Report

Hamim Ilyas: Fondasi dan Landasan Agama Islam

2 Mins read

IBTimes.ID – Hamim Ilyas, Wakil Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan bahwa Teologi yang dominan dianut umat adalah teologi pritilan. Yaitu ajaran yaitu yang diambil dari suatu ayat, hadis, atau tradisi. Satu pandangan ulama saja sudah dipandang sebagai ajaran Alquran yang utuh.

“Sehingga yang digunakan bukan teologi yang utuh. Teologi yang utuh adalah ajaran yang dirumuskan dari Alquran dan hadis. Dan Alquran dan hadis bukan pritilan, tetapi sebagai satu kesatuan. Dunia teks Alquran adalah rahmat,” ujarnya.

Hal ini ia sampaikan dalam Webinar Daring “Dari Kita untuk Mereka” yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta. Webinar yang diselenggarakan pada Senin (7/9) ini dilaksanakan melalui Zoom dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube.

Ia mengutip surat Al-Qashshash ayat 26 yang berbunyi:

وَمَا كُنتَ تَرْجُوٓا۟ أَن يُلْقَىٰٓ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبُ إِلَّا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا لِّلْكَٰفِرِينَ

Artinya: “Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.”

Hamim menyebut hadis juga secara tegas menyebutkan seperti itu. Ada hadis yang menjadi tugas kenabian sentral yang menggerakkan seluruh tugas kenabian. Yaitu hadis riwayat imam Muslim yang berbunyi: “inni lam ub’ats la’anan. Innama bu’itstu rahmatan. (Aku tidak diutus untuk menjadi laknat. Aku diutus untuk menjadi rahmat)

Sehingga dunia teks Alquran dan hadis itu adalah rahmat. Pengertian rahmat dalam bahasa Arab berarti cinta yang ekspresinya memberikan kebaikan nyata kepada yang dikasihi. Imam Al-Mawardi mengartikan rahmat dengan anugerah kepada pihak yang membutuhkan.

Baca Juga  Jokowi: Jadikan Tahun Baru Hijriah Momen Perkuat Ikhtiar Lawan Pandemi

Menurut Hamim Ilyas, Alquran diwahyukan dan hadis disabdakan, untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup supaya hidup dengan baik (hayah thoyyibah). Kehidupan yang baik diperoleh melalui iman dan amal saleh. Hal ini dapat dilihat dalam surat An-Nahl ayat 97 dan surat Al-Baqoroh ayat 62.

“Maka An-Nahl 97 dan Al-Baqoroh 62 jika dihubungkan menjadi ukuran-ukuran hidup baik. Ukuran hidup baik menurut kedua ayat ini adalah sejahtera sesejahtera-sejahteranya, damai sedamai-damainya, dan bahagia sebahagia-bahagianya. Itulah dunia teks Alquran,” ujarnya.

Penggunaan teologi pritilan mengakibatkan umat mengalami krisis inspirasi dari Islam dan tidak mengetahui arah yang benar dalam menyelenggarakan semua bidang kehidupan yang mereka jalani. Karena krisis inspirasi, umat sekarang secara mendasar mengalami krisis kebudayaan. Kebudayaan dalam pengertian hidup yang dijalani dengan belajar.

Jalan keluarnya, menurut penulis buku Fikih Akbar ini, harus dikembangkan teologi yang utuh untuk mengatasi krisis inspirasi dan krisis kebudayaan. Sehingga umat berada dalam rel yang benar dalam menyelenggarakan semua bidang kehidupan.

Fondasi dan Landasan Islam

Islam tidak sekedar memiliki fondasi, tapi juga memiliki landasan. Ibarat bangunan, landasannya adalah tanah. Landasan Islam yang pertama adalah tauhid rahamutiyah. Allah menjadi Ilah berdasarkan rahmat, menjadi Rabb berdasarkan rahmat, menjadi Malik berdasarkan rahmat, dan mengaktualisasikan seluruh asma dan sifatnya berdasarkan rahmat. Allah juga mengaktualisasikan Alquran berdasarkan rahmat.

Kedua, kenabian rahmat. Nabi Muhammad diutus untuk mewujudkan hayah thoyyibah. Misinya sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemberi peringatan). Tugas kenabian sentralnya sebagai rahmat dengan tugas-tugas kenabian pendukung menyempurnakan akhlak dan mendakwahkan agama.

Ketiga, kitab suci rahmat. “Alquran diturunkan untuk menciptakan hayah thoyyibah. Hasil penerapan Alquran, seperti dalam surat Ibrahim, adalah mengeluarkan umat manusia dari kegelapan ke dalam terang benderang. Tidak ada perlindungan terhadap perempuan berarti kegelapan. Adanya perlindungan berarti terang benderang,” jelasnya.

Baca Juga  Al-Yusr sebagai Hakikat Prinsip Moderasi Beragama

Hamim Ilyas menyebut fondasi agama Islam yang pertama adalah risalah rahmat. Risalah rahmat berarti agama universal, agama rasional, agama mudah dan terbuka, agama peduli, dan agama peradaban, bukan agama prajurit. Maka, untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin, Islam pro peradaban. Pro penyelenggaraan hidup yang baik.

Menurutnya, hidup yang baik terlaksana apabila ada kecerdasan pikiran, ada kekayaan batin. Sehingga Islam mengajarkan kecerdasan pikiran dan kekayaan batin. Antara kekayaan batin yang utama adalah adil dan jujur.

Reporter: Yusuf

Admin
188 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Hamim Ilyas: Islam Rahmatan Lil Alamin Tidak Sebatas Jargon

1 Mins read
IBTimes.ID – Hamim Ilyas Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan, Islam Rahmatan Lil Alamin harusnya tidak sebatas jargon belaka,…
Report

Najib Burhani: Kelompok Ekstremis Mengincar Anak Muda di Media Sosial

2 Mins read
IBTimes.ID – Ahmad Najib Burhani Cendekiawan Muda Muhammadiyah menyampaikan, kelompok ekstremis kian mengincar anak muda lewat internet di media sosial. Hal ini…
Report

Robert W. Hefner: Muhammadiyah is the Most Organized Islamic Entity in the World

2 Mins read
Muhammadiyah as an organization that was established long before Indonesia’s independence has excellent educational, health, and social movements. This has received an…