Review

Ilmu Mantik dan Era Keberlimpahan Informasi

3 Mins read

Kebangkitan peradaban dapat berawal dari pemikiran. Hal ini karena kebangkitan sangat berhubungan erat dengan kesadaran sedangkan kesadaran adalah buah dari berpikir yang benar. Dengan berpikir yang benar maka akan mengarahkan pada bertindak dan berucap yang benar. Sebaliknya, berpikir yang keliru akan mengarahkan pada tindakan dan ucapan yang salah.  Untuk berpikir yang benar maka diperlukan landasan berpikir yang benar dan kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia ke arah berpikir secara benar.  

Hal ini tentunya, disebabkan bahwa dalam berpikir, manusia tidak selalu benar serta acapkali terjerumus dalam bias informasi, over-generalisasi,  egosentris,  dan tanpa terasa terjebak dalam kesalahan berpikir.

Pemikiran: Dasar Kebangkitan Peradaban

Oleh karena itulah, pemikiran yang benar menjadi awal dari kebangkitan peradaban. Kemajuan suatu bangsa dan negara tak mungkin bisa dicapai jika cara berpikir masyarakatnya keliru dan kacau. Dengan mempelajari Ilmu Mantik, kita mendapatkan kaidah-kaidah dan aturan yang harus dipelihara agar tidak jatuh dalam kesalahan berpikir.

Ilmu Mantik mendapatkan urgensi dan relevansinya pada era kecanggihan teknologi informasi ini, di mana  membanjirnya data, keberlimpahan informasi, dan banyaknya berita hoax. Tanpa adanya kemampuan berpikir mendalam dan daya kritis, maka seseorang akan mudah terseret arus mis-informasi dan dis-informasi.

Jika dianalogikan keberlimpahan informasi saat ini bagaikan berlimpahnya makanan yang tidak bergizi dan beracun. Alhasil, perlu usaha yang lebih untuk memilah, mengolah, dan memasaknya menjadi makanan yang sehat. Usaha lebih tersebut salah satunya dengan menerapkan kaidah-kaidah dan aturan dalam ilmu mantik. Dengan mempelajari ilmu mantik, seseorang dapat mendayagunakan akal, menjernihkan perspektif, mencerna informasi, dan membuat keputusan rasional.

Ilmu Mantik saat ini umumnya dipelajari di pesantren-pesantren tradisional di kelas jenjang akhir. Bagi sebagian santri, pembahasan ilmu mantik masih dianggap sulit dan dirasa tidak ada relevansinya dalam kehidupan sehari-hari jika dibandingkan dengan pembahasan ilmu fikih, tasawuf, hadis, dan ilmu-ilmu keislaman lainnya.

Baca Juga  Teologi Al-Maun versus Teologi Al-'Ashr

Padahal untuk berinteraksi dengan turats ilmu kalam dan Ilmu ushul fiqih mutaakhirin akan banyak bertemu dengan istilah-istilah dalam ilmu Mantik. Contoh sederhana ketika kita berbicara metodologi qiyas, ada rukunnya yang namanya ushul (pokok), far’u (cabang), dan hukum asal illat. Ketika hendak mencari illat, dibutuhkan di situ ilmu manthik. Selain itu mempelajari ilmu mantik akan membuat argumentasi dalam diskusi dan debat akan semakin kokoh juga obyektifitas dalam menilai pendapat lawan. Ini adalah bekal berharga dalam tradisi intelektual.

Buku Ilmu Mantik Muhammad Nuruddin

Saya tertarik dengan buku berjudul ‘Ilmu Mantik’ yang ditulis oleh Muhammad Nuruddin. Dengan latar belakang penulis sebagai santri dan alumni Universitas al-Azhar Kairo jurusan Akidah-Filsafat, kredensial penulis dengan tema ini sangat kuat. Penulis menjadikan pembahasan ilmu mantik yang dikesankan rumit, susah dipahami, dan cenderung membosankan menjadi lebih mudah dipahami dengan bahasa sederhana.

Gaya penulisan buku ini sarat dengan pembahasan fundamental dan penting dalam mantik tetapi dijadikan renyah dan menarik disertai dengan contoh-contoh yang kadang menggelitik. Penulis membawakan contoh-contoh sederhana yang relevan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, lihatlah pada pembahasan tentang Yaqin, Zhan, Syakk, Wahm, dan Jahl.

Penulis membawakan permisalan tentang Yaqin dengan contoh seseorang yang menyaksikan pernikahan mantannya secara langsung dengan mata kepala untuk membuktikan kabar. Pada pembahasan Zhan, penulis mengambil perumpamaan tentang seseorang lelaki yang jatuh hati kepada wanita dan menduga kuat akan diterima ketika mengajak nikah, karena melihat banyak indikasi si wanita juga menyukainya.

Pada pembahasan Wahm, penulis mengajak Anda berkhayal jika Anda bercita-cita sebagai menantu Ustadz Yusuf Mansur namun kondisi Anda tidak pernah sekolah, bukan dari keluarga baik-baik, dan belum pernah kenal dengan Ustadz Yusuf Mansur maupun putrinya sehingga Anda merasa cenderung ditolak dan merasa ini hanyalah ilusi (wahm).

Baca Juga  Buku Ini Bisa Bantu Kamu Belajar Mudah Ilmu Mantiq

Terakhir pada pembahasan Jahl, diceritakan tentang  jawaban Anda yang ditanya apakah mantan pacar Anda sudah menikah atau belum? Sedangkan Anda tidak mengetahui sama sekali bahwa mantan Anda masih jomblo. Jika Anda mejawab tidak tahu maka Anda berarti jahil basith. Jika Anda menjawab bahwa mantan Anda sudah menikah maka Anda jahil murakkab  (tidak tahu tapi merasa tahu).

Tashawwurat dan Tashdiqat

Secara garis besar buku “Ilmu Mantik” terdiri dari dua pembahasan pokok yaitu, Tashawwurat (Konsepsi-konsepsi) dan Tashdiqat (Proposisi-proposisi). Dalam pembahasan Tashawurrat kita akan menemui panjang lebar pembahasan tentang Dalalah (signifikasi), pembagian lafaz, Isim, kulliy-juz’iy, mafhum-mashadaq, dan kulliyat khamsah secara mudah dan sistematis. Asyiknya kita akan dibawakan contoh-contoh sederhana tetapi menarik dibahas. Semisal bagaimana menalar hukum tentang pacaran atau juga menguji ketepatan definisi istilah Islam Nusantara.

Kita juga akan menemui contoh-contoh yang dibawakan penulis dengan membawa nama-nama figur atau artis terkenal seperti Nissa Sabyan, Raisa, Dude Harlino, Lee Min Ho, Afgan, dan sebagainya sehingga buku ini terasa renyah bagi generasi millenial. Pembahasan Tashdiqat kita akan menemui penjelasan secara bertahap dan rinci tentang qadhiyah, istidlal, tanaqudh, tadhad, tadakhul, ‘aks mustawi, muwajjahat, dan puncaknya ialah qiyas (Silogisme).

Tentu juga tetap diiringi dengan contoh yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari sehingga terasa membumi dan relevan. Tak kalah menarik di akhir buku terdapat glossarium istilah-istilah dalam buku ini sehingga memudahkan bagi para pembaca.

Penting bagi kita mempelajari ilmu pada hari ini dengan menyenangkan sehingga memudahkan kita untuk memahaminya. Ini pula yang ditawarkan penulis dengan mengemas materi-materi yang tersaji dalam buku-buku mantik klasik maupun kontemporer menjadi mudah dicerna. Pembahasan di buku ini terasa penting ketika kita menyadari bahwa saat ini marak soal pemikiran post-modernisme yang turut membawakan relativisme kebenaran seperti kaum Sofis.

Baca Juga  Tingkatan Para Pencari Ilmu ala Suhrawardi al-Maqtul

Di mana mereka menganggap tidak ada kebenaran mutlak, yang semuanya tergantung persepsi masing-masing, dan menolak adanya hakikat yang tetap di balik segala sesuatu. Kita juga seringkali menyaksikan maupun terlibat dalam perdebatan di media sosial. Seringkali debatnya serampangan, tidak terarah, dan tidak jelas konsepnya bahkan banyak terjadi falasi logika atau kesalahan berpikir. Akhirnya Ilmu Mantik hanya dapat bermanfaat jika kita menaati kaidah berpikir dan menggunakannya dalam berpikir sehari-hari disertai asas berpikir yang benar.

Editor: RF Wuland

Related posts
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…
Review

Sejauh Mana Gender dan Agama Mempengaruhi Konsiderasi Pemilih Muslim?

4 Mins read
Isu agama memang seksi untuk dipolitisir. Karena pada dasarnya fitrah manusia adalah makhluk beragama. Dalam realitas politik Indonesia, sebagian besar bangsa ini…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *