Sore itu (25/5), kami petugas Media Center Haji (MCH) ingin kembali ke Daker (Penginapan) dari Bandara Madinah. Tapi kami tertunda berhenti seketika karena hujan datang sangat lebat. Orang-orang di Bandara pun banyak yang keluar heboh.
Hujan disertai angin yang begitu kencang. Awan terlihat agak gelap. Beberapa kali terlihat kilat disertai bunyi guntur terdengar dari langit.
Cuaca di Bandara Amir Mohammed bin Abdul Aziz seketika berubah lebih teduh setelah sejak pagi panas terik. Setelah hujan agak mereda, kami pun naik mobil penjemputan menuju penginapan.
Di perjalanan kami menjumpai mobil-mobil berhenti di pinggir sungai dan di tepian jalan. Kami kira ada apa. Ternyata, mereka begitu merayakan kegembiraan turunnya hujan. Hal ini bisa dipahami, mengingat jarangnya hujan di Arab Saudi.
Tak ayal, ketika hujan turun hari, mereka berbondong-bondong untuk turun ke jalan. Sungai-sungai pun menjadi ada airnya. Di sungai itu, orang-orang turun dari mobil dan mengitari sungai yang awalnya kering.
Biasanya udara begitu panas. Dengan turunnya hujan, suasana menjadi adem, sejuk dan damai. Di tengah cuaca terik, turunnya hujan sedikit memberikan kesejukan. Suhu udara yang biasanya mencapai 40an derajat celcius, sempat turun 30an derajat celcius.
Di tepian jalan, ada yang membawa makanan. Sambil menggelar tikar mereka duduk bersantai bersama keluarganya.
Kami sempat bertemu anak-anak sedang bermain dan berlari-lari. Mereka begitu riang gembira. Sekelompok anak kecil mendatangi kami dan menceritakan kegembiraannya. Katanya, hujan ini rahmat dari Allah.
Begitulah hujan di Arab. Hujan menjadi sesuatu yang langka dan istimewa. Hal ini tentu berbeda dengan kita di Indonesia yang biasa saja ketika turun hujan. Bagi masyarakat Arab, hujan merupakan berkah yang harus dirayakan.
Editor: Yusuf