Greendeen | M. Mushtafa dalam bukunya Sekolah dalam Himpitan Google dan Bimbel menyebutkan bahwa manusia modern hidup semakin menjauh dari alam. Produk teknologi yang semakin canggih memutus ikatan suci manusia dengan alam.
Karena itu, manusia merasa tidak punya beban untuk mengeksploitasi alam demi memenuhi kepentingannya yang sempit. Tanah, air, hutan, dan sumber daya alam boleh digunakan dengan cara apa saja.
Islam sebagai sebuah ajaran atau agama yang universal, tidak hanya berbicara masalah ritual saja, akan tetapi juga berbicara masalah kemanusiaan dan nilai-nilai sosial. Artinya, Islam juga turut berperan dalam menjaga dan peduli dengan permasalahan kemanusiaan dan problematika sosial.
Buku tentang Peduli Lingkungan
Ada banyak buku tentang peduli lingkungan. Misal, buku yang ditulis oleh Will mcCallum yang orientasinya lebih ke penjagaan laut. Buku yang ditulis oleh Martin Dorey yang orientasinya lebih ke anti plastik. Verelina Daniel yang orientasinya pada pendidikan anak untuk lebih dan mencintai alam. Namun, buku yang dibahas oleh Ibrahim Abdul Matin sama sekali berbeda.
Abdul Matin berusaha bagaimana memadukan antara agama yang ia anut dan cintanya terhadap lingkungan. Dia melakukan penelitian bagaimana seharusnya agama menjawab berbagai persoalan yang dihadapi umat manusia tentang lingkungan. Dia yakin bahwa agamanya memberikan arahan dan pengajaran bagaimana mengolah alam.
Mulanya, dia terinspirasi dari salah seorang teman yang berasal dari Indonesia, yakni Ridwan dan istrinya Labinsky. Ridwan menceritakan bagaimana di negaranya makanan segar dan organis mudah didapat (232). Untuk mendapatkan sayur, tidak perlu membeli di swalayan, cukup memetik di pagar. Gambaran negara Indonesia yang Ridwan ceritakan memikat hati Matin.
Di sisi lain, sebagai sesama muslim, hidup di negeri Paman Sam ini cukup sulit. Pasalnya, skeptis terhadap agama Islam sejak terjadinya pengeboman WTC (World Trede Center) di Amerika membuat agama Islam terpojok. Tuduhan-tuduhan pelaku dari umat muslim, seolah-olah agama Islam adalah agama yang tidak cinta damai, kejam dan ekstrim.
Memperjuangkan Greendeen: Agama yang Cinta Lingkungan
Usaha yang dilakukan oleh Ibrahim Abdul Matin dalam memperjuangkan agama dan cinta lingkungan tidak hanya bersifat gerak di lapangan. Juga, Matin mengaungkan pahamnya melalui buku Greendeen. Pembacaannya terhadap alam di tempat tinggalnya sebagai bukti konkret dari isi dari buku ini. Mulai dari limbah, energi, air, hingga makanan.
Ada enam prinsip yang Matin tawarkan dalam buku ini. Pertama, memahami kesatuan Tuhan dan ciptaannya. Kedua, melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan di mana saja. Ketiga, menjadi khalifah di muka bumi. Keempat, menjaga amanat Tuhan. Kelima, memperjuangkan keadilan. Keenam, hidup selaras dengan alam (mizan).
Ada beberapa glorasium istilah-istilah yang mungkin tidak dimengerti oleh pembaca di bagian akhir. Sebab, besar kemungkinan para konsumen dari buku ini ada pula yang dari non-muslim.
Maka, Matin berinsiatif istilah-istilah tersebut dimasukkan sebagai lidah untuk semakin memantapkan hati para pembaca bahwa buku yang dia tulis benar-benar mewakili dari agama yang ia anut.
Kita tahu bahwa agama Islam sudah sempurna dengan kitabnya. Namun, ada beberapa teks yang memang perlu dan harus dijabarkan. Matin mengaku bahwa dia tidak terlalu kompeten dalam menafsirkan kitab suci (11).
Pun demikian, buku ini tidak dalam ruang lingkup yang besar. Hanya saja pembacaan terhadap lingkungan di Amerika. Kondisi yang berbeda dengan lingkungan Islami, Ibrahim Abdul Matin berusaha menghapus dan menghilangkan tanda merah terhadap agama Islam.
Ajakan Matin dalam buku ini amat relevan dengan kondisi masyarakat Tanah Air yang majemuk. Menurutnya, komunitas agama apa pun perlu bersatu dan menjadi sumber kekuatan bagi gerakan lingkungan. Penganut semua agama bisa menjadi para pembela bumi.
Saya ingin mempertemukan kaum muslim dengan para pemeluk agama lain, bukan untuk memperdebatkan kerumitan teologi, tapi untuk meyakini bersama-sama bahwa secara kolektif, dilandasi rasa keagamaan masing-masing, kita bisa bekerjasama melindungi planet ini (41).
***
Kerja antariman ini memberikan pesan bahwa konsep penjagaan bumi dapat mendorong kaum beriman untuk terlibat dalam gerakan antariman tanpa harus mengakui satu “keyakinan” yang sama.
Dengan kerja antariman ini, diharapkan lingkungan akan hijau dan subur, manusianya pun rukun dan makmur. Dalam hal ini, Matin tak hanya memberi ajakan tapi juga teladan. Ia bergabung dengan Interfaith Center di New York. Organisasi ini mengajak banyak orang dari berbagai latar agama untuk bersama-sama mewujudkan keadilan lingkungan.
Setiap peneliti pasti akan dipengaurhi oleh disiplin ilmu pengetahuan dan faktor lingkungan. Pun demikian yang terjadi pada karya Abdul Matin ini. Buku ini menjelaskan bahwa agama Islam adalah agama hijau. Siapapun boleh memilikinya.
Matin menyuguhkan perspektif dirinya sendiri mengenai hubungan antara Islam dan pelestarian lingkungan. Contoh-contoh domestik yang dikemukakan adalah gambaran umum yang juga dan akan dialami oleh negara-negara di luar benua Amerika.
Buku ini layak disebut sebagai buku pergerakan. Abdul Matin selain bergerak dalam organisasi, dia juga aktif dalam menyuarakan pemikiran dan cintanya melalui tulisan.
Slogannya adalah hidup secara lokal dan maju secara global. Benar memang, hidup sederhana sebagaimana yang diajarkan oleh agama Islam, menjadikan Matin bergerak global. Yakni gerak yang berusaha bagaimana setiap manusia peduli dan cinta terhadap lingkungan.
Terlepas dari itu semua, semoga dengan hadirnya buku ini bisa membangun kembali kesadaran dan kepedulian kita terhadap lingkungan.
***
Buku : Greendeen (Inspirasi Islam dalam Menjaga dan Mengelola Alam)
Penulis : Ibrahim Abdul Matin
Penerbit : Zaman
Terbitan : 2012
ISBN : 978-979-024-319-4
Tebal Buku : 318
Editor: Yahya FR