Inspiring

Gus Iqdam: Gus Muda untuk Anak Muda

3 Mins read

Belakangan, para kiai muda Nahdlatul Ulama (NU) nampaknya sedang digandrungi kawula muda. Misalnya, ada K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), K.H. Reza Ahmad Zahid (Gus Reza), dan K.H. Muhammad Abdurrahman Al-Kautsar (Gus Kautsar). Selain itu, masih banyak lagi kiai muda NU yang terbang dengan coraknya masing-masing. Teranyar, Gus Iqdam juga turut mewarnai dinamika dakwah NU. Pendakwah dengan nama asli Agus Muhammad Iqdam Kholid juga akhir-akhir ini terlihat berseliweran di berbagai platform digital.

Gus Iqdam terlihat sangat piawai dalam merangkul anak muda. Terlihat dari jamaah yang hadir di majelisnya yang mayoritas adalah pemuda dengan background hidup beragam, mulai dari pemuda yang biasa saja, berandalan, hingga pemandu karaoke. Bahkan, penyanyi dangdut kondang sekelas Happy Asmara (Heppy Rismanda Hendranata) juga turut hadir dalam majelis rutin di markas pusat Sabilu Taubah –majelis ta’lim yang didirikan Gus Iqdam di Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Faktor-faktor di atas juga yang mendorong dakwahnya viral di berbagai platform digital yang didominasi kaum muda, mulai dari platform video pendek seperti TikTok dan Reels Instagram; hingga video panjang seperti Youtube. Khusus untuk video pendek, mereka – pemuda – memotong poin-poin penting yang disampaikan Gus Iqdam dalam dakwah yang diunggah di Youtube, kemudian mengunggahnya di platform video pendek dengan akun pribadinya.

Biografi Gus Iqdam

Agus Muhammad Iqdam Kholid lahir di Kabupaten Blitar pada tanggal 27 September 1994, masih sangat muda bukan? Ya, terbilang masih sangat muda dengan ukuran pendakwah NU. Bahkan, dengan usia kiai muda NU yang telah disinggung di atas pun usianya terpaut lumayan jauh. Namun, siapa sangka jika hal itu yang justru mengantarkannya menjadi role model bagi generasi muda.

Baca Juga  Anak Muda dan Ancaman Westernisasi

Melihat dari gelar dalam sapaan akrabnya, yakni “Gus”, tentunya beliau bukan orang sembarangan. “Gus” sendiri merujuk pada gelar bagi anak laki-laki dari seorang kiai, sehingga dapat disimpulkan bahwa Gus Iqdam merupakan putra seorang kiai, yakni K.H. Kholid. Ibunya yang bernama Nyai Hj. Lanratul Farida merupakan anak dari pendiri Pondok Pesantren Mambaul Hikam, Mantenan Udanawu, Kabupaten Blitar. Bahkan, Gus Iqdam juga menjadi pengasuh di Pondok Pesantren Mambaul Hikam II, Karanggayam, Srengat, Kabupaten Blitar.

Fakta menarik tentang Gus Iqdam yang perlu diketahui adalah, ia merupakan santri dari salah satu kiai muda NU yang disinggung di atas, yakni Gus Kautsar. Ya, jauh sebelum menjadi seperti sekarang, Gus Iqdam memang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kabupaten Kediri, yang diasuh oleh Gus Kautsar. Oleh karena itu, soal sanad keilmuannya tidak perlu diragukan lagi bukan?

Beranjak dewasa, Gus Iqdam kemudian mempersunting Ning Nilatin Nihayah, atau akrab disapa Ning Nila pada tanggal 24 Februari 2021. Seorang hafidzah –penghafal al-Qur’an—tersebut merupakan putri dari Almaghfurlah K.H. Thoha Widodo Zaini, dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Dari pernikahan tersebut, Gus Iqdam dan Ning Nila dikaruniai anak laki-laki dengan nama Agus Ahmad Novel Zubaidi Al Munawwir, atau akrab disapa Gus Novel.

Mendirikan Majelis Ta’lim Sabilu Taubah dan Merangkul Kaum Muda

Dari nama majelisnya, yakni “Sabilu Taubah” yang berarti “Jalan Taubat”, bisa dilihat bahwa majelis ini menjadi wadah jamaahnya yang mayoritas adalah pemuda berideologi jalanan, anak marjinal, maupun yang berurusan dengan kriminal. Tak perlu heran jika saat hadir di majelisnya, banyak sekali pemuda bertato, sebab memang demikianlah sebab majelis ini didirikan. Namun, bukan berarti anak kecil, orang tua, maupun pemuda yang baik-baik saja tidak boleh datang kemari, sebaliknya justru dianjurkan.

Baca Juga  Hayyunah, Perempuan "Gila" yang Cinta Mati kepada Sang Maha Cinta

Nampaknya, majelis ini berjalan sangat sukses menyasar targetnya. Gus Iqdam selaku pengasuh, sebenarnya mengaku bahwa majelisnya jauh dari kata ideal, namun menurutnya yang terpenting dari ngaji adalah niatnya. Terbukti bahwa jamaahnya yang memiliki latar belakang “unik”, berangsur-angsur berubah menjadi lebih baik, selayaknya muslim pada umumnya.

Keberhasilan itu juga tak lepas dari metode pendekatan yang digunakan Gus Iqdam dalam Majelisnya, yakni dengan menggunakan bahasa yang bisa diterima berbagai kalangan, atau dalam istilah jawa tidak menggunakan bahasa yang “ndakik-ndakik”. Selain itu, ia juga tidak men-judge mereka dengan keburukan, melainkan justru meyakinkan mereka bahwa segalanya dapat dirubah.

Majelis Sabilu Taubah sendiri didirikan Gus Iqdam di akhir tahun 2018 dengan jumlah jamaah yang hanya tujuh orang. Namun dengan istiqomahnya Gus Iqdam, tak bisa disangka bahwa saat ini justru majelis itu menjadi sangat fenomenal dengan jamaah yang ribuan jumlahnya. Tidak hanya ta’lim, majelis ia juga mengajak jamaahnya untuk bershalawat untuk mengagungkan Nabi Muhammad Saw dan berdzikir seraya mengingat Allah Swt. Namun, memang ta’lim ini yang sangat fenomenal.

Dari sini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa keistiqomahan itu penting dalam melaksanakan apapun. Selain itu, kita juga dapat meneladani pendekatan yang dipakai Gus Iqdam dalam merangkul pemuda-pemuda tersebut. Sebab, mengambil hati mereka tentunya tidak sama dengan cara mengambil hati pemuda yang memiliki background kehidupan biasa-biasa saja.

Editor: Soleh

Fachrul Dedy Firmansyah
6 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *