Mengatur pola tidur adalah salah satu rahasia sehat Nabi Muhammad Saw. Sebab hidup yang berkualitas itu bukan hanya asupannya saja yang harus dijaga, tetapi juga dengan pola tidur yang harus dijaga. Karena tidur adalah cara istirahatnya manusia. Dengan tidur, seseorang bisa mencharger tubuh supaya dapat kuat melakukan aktivitas sehari-hari.
Nabi Muhammad yang diutus oleh Allah sebagai pembawa risalah sekaligus uswatun hasanah atau teladan yang baik bagi umatnya baik dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini jelas terekam dalam Quran: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al Ahzab: 21)
Ibnu Katsir menjelaskan ayat yang mulia ini merupakan sumber yang agung dalam meneladani Rasulullah SAW dalam perkataannya, dan perbuatannya, dan perilakunya. Sementara Imam al-Qurthubi mengemukakan bahwa dalam soal-soal agama, keteladanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam soal-soal keduniaan maka ia merupakan anjuran.
Menurut Syeikh Mutawalli Asy-Sya’rawi menerangkan dalam ayat ini, Rasulullah adalah orang pertama yang melakukan suatu kebaikan sebelum ia memerintahkan kepada para sahabat. Oleh karenanya, sahabat akan mengambil referensi dari Nabi atas segala pekerjaan, tindakan dan ucapan yang akan mereka lakukan. Ayat ini menjadi salah satu pokok agung perihal meneladani Rasulullah dalam setiap pekerjaan, ucapan, tingkah laku dan lainnya. Oleh karena itu, Allah memerintahkan semua manusia untuk menjadikannya sebagai teladan.
Dari sini kita dapat mengetahui bahwa Rasulullah adalah suri teladan bagi setiap umat muslim dalam setiap aspek kehidupan, termasuk juga kaitannya dengan masalah mengistirahatkan tubuh, beliau seorang manusia yang memiliki pola tidur yang sangat amat baik. Jadi sudah sepatutnya kita sebagai umatnya berusaha untuk belajar dari apa yang beliau lakukan.
Bagaimana Rasulullah Mengajarkan Pola Tidur yang Cukup?
Dikatakan bahwa waktu yang terbaik untuk tidur yaitu ketika malam hari. Sebab waktu malam merupakan suasana yang sepi, sunyi, dan tenang itu alasan mengapa waktu yang efektif untuk seseorang mengistirahatkan tubuhnya.
Rasulullah tidak pernah menyebutkan secara detail jam tidurnya beliau. Akan tetapi, banyak di dalam hadits disebutkan bahwasanya beliau tidur setelah shalat Isya dan bangunnya sesuai dengan yang difirmankan Allah, “Setengahnya (malam) atau kurang dari itu sedikit.” Sehingga waktu efektif tidur di malam hari itu kurang lebih selama enam jam. Diriwayatkan dalam hadits: “Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya’) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya begadang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain tidur malam, Rasulullah juga melaksanakan qailulah atau tidur dengan durasi sebentar di siang hari. Dikatakan qailulahnya Rasulullah itu beberapa pendapat menyebutkan ba’da dzuhur dan ada pula yang mengatakan sebelum waktu dzuhur. Sehingga jika dihitung dalam sehari, lama waktu Rasulullah itu tidur sebanyak delapan jam.
Memang dikatakan dalam ilmu kesehatan bahwasanya, tidur yang berkualitas seseorang itu dalam sehari 8-10 jam. Para ilmuwan dari Universitas College London juga mengatakan bahwa menyisihkan waktu untuk tidur sejenak di tengah kesibukan terbukti membantu otak kita bekerja lebih baik dan tetap berukuran lebih besar
Waktu yang Dilarang Rasulullah untuk Tidur
Rasulullah melarang seseorang untuk tidur setelah ashar sebab bisa membuat gila. Kemudian juga tidur di pagi hari tidak diperbolehkan karena bisa mencegah rezeki. Tidur di waktu dhuha juga kurang baik karena bisa mengurangi kecerdasan. Selain itu Rasulullah juga melarang tidur setelah makan. Kata Rasulullah, orang yang kebiasaan melakukan hal tersebut dapat membuat kerasnya hati. Jadi, misalkan kita mau tidur hendaknya dijeda setidaknya satu hingga dua jam setelah makan.
Sunnah-sunnah Sebelum Tidur
Rasulullah senantiasa berwudhu dahulu sebelum tidur. Dalam hadits dikatakan, “Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari)
Kemudian kita mengetahui bahwa Rasul sangat memperhatikan kebersihan, termasuk laku kebersihan beliau adalah membersihkan tempat tidur dengan cara mengibas-ibaskan kasur dan merapikannya. Sebagaimana dalam hadits Rasul bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian akan tidur hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan, ‘Bismillah,’ karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” (HR. Al-Bukhari)
Tidak lupa untuk berdzikir dan doa sebelum tidur. Sebab doa merupakan senjata seorang muslim. Oleh karena itu dalam segala hal, termasuk tidur hendaklah diawali dengan doa dan dzikir. Rasulullah bersabda,“Barangsiapa tidur di suatu tempat tanpa berdzikir kepada Allah, maka ia pun akan mendapatkan hal yang dia sesali dari Allah.” (HR. Abu Dawud)
Aisyah ra juga meriwayatkan bahwa, Apabila Rasulullah menuju pembaringannya setiap malam, beliau mempertemukan kedua telapak tangannya, lalu meniupnya sambil membaca: “Qul huwallahu Ahad,” “Qul A’uudzu bi Rabbil falaq,” dan “Qul A’udzu birabbinnas,” kemudian mengusapkan kedua telapak tangannya ke sekujur tubuhnya, dimulai dari kepala dan wajahnya serta tubuh bagian depan. Demikian beliau mengulanginya sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari Muslim, Tirmidzi, Ibn Majah, dan Abu Dawud)
“Posisi tidur yang terbaik seperti dicontohkan Rasulullah adalah miring ke kanan dengan menghadap ke arah kiblat. Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah posisinya di atas sisi kiri (rusuk kiri sebagai tumpuan). Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: Berbaringlah diatas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari)
Riset ilmiah dunia medis juga menjelaskan bahwa ada keuntungan besar yang didapat ketika seseorang tidur miring ke kanan. Di antaranya ialah menghalangai tekanan hati yang berlebihan pada lambung. Dapat mempercepat pengeluaran cairan di usus dan usus dua belas jari, berkat adanya gaya gravitasi, sebab mulut lambung menghadap ke bawah. Selain itu juga mempermudah proses kerja batang tenggorokan sisi kiri, dimana organ ini dapat dengan cepat menghasilkan cairan lendir. Juga membuat rileks gerak jantung dan lambung, atau mengurangi tekanan pada keduanya.
Kemudian juga meletakkan tangan kanan di bawah pipi kanan, sebab dikatakan dalam atsar, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud)
Sudah seharusnya kita memperhatikan teladan kita dalam segala hal, terkhusus dalam hal tidur. Sebab tidur dalam Islam bukan sekedar memejamkan mata dan lelap dalam kelelahan tanpa nilai tambah atau keunggulan. Tidur dalam Islam adalah satu fase yang harus memberikan spirit baru untuk lebih produktif dalam berkarya untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia. Wallahu a’lam bisshawab.
Editor: Soleh