. Pemberian wilayah kekuasaan tersebut adalah imbalan atas pengakuan mereka atas kekuasaan Ottoman. Dengan metode ini, Dinasti Ottoman mendapatkan pendukung dan kolaborator, sedangkan penguasa Kristen Balkan tetap mempertahankan sebagian dari tanah mereka sebelumnya.
Perkembangan Kelembagaan Dinasti Ottoman
Pemerintahan Sultan Murad I juga bertanggungjawab terhadap pembentukan beberapa institusi penting untuk memperkuat militer dan pemerintahan Dinasti Ottoman. Penulis sejarah Dinasti Ottoman memuji salah satu pejabat Sultan Murad I, yaitu Kara Halil Hayreddin Pasha (wafat 1387). Kara Halil berjasa atas pembentukan infanteri yaya (pasukan jalan kaki) dan kemudian (pada tahun 1370-an, atau mungkin sebelumnya) berubah menjadi korps Yanisari. Korps Yanisari adalah pengawal penguasa yang segera berevolusi menjadi infanteri elit profesional, pasukan tetap pertama di zaman Eropa kontemporer.
Sistem penyerahan/pengambilan anak (devÅŸirme), yang merupakan metode perekrutan Janissari dan beberapa pelayan pemerintah, juga diperkenalkan di era Sultan Murad I. Sehubungan dengan kemajuan Dinasti Ottoman di Balkan, Sultan Murad I juga menunjuk guru (lala) sekaligus jenderalnya, Lala Åžahin Pasha sebagai beylerbeyi pertama, atau Gubernur Jenderal untuk wilayah Rumelia. Dengannya, Sultan Murad I berhasil mendirikan sistem ‘pergubernuran’ Dinasti Ottoman pertama di Balkan.
Kesempatan Sultan Murad I di Anatolia
Sultan Murad I berperang di Anatolia sampai sekitar tahun 1365 untuk menstabilkan pemerintahannya di sana. Sejarawan Dinasti Ottoman mengklaim bahwa ia kemudian (sekitar tahun 1375 atau 1381) memperoleh wilayah di Germiyan dan Hamid di Anatolia Barat, masing-masing melalui pernikahan dan pembelian.
Namun, sumber lain menunjukkan bahwa kampanye Utsmaniyah telah terjadi sebelum peristiwa ini. Akuisisi oleh Murad I membawanya berkonflik dengan Karaman, emirat Turki paling kuat di Anatolia, yang juga mengklaim beberapa wilayah yang telah dianeksasi oleh Murad. Sikap Emirat Karaman terhadap ekspansi Dinasti Ottoman di Asia Kecil menunjukkan bahwa pernikahan dinasti yang biasa digunakan oleh Ottoman tidak selalu berhasil.
Sultan Murad I mencoba untuk menundukkan Alaeddin (memerintah 1361–1398) dari Emirat Karaman dengan menikahkan putrinya, Nilufer, dengan Alaeddin. Meskipun setelah itu Sultan Murad harus melancarkan kampanye melawan ayah mertuanya tersebut pada tahun 1386. Pertempuran terakhir terjadi pada 1386 dekat Ankara, ibukota Turki Modern. Pertempuran ini menjadi bukti keunggulan militer Dinasti Ottoman yang sangat terorganisir atas pasukan pengembara tradisional Karamanid. Pengorganisasian yang rapi ini menjadikan putra Sultan Murad I, Pangeran Bayezid, mendapat julukan Yıldırım (Petir) atas keberaniannya sebagai seorang pejuang.
Berkat istrinya yang berdarah Ottoman, Alaeddin dari Karaman lolos dari kekalahan total dan kehilangan wilayah. Namun karena kekalahannya dia harus menyerahkan BeyÅŸehir di perbatasan barat Karaman kepada Murad. Kemenangan ini memungkinkan Murad I untuk merebut (pada 1386 atau 1388) emirat Turkoman kecil di Teke, selatan Hamid. Dengan mencaplok wilayah-wilayah ini, Sultan Murad I menguasai jalur perdagangan yang menguntungkan. Jalur perdagangan tersebut menghubungkan ibukotanya di Bursa dengan Antalya, pelabuhan Mediterania di barat daya Anatolia.
Sultan Dinasti Ottoman yang Syahid
Pertempuran Kosovo yang terjadi pada 15 Juni 1389 berakhir dengan kemenangan Dinasti Ottoman, baik Murad dan Lazar (Raja Serbia) kehilangan nyawa mereka. Mengenai hal ini ada banyak versi tentang terbunuhnya Sultan Murad I. Sumber lain mengatakan Murad I dibunuh oleh seorang tentara (bernama Milos Obilic) yang berpura-pura masuk Islam, dengan pisau ketika Sang Sultan tanpa lengah.
Putra Murad I, Bayezid I (memerintah 1389–1402), yang hadir dalam pertempuran, mengambil alih kekuasaan. Sedangkan Stephan Lazarević, putra dari penguasa Serbia yang telah meninggal, menjadi pengikut Bayezid I.
Sejauh mana penaklukan dan keberhasilan Utsmaniyah yang berkaitan dengan keterampilan dan kebijakan pribadi Sultan Murad I sulit untuk dikatakan. Meskipun kualitasnya sebagai komandan dan penguasa militer tidak dapat disangkal, tampaknya para penguasa (perbatasan) Turki, terutama Evrenos di Makedonia dan MihaloÄŸlus di Bulgaria, memainkan peran penting dalam mendorong perkembangan wilayah Kesultanan Utsmaniyah.
Demikian pula, salah satu jenderal kenamaan Murad I, Lala Şahin dan Candarlı Kara Halil Hayreddin Pasha dan, setelah kematiannya pada tahun 1387, putranya Ali Pasha, berperan penting dalam penaklukan militer Murad. Mereka memilki sumbangsih besar dalam membentuk institusi militer dan administrasi negara Dinasti Ottoman yang sedang berkembang. Karena sumbangsih mereka, struktur administrasi Dinasti Ottoman menjadi lebih kompleks dan terpusat pada akhir masa pemerintahan Murad.
Editor: Shidqi Mukhtasor