Feature

Empat Peran Gus Sholah Mendekatkan NU-Muhammadiyah

1 Mins read

Gus Sholah adalah jembatan Muhammadiyah dan NU. Peran beliau dalam merekatkan kedua ormas terbesar di negeri ini tidak dapat dipungkiri. Beliau ini sosok yang seringkali datang, berkomunikasi, dan bekerjasama dengan Muhammadiyah. Setidak-tidaknya, kapasitas beliau mewakili NU—sekalipun secara kultural—ketika datang, berkomunikasi, dan bekerjasama dengan Muhammadiyah. Paling tidak, ada tiga hal yang sempat saya ketahui peran Gus Sholah dalam mendekatkan NU-Muhammadiyah:

Pertama, mendirikan SMA-Trensains (Pesantren Sains) di Tebuireng yang digagas oleh Gus Pur (Agus Purwanto). Gus Pur ini Ulama Muhammadiyah, penggagas dan pendiri SMA Trensains di Sragen. Sehingga saat ini, ada dua SMA-Trensains, yaitu  SMA-Trensains di Tebuireng dan SMA-Trensains Muhammadiyah di Sragen. Atas peran Gus Sholah inilah, NU kini memiliki Trensains sama seperti Muhammadiyah.

Kedua, di saat Pilpres semakin memanas dan kondisi umat Islam saling berhadap-hadapan, Gus Sholah memecah suasana dengan menawarkan kerjasama produktif antara NU (kultural) dengan Muhammadiyah. Melalui Pondok Pesantren Tebuireng dan Universitas Muhammadiyah Surakarta, terjalin kerjasama penyelenggaraan Seminar Pemikiran KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari. Tujuan seminar kerjasama ini untuk menggali pemikiran dan teladan politik dari kedua ulama dan tokoh nasional pendiri dua ormas terbesar di Indonesia.

Ketiga, Gus Sholah terlibat dalam proses inisiasi pembuatan film Dua Ulama, yaitu KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari, melalui Yayasan Tebuireng berkerjasama dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Lembaga Seni Budaya dan Olahraga yang dipimpin oleh Ustadz Syukriyanto AR. Dan kemarin, tepat tanggal 02/02/2020 film ini di-launching, dan pada hari itu pula, beliau wafat.

Keempat, sependek pengetahuan saya selama ini, beliau juga beberapa kali mendatangkan Prof Dr M Amin Abdullah untuk memberi pencerahan bagi para pengasuh/akademisi pondok. Amin Abdullah adalah mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga yang juga mantan Ketua Majelis Tarjih  dan Tajdid (dulu Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.  

Baca Juga  Peneguhan Moderasi Islam ala Muhammadiyah

Innaalillaahi wainnaa ilaihi raaji’un. Tidak hanya NU yang kehilangan sosok Guru Bangsa ini. Kita semua merasa kehilangan. Semoga Gus Sholah mendapat tempat yang mulia di sisi-Nya. Aamiin!

Penulis: Azaki K

Editor: Arif
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds