Tarikh

Suasana Perayaan Idul Adha di Turki Utsmani

4 Mins read

dirayakan dengan meriah di berbagai yang ada penduduk muslimnya, termasuk Indonesia. Pada malam harinya sebelum Idul Adha masjid di mana-mana melantunkan gema takbir sejak Asar hingga masuk waktu sholat Ied.

Setelah sholat Id biasanya diadakan makan-makan bagi kalangan sendiri mapun mengundang sanak famili, kerabat ataupun para tetangga. Kemeriahan suasana Idul Adha ini juga  terjadi di Turki Utsmani. Turki Utsmani merupakan kerajaan yang berusia 6 abad dan sering mengadakan festival-festival keagamaan yang meriah, termasuk juga Idul Adha.

Pelaksanaan Sholat & Penyembelihan

Dalam tradisi Utsmani Idul Adha dikenal dengan Kurban Bayrami (Hari Raya Kurban) atau Büyük Bayrami (Festival Besar) pada tanggal 10 Zilhice (Arab: Dzulhijjah), merupakan bulan terakhir dalam kalender Islam.

Merupakan perayaan untuk memperingati pengabdian Nabi Ibrahim kepada Allah dengan kerelaannya untuk mengorbankan putranya Nabi Ismail (pendapat lain menyebutkan Nabi Ishak).

Di pusat kota Istanbul,beberapa sebelum hari raya tiba, para penggembala membawa ribuan domba untuk di bawa ke halaman depan Masjid Bayazid, di mana para kepala keluarga berkumpul. (Kia 2001, 145).

Pagi harinya saat hari raya tiba, umat Islam berkumpul di suatu tempat, di kota atau desa untuk menunaikan shalat. Setelah semua orang berkumpul, imam maju ke depan untuk memimpin sholat. Setelah sholat selesai dilaksanakan, Imam naik ke atas mimbar dan menyampaikan khutbah tentang makna dan postingan hari raya.

Ketika shalat selesai dilaksanakan, para jamaah kembali ke rumahnya masing-masing, lalu para keluarga mengambil domba dan kadang-kadang, kambing, unta, sapi, yang telah dia beli.

Lalu membaringkannya ke arah Mekkah. Sembari mengucapkan doa dan mengucapkan takbir (Allahu Akbar) sebanyak tiga kali dan sambil memohon diterimanya kurban mereka. Sambil mengucapkan basmallah, lalu menyembelih hewan tersebut.

Baca Juga  Potret Kemajuan Islam di Baghdad

Hewan yang halal untuk dimakan adalah yang disembelih sesuai dengan aturan syariat Islam. Pisau harus tajam dan ditempatkan tepat di tenggorokan, arteri karotis, dan kerongkongan sambil mengucapkan bismillah dan Allahu Akbar secara bersamaan.

Daging-daging tersebut kemudian dibagikan kepada orang miskin, kepada kerabat, dan untuk konsumsi pribadi. Setiap hewan harus sudah berumur dan tidak mengidap penyakit tertentu seperti mata minus, lumpuh dll.

Raja dan Perayaan Idul Adha

Sultan membuka Hari Raya Kurban di masjid kerajaan dengan dikelilingi oleh pejabat pemerintahan, pejabat pengadilan, dan juga dihadiri oleh para rakyatnya yang bersorak dan bergembira.

Setelah membuka acara, Sultan kembali ke Istana dan menyembelih hewan miliknya sendiri. Domba pertama yang ia sembelih ia persembahkan untuk dirinya sendiri, dan setelah itu dipersembahkan untuk setiap anggota kerajaan.

Domba yang disiapkan untuk sultan diberi makan di bawa oleh pejabar berpakaian khusus selama Kurban Bayram. Kadang juga hewan kurban dikirim ke madrasah, atau sekolah dan kepada yang membutuhkan.

Upacara hari besar Islam tidak hanya penting dalam keagamaan di kerajaan. Hal tersebut juga mempunyai efek yang besar dalam mengungkap keagungan Turki Utsmani.

Sebab di dunia Islam, pemerintahan tidak hanya diukur dengan kekuatan militer, tetapi juga oleh kemegahan istana dan perayaan-perayaan publik yang meriah.

Sultan sendiri yang memilih masjid yang akan digunakan untuk salat Ied, dan biasanya di Hagia Sophi atau Masjid Biru. Merupakan kebiasaan bagi para sultan untuk melaksanakan salat subuh pada hari raya di Kamar Relik Suci.

Kemudian sultan anak menaiki kuda untuk berangkat ke masjid. Tidak ada yang bisa menandingi gagahnya sultan di atas kudanya. Tali kekang kuda dihiasi dengan emas, mutiara, dan pertama.

Baca Juga  Abu Dzar al-Ghifari: Sahabat yang Radikal dan Revolusioner

Semua umat Muslim, baik kaya, miskin, tua dan muda merayakan hari libur ini dengan mengenakan pakaian terbaik mereka dan berpartisipasi dalam shalat hari raya di masjid.

Orang-orang kaya menganugerahkan hadiah dan sedekah. Sementara anak-anak ditawari permen, buah-buahan, dan mainan yang dijual oleh orang Kristen dan Yahudi.

Seorang pengunjung Eropa, yang berada di Istanbul pada tahun 1836, menggambarkan kemegahan dan sukacita yang dirasakannya selama hari raya Idul Fitri di seluruh penduduk ibukota.

Dia menulis, bahwa pelabuhan Istanbul yang Indah dihiasi dengan bendera, semua bisnis diliburkan, para pria saling menggenggam tangan di jalan-jalan dan mengucapkan salam, dan orang-orang miskin bergegas keluar dari rumah untuk mengambil jatah daging kurban mereka (Kia 2001, 146).

Hari Raya Idul Adha Merupakan Hari Libur

Hari raya juga dinyatakan sebagai hari libur di negara Utsmani. Sebelum hari raya, para perwira militer dan pegawai negeri diberikan bonus gaji. Selama hari raya, tentara diberi gula, domba, halva, salad, dan baklava sementara polisi diberi satu fezi dan rumbai. 

Hadiah juga diberikan kepada ulama masjid besar seperti Hagia Sophia, Masjid Biru, Masjid Suleymaniye, dan Masjid Fatih.

Pada hari pertama Bayram, halva dibagikan kepada para tahanan penjara. Beberapa tahanan yang menjalani dua pertiga dari hukuman mereka diampuni di kesempatan hari raya.

Orang-orang Istanbul merayakan baik Ramadhan Bayrami dan Kurban Bayrami dengan hiburan yang luar bisa, makan bersama di jalan-jalan, dan sholat dan menghias masjid dengan lampu.

Salah satu hiburan paling populer di seluruh kota, baik siang dan malam hari adalah ayunan, meskipun sesekali ada arahan yang melarang mereka untuk bermain dengan landasan moralitas publik.

Baca Juga  Menyikapi Hagia Sophia dengan Bijak

Menurut seorang pelancong Italia yang mengunjungi Istanbul pada 1614-1615, ayunan digantung dari balok yang sangat tinggi, dan di bawahnya di taruh kanvas, dan didekorasi dengan daun, bunga, perada, dan hiasan yang berwarna lainnya.

Para muda dan tua; pria dan wanita; Muslim, Kristen dan Yahudi duduk berayun dan didorong dengan tali tinggi ke udara sambil mereka mendengarkan alunan musik khas Utsmani di dekatnya.

***

Kesempatan ini digunakan para pemuda untuk memamerkan keterampilan, kelincahan, dan fisik, sambil menanggalkan pakaian mereka, jika seorang wanita hadir dan menonton.

Kadang-kadang, ayunan dipasang saling berpasangan dengan jarak yang pendek satu dengan lainnya. Satu individu mengambil satu dan lainnya mengambil; jika mereka laki-laki, mereka mencoba untuk menendang masing-masing ketika mereka saling melewati.

Sedangkan jika mereka perempuan, mereka mencoba untuk saling berpelukan di udara dan mengaitkan kaki satu sama lain. Atau meraih tangan mereka dengan saling menempelkannya di tempat tinggi.

Bentuk hiburan populer lainnya adalah dengan berputar di atas kayu roda yang besar berputar, ada yang melintang seperti batu kilangan, dan yang lain berputar dari atas ke bawah seperti roda keberuntungan, orang-orang menikmati sensasi ke atas ke bawah yang sangat cepat, kemudian naik lagi. Ketika seseorang berteriak, panik, atau merasa pusing karena gerakan dan kecepatan roda, ia segera diperciki oleh air mawar (Kia 2001, 147).

Editor: Rozy

Fahmi Rizal Mahendra
20 posts

About author
Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya. Membaca dan Menulis tentang sejarah Ottoman, Turki & Tasawuf/Sufisme.
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds